Ajaran agama memiliki potensi dominan dalam penerapan ideologi gender yang bias. Dalam konteks itu pula, agama bisa memberikan inspirasi dan dorongan munculnya ketidakadilan gender.
Bagaimana mungkin agama bisa berpotensi menimbulkan ketidakadilan? Tentu saja potensi ketidakadilan itu bukan bersumber dari prinsip agama, melainkan karena proses perkembangan agama yang didominasi oleh budaya patriarkhal.
Untuk itu, ajaran agama harus ditinjau kembali dan dianalisis secara krisis, terutama ajaran tentang faktor kodrati atau ilahi dan faktor yang bukan kodrati.
Sehingga dalam pemahaman "Technology as God" memahami Tuhan tidak punya jenis kelami, karena jika Tuhan punya jenis kelamin maka pendekatan keadilannya juga akan subyektif.
 "Technology as God" menyebut sifat teknologi itu universal. Kehadirannya untuk semua kalangan usia dan kelamin, mau perempuan, laki-laki, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua.
Karena jika Tuhan memiliki jenis kelamin, maka ia pun memiliki alat kelamin, mari kita lihat apa defenisi alat kelamin, Deskripsi Alat kelamin atau organ seksual adalah semua bagian anatomis tubuh makhluk hidup yang terlibat dalam reproduksi seksual dan menjadi bagian dari sistem reproduksi pada suatu organisme kompleks.Â
Jenis alat kelamin sering kali menjadi penentu kelamin dari suatu jenis organisme. Jika Tuhan memiliki jenis kelamin, maka akan muncul lagi pertanyaan, apakah Tuhan pernah menggunakan alat kelaminnya? Jika pernah, kepada siapa?
PANDANGAN AHLI
Dalam filsafat kita mengenal tentang kebenaran 'universal', yaitu kebenaran yang sifatnya umum tak terbatas ruang dan waktu. Banyak yang menganggap bahwa pemikiran filsafat dapat mencapai kebenaran universal, yaitu suatu kebenaran yang berlaku kapan saja dan di mana saja.
Beberapa filsuf terkenal seperti Sokrates dan Aristoteles berupaya mencari arti universal dengan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir yang benar dan ilmiah yang meliputi penalaran, pengertian dan pertimbangan mengenai kaidah yang menguasai pemikiran.
Usaha untuk memperoleh pengertian universal (umum) didominasi oleh filsuf-filsuf Skolastik, di antaranya Johanes Scortus Eriuygena, Thomas Aquinas, Boethius, Anselmus,Petrus Abaelardus, Albertus Agung, dan William dari Ockham.