Mohon tunggu...
Fawwaz SyafrilDirana
Fawwaz SyafrilDirana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

Mahasiswa psikologi tahun ke-3, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Tertarik pada kemajuan teknologi, manusia, kesehatan mental dan social enterprise

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenali Ciri Percobaan Bunuh Diri, Ini Cara Hadapinya

30 Desember 2021   14:12 Diperbarui: 30 Desember 2021   14:15 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Aku perhatikan, kamu sering terlihat sedih belakangan ini. Ada apa? Kalau mau cerita ke aku, boleh kok"

"Entah mengapa, belakangan ini aku khawatir dengan keadaan kamu. Bagaimana kabar kamu?"

Setelah topik pembicaraan mulai mengarah pada topik sebenarnya, coba ajukan pertanyaan terbuka, misalnya

"Apa kamu pernah menyakiti diri atau pernahkah muncul keinginan bunuh diri?"

"Bagaimana perasaan kamu setelah melakukannya?"

Jika Anda masih ragu, dapat Anda arahkan dia untuk pergi menghubungi sukarelawan terlatih, seperti konselor sebaya bagi mereka yang ingin curhat dengan orang yang seusia mereka. Apabila terkendala ekonomi, jangan khawatir sekarang sudah banyak layanan curhat online secara gratis di media sosial, seperti Manusia Asa dan Open Your Mind. Bagi mereka yang berkuliah di UNAIR ada layanan konseling gratis Airlangga Safe Space, yang mungkin juga terdapat wadah serupa di kampus Anda. Ada juga bisa mengusulkan untuk melakukan konseling psikolog online, seperti Biro Psikologi Empathy, Halodoc, dan Riliv.

Tak ada salahnya mengajaknya untuk mengikuti konseling kelompok agar dapat mendapatkan dukungan, tempat untuk berbagi, dan mencari solusi bersama. Selain itu, Anda dapat juga meminta dukungan dari keluarga dan teman dekat yang sekiranya dapat membantu daripada memperparah keadaan dengan bercerita apa yang dialami.

Perlahan, Anda perlu mengajaknya untuk pergi ke psikiater atau psikolog. Ada kemungkinan baginya untuk menolak karena takut dianggap gila, maka dari itu perlu Anda bujuk atau mungkin temani dia untuk bertemu profesional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun