Sejak hari itu, Wisnu makin sering menjemput Bima. Terlebih kalau Wisnu dapat jadwal masuk siang di sekolah. Ibu tentunya bangga karena Wisnu sudah bisa diberi tanggung jawab dan Bima menikmatinya, melakukan tanpa paksaan.
"Dek,...bangun dek" Suara pelan terdengar di telinga Bima. Rupanya sang kakak membangunkannya dari tidur.
"Udah Dzuhur nih, ke Masjid yuukk..." Ujar Wisnu.
"Males kak, aku lemes nih nanti kalau di jalan aku batal puasa gimana?"
"Sama aku juga lemes, tapi kalau tidur terus makin tambah lemes. Mending main keluar yuukk.." Sambil menarik Bima dari kasur. Dan mau tidak mau si adik mengikuti kemauan keras Wisnu.
Setelah mengambil sarung dan pamit ke Ibu, dua kakak beradik ini menuju masjid komplek. Adzan Dzuhur baru saja selesai, cuaca siang itu sangat menyengat, matahari seakan tidak memberi kompromi.
Wisnu nampak memicingkan mata sesaat keluar dari pagar rumah, Bima melingkarkan sarung menutupi kepalanya agar bisa menghalau panas matahari.
Mereka berdua melangkah perlahan sambil sebisa mungkin berjalan dibawah bayang-bayang tembok rumah, pohon atau apapun agar tidak terkena sinar matahari langsung.
Tidak berapa lama mereka sampai di Masjid, muka mereka seketika cerah saat melihat anak-anak yang lain sudah tiba dimasjid lebih dahulu. Sedikit berlari melewati pelataran masjid, Wisnu dan Bima mengambil wudhu dan menyempatkan bersenda gurau sejenak sebelum shalat Dzuhur berjamaah.
"Wis, ke rumah dimas yuuk..?" suara dengan agak melengking mengagetkan Wisnu yang baru saja mau keluar masjid.
"Ngapain? Panas ahh.." Wisnu coba menolak, terlebih melihat adiknya yang sudah nampak tidak semangat.