"Aku perhatikan, kamu sering terlihat sedih belakangan ini. Ada apa? Kalau mau cerita ke aku, boleh kok"
"Entah mengapa, belakangan ini aku khawatir dengan keadaan kamu. Bagaimana kabar kamu?"
Setelah topik pembicaraan mulai mengarah pada topik sebenarnya, coba ajukan pertanyaan terbuka, misalnya
"Apa kamu pernah menyakiti diri atau pernahkah muncul keinginan bunuh diri?"
"Bagaimana perasaan kamu setelah melakukannya?"
Jika Anda masih ragu, dapat Anda arahkan dia untuk pergi menghubungi sukarelawan terlatih, seperti konselor sebaya bagi mereka yang ingin curhat dengan orang yang seusia mereka. Apabila terkendala ekonomi, jangan khawatir sekarang sudah banyak layanan curhat online secara gratis di media sosial, seperti Manusia Asa dan Open Your Mind. Bagi mereka yang berkuliah di UNAIR ada layanan konseling gratis Airlangga Safe Space, yang mungkin juga terdapat wadah serupa di kampus Anda. Ada juga bisa mengusulkan untuk melakukan konseling psikolog online, seperti Biro Psikologi Empathy, Halodoc, dan Riliv.
Tak ada salahnya mengajaknya untuk mengikuti konseling kelompok agar dapat mendapatkan dukungan, tempat untuk berbagi, dan mencari solusi bersama. Selain itu, Anda dapat juga meminta dukungan dari keluarga dan teman dekat yang sekiranya dapat membantu daripada memperparah keadaan dengan bercerita apa yang dialami.
Perlahan, Anda perlu mengajaknya untuk pergi ke psikiater atau psikolog. Ada kemungkinan baginya untuk menolak karena takut dianggap gila, maka dari itu perlu Anda bujuk atau mungkin temani dia untuk bertemu profesional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H