Mohon tunggu...
FAYAKUNARTO
FAYAKUNARTO Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

NIM : 55522120033 - Mahasiswa Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen : Prof. Dr. Apollo M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 1 Pemeriksaan Pajak - Diskursus Serat Tripama untuk Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara - Prof. Apollo

19 April 2024   17:42 Diperbarui: 19 April 2024   18:42 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baris pertama dan kedua Serat Tripama mencerminkan nilai nasionalisme yang dilakukan oleh Patih Suwanda. KGPAA Mangkunegara IV menggambarkan Patih Suwanda sebagai tokoh dengan patriotisme dan nasionalisme tinggi, terutama terhadap raja, Prabu Arjuna Sasrabahu yang memegang tahta Kerajaan Maespati. Posisi Suwanda sebagai patih (perdana menteri) benar-benar berkaitan dengan tugas-tugas penting dalam kaitannya dengan kerajaan. Hal ini sejalan dengan Serat Tripama yang menyebutkan tiga ciri utama Patih Suwanda, yaitu guna, kaya, dan purun.

Guna berarti nilai guna bagi bangsa. Ini menyiratkan bahwa pelayan atau orang harus memiliki nilai guna bagi bangsa mereka. Nilai ini dapat merujuk pada prestasi, keunggulan, nilai tambah, atau potensi mereka yang digunakan untuk mencerminkan kredit pada bangsa.

Kaya diwakili dalam baris berikut: kaya sayektinipun | duk bantu prang Manggada nagri | Amboyong Putri Dhomas | Katur Ratunipun. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kaya muncul ketika Suwanda menyumbangkan dirinya untuk berperang melawan Negeri Mangganda. Ia berhasil mendapatkan kekayaan Mangganda dan sang putri, Dewi Citrawati. Namun, prestasi itu didedikasikan untuk Rajanya, Prabu Arjuna Sasrabahu. Ini menyiratkan bahwa Suwanda menunjukkan tanggung jawabnya terhadap bangsa dan raja.Tanggung jawab dianggap sebagai kemampuan untuk menanggapi atau menjawab. Ini berarti bahwa tanggung jawab berorientasi pada orang lain dengan memperhatikan dan secara aktif memberikan tanggapan atas kebutuhan mereka. Dalam konteks ini, Suwanda memenuhi kesediaan dan permintaan bangsa. Oleh karena itu, Serat Tripama memberitahu pembaca tentang pentingnya tanggung jawab.

Purun berarti 'bersedia'. Ini berkaitan dengan bersedia memenuhi kewajiban dan melayani bangsa. Suwanda rela mengorbankan nyawanya demi membela negaranya dari ancaman musuh. Orang-orang bangsa harus memiliki intensi dan kemauan begitu bangsa membutuhkannya. Niat dan kemauan ini dianggap sebagai realisasi ketundukan kepada bangsa.

Mengambil Contoh dari Kumbakarna, Sang Satriya dari Ngalengka 

Karakter Kumbakarna diambil dari cerita wayang Ramayana. Diceritakan tentang perjalanan Prabu Ramawijaya dan Dewi Shinta. Raden Kumbakarna adalah putra dari pasangan Resi Wisrawa dan Dewi Sukesi. Dia adalah adik dari Rahwana, Raja Ngalengka dan saudara kandung lainnya dari Wisrawa dan Sukesi, termasuk Sarpakenaka dan Gunawan Wibisana. Kumbakarna suka tidur dan makan. Sementara dia adalah raksasa, dia memiliki jiwa ksatria. Hal ini tercermin dari tindakannya yang terus-menerus menentang keputusan saudaranya, Rahwana, karena terus-menerus melakukan kekerasan brutal. Ia lebih memilih untuk menengahi dan menghindari tinggal di Keraton Ngalengka.

KGPAA Mangkunegara IV memilih karakter Kumbakarna sebagai contoh yang baik dalam Serat Tripama karena Kumbakarna memiliki nasionalisme dan kecintaan yang tinggi terhadap bangsa. Deskripsi Kumbakarna sebagai contoh nasionalisme yang baik menunjukkan tidak pantas bagi sebagian orang mengingat Kumbakarna adalah raksasa. Selain itu, ia juga merupakan deskripsi tentang keinginan aluwamah (keinginan yang berkaitan dengan kebutuhan makan dan tidur). Namun, KGPAA Mangkunegara IV melanggar persepsi negatif itu dengan mewakili sisi baik Kumbakarna sebagai patriot sejati. Dalam konteks ini, KGPAA Mangkunegara IV menggunakan pendekatan dekonstruksi sastra untuk menggambarkan Kumbakarna dalam Serat Tripama.

Dalam kesehariannya, Kumbakarna selalu mengambil keputusan agais Rahwana. Rahwana adalah deskripsi kemarahan dan keserakahan. Rahwana suka menekan negara-negara kecil, untuk membuat mereka menjadi tanah bayangan dan menjadikan putri putri boyongan (putri pecundang). Dalam menggunakan kekuatannya, Rahwana selalu bertindak sewenang-wenang tanpa ampun. Karakteristik dan tindakannya ditentang oleh Kumbakarna. Kumbakarna sering bertentangan dengan Rahwana, terutama ketika Rahwana menculik Dewi Sinta. Kumbakarna berusaha memberi nasihat kepada Rahwana, tetapi Rahwana menolaknya. Akibatnya, Kumbakarna memilih untuk menengahi dan mengisolasi dirinya. Hal ini dicatat dalam kutipan berikut ... | duk wiwit prang Ngalengka | Denpasar Darbe Atur | Mring Raka Amrih Raharja | Dasamuka tan keguh ing atur yekti | Dene Mungsuh Wanara|. Kutipan sebelumnya menjelaskan bahwa ketika perang di Ngalengka terjadi, Kumbakarna menyarankan Rahwana untuk membebaskan Dewi Sinta, tetapi Rahwana sangat tidak setuju. Akibatnya, perang antara Ngalengka dan pasukan kera terjadi.

Nasionalisme Kumbakarna diwakili ketika Kumbakarna pergi ke medan perang untuk berperang melawan pasukan kera demi tanahnya. Tekadnya hanya untuk mempertahankan tanahnya, Alengka. Hal ini disebabkan bahwa Alengka adalah tempat di mana leluhurnya tinggal, tinggal, dan meninggal. Tekadnya gigih mengingat ia memilih mati di medan perang untuk mempertahankan tanahnya daripada melihat tanahnya dirusak oleh orang asing, pasukan kera dari Gua Kiskendha.

Tindakan Kumbakarka seperti yang diwakili sebelumnya harus diambil sebagai contoh membela bangsa. Selama menjadi raksasa, ia tetap mempertahankan karakteristik yang baik, yaitu mencintai bangsa dan tanah kelahiran. Dia benar-benar sadar bahwa semua keluarganya tinggal, hidup, tumbuh, dan meninggal di tanah Alengka. Hal ini membuatnya tidak mengizinkan pasukan kera dari Gua Kiskendha merusak tanahnya. Ketika perang Alangeka dan Prabu Ramawijaya terjadi, Kumbakarna tidak mati-. Dia mati di medan perang sebagai patriot yang membela bangsanya.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun