Mohon tunggu...
Fawaizzah Watie
Fawaizzah Watie Mohon Tunggu... wiraswasta -

Perempuan. Duapuluhan. \r\n\r\n\r\nhttp://fawaizzah.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Girls Day Out: Ketika Para Perempuan Mencumbui Alam

26 Juni 2012   10:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:31 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk itu, Pak’e Gendut yang menjadi satu-satunya pria dirombongan kali ini memutuskan untuk memulai menyusur dari Pantai Indrayanti.  Aku dibuat terkaget-kaget begitu sampai di pantai ini.  April tahun lalu, pantai ini masih sangat sepi pengunjung.  Tapi kali ini, mobil dan motor berderet-deret memenuhi tempat parkir.  Rumah-rumah makan dibangun.  Dan yang menyedihkan adalah sampah mulai bertebaran :(.

Matahari sudah tenggelam di garis laut barat, langit menggelap menyisakan rona jingga yang menua saat kami menjejakkan kaki di pasir Pantai Indrayanti.  Setelah mengabadikan moment keberangkatan, kami lekas berlari mendekati laut.

[caption id="attachment_184890" align="aligncenter" width="504" caption="Sebelum Memulai Perjalanan (Petualangan?)"]

1340766832749492385
1340766832749492385
[/caption]

Syukurlah, semesta merestui perjalanan kami.  Meskipun hari sudah gelap, tapi perjalanan kami cukup lancar. Ditemani 2 buah headlamp dan sebuah senter, kami bergegas berjalan menuju Seruni.  Pantai, dimana kami akan mendirikan tenda dan bermalam nanti.

[caption id="attachment_184906" align="aligncenter" width="480" caption="Berjalan dalam gelap"]

1340773852442749971
1340773852442749971
[/caption]

Kami berjalan dengan mulut tak hentinya bicara.  Ah tapi, tertawa lebih mendominasi.  Ada saja yang membuat kami terpingkal.  Dari cerita-cerita, kelakaran, sampai tebak-tebakan.  Meski begitu, beberapa kali kaki kami (tepatnya kakiku :|) terjeblos di sela karang lalu tercebur di air.  Cahaya senter dan bulan sabit tersenyum tak cukup membuat mata kami jeli, apakah yang kami injak adalah karang yang kokoh ataukah rumput yang melambai-lambai.

Tak terasa kami sudah berjalan selama 1,5 jam.  Seruni mengucapkan selamat datang dengan deburan ombaknya yang mengagumkan serta lolongan beberapa anjing milik pencari lobster. Waktu di ponsel kami yang tak bersignal menunjukkan angka 19.30.  Kami lekas membagi tugas.  Aku dan Ika mempersiapkan makam malam, Mak’e dan Pak’e Gendut mendirikan tenda, sedang Faa dan Sasha mencari kayu bakar untuk membuat api unggun.

Kali ini, kami membawa banyak sekali bekal makanan.  Dari cemilan ringan, makanan utama sampai buah-buahan ada.  Berasa tak seperti camping melainkan pindah tempat makan saja.  Tempat yang sangat wonderful tentunya.

[caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Menu Makan Malam"]

[/caption]

Selepas makan, kami menggelar matras dan mantel hujan untuk rebahan di dekat api unggun, menghadap hamparan laut kami duduk.  Bintang di langit sana sangat banyak, bahkan Ika sampai menyebutnya seperti ketombe. Banyak banget!!  Dan tentu saja ada banyak sekali bintang jatuh.

[caption id="attachment_184909" align="aligncenter" width="480" caption="Tenda dan Api Unggun"]

13407741581185945765
13407741581185945765
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Mendengar dan Didengar"]
Gambar
Gambar
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun