Dok. Putri Ayudya | Para pemeran film Wonderful Life berfoto bersama dengan pihak terkait.
Namun dalam film Wonderful Life, ibu Agil lebih banyak menuntut Agil untuk berprestasi. Tak jarang Agil merasa tertekan dengan kondisi tersebut, namun sebagai seorang anak, Agil memiliki kebahagiaan ketika menggambar sesuatu.
Kesadaran Lia sebagai ibu, baru hadir ketika ia berusaha pergi ke berbagai tempat, mengobati disleksia yang idap oleh Agil. Dari berbagai tempat yang datangi Lia dan Agil, tak memberikan solusi terhadap disleksia yang di idap Agil.
Namun dalam perjalanan tersebut, Lia mendapatkan kesadaran bahwa “kebahagiaan seorang anak” adalah segalanya. Bukan keinginan orang tua yang harus di paksakan kepada anak, karena “setiap anak terlahir sempurna”.
Adapun makna “sempurna” tersebutlah, yang perlu di perluas, karena bisa jadi definisi sempurna menurut seorang anak dan orang tua akan berbeda. Namun film Wonderful Life rasanya, memberi pemahaman kepada saya tentang arti mendengarkan, merasakan, melihat lebih dekat apa yang ada apa seorang anak.
Dok. Pri | Saya bersama Putri Ayudya
"Harapan saya dengan hadirnya film Wonderful Life adalah, agar setiap orang dapat memahami bagaimana disleksia, dan setiap orang tua dapat memahami setiap anak, dengan lebih banyak memposisikan diri sebagai anak, agar orang tua dapat paham apa yang dirasakan anak dalam berbagai kondisi, sehingga antara anak dan orang tua dapat membangun komunikasi secara terus menerus, untuk kebaikan bersama" ujar Putri Ayudya yang saya temui di kawasan Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya