"Kak Wisnu kok nggak ikut batal?" Tanya Bima diperjalanan pulang.
"Kalo nggak haus dan lapar ngapain batal"
"Tapi, nanti jangan cerita ke ibu ya..?"Ujar Bima dan dijawab anggukan kecil Wisnu.
Sampai dirumah, aroma pisang goreng dan risol buatan ibu sudah mulai mengganggu indera penciuman Wisnu. Gejolak diperutnya makin terasa berat, suara yang keluar dari perutnya pun makin keras terdengar. Ibu hanya tersenyum melihat tingkah anak sulungnya.
"Sudah Kamu mandi dulu sana, daripada ngelihatin pisang di penggorengan terus" Ujar Ibu.
"Aku mau mandi duluan, biar seger" Sahut Bima cepat.
"Ya sudah, pakiannya di taruh di mesin cuci, kalau gitu kamu shalat ashar dulu aja.." Ibu memberi saran ke Wisnu. Tanpa membantah, Wisnu langsung ke kamar untuk shalat.
15 menit lagi menjelang berbuka dan jarum jam makin berat bergerak, Bima dan Wisnu sudah siap di meja makan. Di depan mereka sudah tersedia teh manis hangat, kurma, gorengan dan es buah untuk membatalkan puasa.
Bima dan Wisnu sedang asik bersenda gurau ketika tiba-tiba Ibu duduk di depan mereka dan tersenyum kecil lalu menatap lembut kearah dua anak lelakinya. Bima dan Wisnu menjadi kikuk.
"Adik tadi puasanya batal atau tidak..?" Tanya ibu pelan. "Kalau kakak gimana puasanya..".
Suasana jadi hening, hanya terdengar samar suara ustadz memberikan tausyiah di televisi. Bima dan Wisnu menunduk tidak berani menatap.