Setiap orang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, demikian juga cara dia memandang atau membayangkan Tuhan. Cara seseorang melihat dan menyembah Tuhan pasti berbeda dengan orang lain, bahkan biarpun masih dalam satu agama.
Sedangkan Tuhan menurut J. Paul Sartre adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya.
Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12 tahun. Dalam hal ini pandangan Sartre mirip dengan "Technology as God" yang mengatakan Tuhan itu Kelihatan.
Sartre yang tadi dididik secara Katolik berpindah kepada kesusastraan, yang disebut sebagai agama baru baginya. Namun secara sistematis, dan khas eksistesialis, penolakan atas Tuhan ini dilakukannya karena pemisahan radikal dalam tulisannya Ada dan Ketiadaan terjemahan dari Being and Nothingness.
Maaf Bersambung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H