Mohon tunggu...
Ahmad Fawzy
Ahmad Fawzy Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STIBA Arraayah

طالب العلم من المهد إلى اللهد

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diksi (Pilihan Kata)

10 Juni 2021   14:13 Diperbarui: 10 Juni 2021   14:25 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

            Istilah diksi (pilihan kata) sering diartikan sebagai kegiatan memilih kata untuk menemukan kata yang paling tepat dan sesuai dengan makna dan konteks pemakaiannya. Pilihan kata berkaitan dengan tindak tutur dan tata tulis untuk mewakili ide dan gagasan seseorang. Ketidak sesuaian pilihan kata dapat menyebabkan terganggunya komunikasi antara penulis dan pembaca. Tidak jarang ide yang hendak disampaikan penulis menjadi tidak jelas sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Untuk menghindari kesalah pahaman, diperlukan diksi atau pilihan kata.

            Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu. Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.

            Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Di samping itu, pemilihan kata itu harus pula sesuai dengan situasi dan tempat penggunaan kata-kata itu.

            Dalam memilih kata-kata ada dua persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu persyaratan ketepatan dan kesesuaian. Tepat artinya kata-kata yang dipilih dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan.

Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian di dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan:

1. Kaidah makna,

2. Kaidah kalimat,

3. Kaidah sosial, dan

4. Kaidah karang-mengarang.

            Dengan kata lain, agar dapat memilih kata dengan tepat, pertimbangkan dengan cermat apa gagasan yang ingin kita kemukakan, kepada siapa, dimana, dengan tujuan apa, dalam situasi bagaimana, dan dalam rangka apa.

            Dalam penulisan, yang perlu diperhatikan adalah konotasi sosial, agar dapat mengatakan gagasannya dengan tepat, seorang penulis harus tepat memilih kata dengan konotasi yang tepat.

            Pilihan kata merupakan unsur yang sangat penting, karena pilihan kata ynag tidak tepat dapat menimbulkan gangguan komunikasi terhadap pesan yang ingin disampaikan. Oleh karena itu, masalah pemilihan kata dalam penulisan harus benar-benar diperhatikan. Dalam hal ini kata yang tepat harus memenuhi syarat kebakuan, kelaziman, dan kecermatan, yang masing-masing akan dibicarakan di bawah ini:

1. Kata yang Baku

            Pemakaian kata-kata yang belum diakui kebakuannya harus dihindari, misalnya kasih, bikin, cuma, ngalamar, dan nggak. Bentuk baku untuk kata-kata itu adalah memberi, membuat, hanya, melamar, dan tidak.

2. Kata yang lazim

            Kata yang lazim adalah kata yang sudah biasa digunakan dalam komunikasi secara tertulis maupun lisan. Kata yang lazim juga berarti kata yang sudah dikenal oleh masyarakat dan maknanya pun sudah diketahui secara umum. Dengan demikian, pemakaian kata yang sudah lazim dapat mempermudah pemahaman pembaca terhadap informasi yang disampaikan secara tertulis.

            Kenyataan tersebut memperlihatkan bahwa kata-kata yang pemakaiannya belum lazim hendaknya dihindari karena hal itu dapat mengganggu kelancaran kamunikasi. Di samping itu, kata-kata arkais dan kata-kata asing yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia sebaiknya juga dihindari.

3. Kata yang Cermat

            Kecermatan dalam pemilihan kata menyangkut kemampuan seseorang memilih sebuah kata yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat sesuai dengan maksud yang dikehendaki. Untuk itu, seseorang mampu membedakan secara cermat kata-kata yang bersinonim, maupun mengetahui kata-kata yang bermakna denotatif dan konotatif, serta mampu memahami kata-kata mubazir yang perlu dihindari.

            Dengan kemampuan membedakan nuansa makna kata-kata yang bersinonim, seseorang dapat memilih kata yang akan digunakan secara tepat. Kata melihat, menyaksikan, dan menonton, misalnya, atau kata seluruh, segala, dan semua merupakan kata yang bersinonim. Diantara kata-kata itu kita dapat memilih yang paling tepat sesuai dengan nuansa makna yang dikehendaki. Dengan pengetahuan mengenai makna denotatif dan konotatif, kita dapat memilih kata secara tepat sesuai dengan konteks pemakaiannya.

            Sementara itu, dengan memahami kata-kata yang mubazir, kita dapat menghindari pemakaiannya karena di samping tidak menghemat tempat, pemakaian kata yang mubazir juga tidak ada gunanya. Beberapa kata yang dianggap mubazir sering muncul karena pemakaian kata yang bersinonim secara bersama-sama, misalnya kata sangat dan sekali atau adalah dan merupakan. Kata-kata semacam itu sebenarnya bersinonim.Oleh karena itu, agar lebih efektif, sebaiknya salah satu saja yag digunakan.

4. Ungkapan Idiomatik

            Ungkapan idiomatik ialah instruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan yang bersifat idiomatik terdiri atas dua atau tiga kata yang dapat memperkuat diksi di dalam tulisan. Contoh :

* Menteri Dalam Negeri bertemu Presiden Gue Dur. (salah)

* Menteri Dalam Negeri bertemu dengan Presiden Gus Dur (benar)

            Unsur-unsur dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Oleh karena itu, unsur-unsur tersebut tidak boleh ditambahi, dikurangi, atau dipertukarkan.

            Yang termasuk ungkapan idiomatik itu, antara lain: sesuai dengan,bertemu dengan,berhubung dengan,sehubungan dengan,bertalian dengan dan sebagainya.

5. Ungkapan Penghubung

            Ungkapan penghubung dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu ungkapan penghubung intrakalimat dan ungkapan penghubung antarkalimat. Ungkapan penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Yang termasuk ungkapan penghubung intrakalimat, antara lain:

a) baik...maupun

Pasangan baik adalah maupun, bukan ataupun, dan bukan pula atau.

Contoh: Dalam rapat itu akan dibicarakan berbagai masalah, baik yang menyangkut konsolidasi ke dalam maupun yang menyangkut koordinasi ke luar.

b) antara...dan

Pasangan antara adalah dan, bukan dengan.

Contoh: Saya harap saudara menjelaskan dahulu bagaimana perbandingan produksi tahun lalu, antara produksi pabrik A dan produksi pabrik B.

c) seperti dan misalnya

Ungkapan seperti merujuk kepada uraian selanjutnya, sedangkan misalnya merujuk kepada uraian sebelumnya. Dalam hal seperti ini tidak dapat dipertukarkan.

Contoh: Kami mohon dikirimi bahan-bahan bangunan, seperti semen, bata merah, pasir, dan kayu.

Penempatan tenaga baru, misalnya, termasuk masalah utama yang akan dibicarakan dalam rapat tersebut.

d) demikian dan sebagai berikut

Ungkapan demikian merujuk ke dalam uraian sebelumnya, sedangkan ungkapan sebagai berikut merujuk ke dalam uraian selanjutnya.

Contoh: Yang harus saudara siapkan adalah hal-hal sebagai berikut

* Gambar bangunan yang direncanakan

* Denah tanah yang akan digunakan

* Rincian biaya yang diperlukan

6. Ungkapan Bersinonim

            Bagian ini sangat erat dengan bagian 3 tentang kata yang cermat. Di sini dilengkapi dengan contoh pemakaian yang salah (tidak baku) dan contoh pemakaian yang benar (baku). Ungkapan-ungkapan yang bersinonim berikut tidak digunakan sekaligus karena penggunaan dua kata yang berarti sama merupakan penulisan yang mubazir.

Contoh:

* sejak dan dari (tidak digunakan dalam satu kalimat)

* adalah dan merupakan (tidak digunakan sekaligus)

* demi dan untuk (tidak digunakan sekaligus)

* seperti dan lain sebagainya (tidak digunakan sekaligus)

* antara lain dan lain-lain (tidak digunakan sekaligus)

7. Kata-kata yang Bermiripan

            Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata yang bermiripan, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Bahkan, dari segi makna boleh dikatakan bahwa kata-kata tersebut bersinonim. Yang termasuk kata-kata bermiripan antara lain:

a) Kata suatu dan sesuatu

Kata suatu dan sesuatu harus dipakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.

Contoh:

  •  Ia mencari sesuatu.
  • Pada suatu waktu ia datang dengan wajah berseri-seri.

b) Masing-masing dan tiap-tiap

Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak akan sama pemakaiannya. Kata masing-masing tidak diikuti kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti kata benda.

Contoh:

  • Tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga puluh orang.
  • Masing-masing mengemukakan keberatannya.

c) Kata pukul dan jam

Pemakaian kata pukul dan jam harus dilakukan secara tepat. Kata pukul menunjukan waktu, sedangkan jam menunjukan jangka waktu.

Contoh:

Seminar tentang kardiologi yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berlangsung selama 4 jam, yaitu dari pukul 8.00 s.d. pukul 12.00.

d) Kata dari dan daripada

Pemakaian kata dari dan daripada tidak sama pemakaiannya. Kata dari dipakai untuk menunjukan asal sesuatu, baik bahan maupun arah.

Contoh:

  • Ia dapat tugas dari atasannya.
  • Duduk lebih baik daripada berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun