Mohon tunggu...
FAWER FULL FANDER SIHITE
FAWER FULL FANDER SIHITE Mohon Tunggu... Penulis - Master of Arts in Peace Studies
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tidak cukup hanya sekedar tradisi lisan, tetapi mari kita sama-sama menghidupi tradisi tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Technology as God: Tuhan Tidak Punya Jenis Kelamin (Part 11)

22 April 2020   17:25 Diperbarui: 22 April 2020   17:31 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keterangan: Gambar hanya sebagai ilustrasi, Sumber: kompas.com

Technology as God : Tuhan Tidak Punya Jenis Kelamin (Part 11)


Gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari sudut non-biologis. Hal ini berbeda dengan sex yang secara umum digunakan untuk mengidentifikasi per- bedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.

Begitu juga dengan banyaknya perbincangan tentang Tuhan seperti, mengapa Tuhan lebih di identikkan jenis kelamin laki-laki atau maskulin? Sedangkan menurut "Technology as God" Tuhan itu tidak memiliki jenis kelamin.

JENIS KELAMIN TUHAN

Jenis kelamin Tuhan dapat dipandang secara harfiah atau sebagai aspek alergi dari sesosok deitas.

Deisme (berasal dari bahasa Latin "deus" yang berarti "Tuhan") adalah kepercayaan filosofis yang menyatakan bahwa Tuhan ada sebagai suatu sebab pertama yang tidak bersebab, yang bertanggung jawab atas penciptaan alam semesta, tetapi kemudian tidak ikut campur dengan dunia yang diciptakan-Nya.

Dalam agama-agama politeistik, para dewa tampak memiliki jenis kelamin harfiah yang dapat membolehkan mereka untuk berinteraksi satu sama lain, dan bahkan dengan manusia, dengan cara seksual.

Dalam kebanyakan agama monoteistik, jenis kelamin Tuhan, tak dapat ditunjukan dalam esensi lazim, karena atribut-atribut Tuhan tak dapat dibandingkan dengan hal lain.

Sehingga, gagasan "gender ilahi" biasanya dianggap merupakan sebuah analogi, yang dipakai oleh umat manusia dalam rangka mengaitkan konsep Tuhan dengan tanpa konotasi seksual.

Begitu juga dengan pemahaman "Technology as God" mereka berpendapat Tuhan itu tidak memiliki jenis kelamin, karena sama seperti teknologi yang tidak memiliki jenis kelamin perempuan atau laki-laki.

Tetapi dalam agama-agama Abraham lebih menidentikkan Tuhan memiliki jenis kelamin laki-laki, hal tersebut terlihat dari beberapa ayat dalam kitab suci mereka yang lebih menonjolkan peranan laki-laki.

Ajaran agama memiliki potensi dominan dalam penerapan ideologi gender yang bias. Dalam konteks itu pula, agama bisa memberikan inspirasi dan dorongan munculnya ketidakadilan gender.

Bagaimana mungkin agama bisa berpotensi menimbulkan ketidakadilan? Tentu saja potensi ketidakadilan itu bukan bersumber dari prinsip agama, melainkan karena proses perkembangan agama yang didominasi oleh budaya patriarkhal.

Untuk itu, ajaran agama harus ditinjau kembali dan dianalisis secara krisis, terutama ajaran tentang faktor kodrati atau ilahi dan faktor yang bukan kodrati.

Sehingga dalam pemahaman "Technology as God" memahami Tuhan tidak punya jenis kelami, karena jika Tuhan punya jenis kelamin maka pendekatan keadilannya juga akan subyektif.

 "Technology as God" menyebut sifat teknologi itu universal. Kehadirannya untuk semua kalangan usia dan kelamin, mau perempuan, laki-laki, anak-anak, remaja, dewasa, dan tua.

Karena jika Tuhan memiliki jenis kelamin, maka ia pun memiliki alat kelamin, mari kita lihat apa defenisi alat kelamin, Deskripsi Alat kelamin atau organ seksual adalah semua bagian anatomis tubuh makhluk hidup yang terlibat dalam reproduksi seksual dan menjadi bagian dari sistem reproduksi pada suatu organisme kompleks. 

Jenis alat kelamin sering kali menjadi penentu kelamin dari suatu jenis organisme. Jika Tuhan memiliki jenis kelamin, maka akan muncul lagi pertanyaan, apakah Tuhan pernah menggunakan alat kelaminnya? Jika pernah, kepada siapa?

PANDANGAN AHLI

Dalam filsafat kita mengenal tentang kebenaran 'universal', yaitu kebenaran yang sifatnya umum tak terbatas ruang dan waktu. Banyak yang menganggap bahwa pemikiran filsafat dapat mencapai kebenaran universal, yaitu suatu kebenaran yang berlaku kapan saja dan di mana saja.

Beberapa filsuf terkenal seperti Sokrates dan Aristoteles berupaya mencari arti universal dengan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir yang benar dan ilmiah yang meliputi penalaran, pengertian dan pertimbangan mengenai kaidah yang menguasai pemikiran.

Usaha untuk memperoleh pengertian universal (umum) didominasi oleh filsuf-filsuf Skolastik, di antaranya Johanes Scortus Eriuygena, Thomas Aquinas, Boethius, Anselmus,Petrus Abaelardus, Albertus Agung, dan William dari Ockham.

Setiap orang mempunyai karakteristik sendiri-sendiri, demikian juga cara dia memandang atau membayangkan Tuhan. Cara seseorang melihat dan menyembah Tuhan pasti berbeda dengan orang lain, bahkan biarpun masih dalam satu agama.

Sedangkan Tuhan menurut J. Paul Sartre adalah sosok penghukum yang mengawasinya di manapun dia berada, oleh karenanya dia tidak suka kehadiran Tuhan. Tuhan juga tidak hadir ketika dia ingin menemuinya.

Oleh karena itu Sartre sudah menolak Tuhan yang tidak nyata semenjak umur 12 tahun. Dalam hal ini pandangan Sartre mirip dengan "Technology as God" yang mengatakan Tuhan itu Kelihatan.

Sartre yang tadi dididik secara Katolik berpindah kepada kesusastraan, yang disebut sebagai agama baru baginya. Namun secara sistematis, dan khas eksistesialis, penolakan atas Tuhan ini dilakukannya karena pemisahan radikal dalam tulisannya Ada dan Ketiadaan terjemahan dari Being and Nothingness.

Maaf Bersambung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun