"Dialah orang yang selama ini menemanimu, membagi suka bersamamu dan kau juga merasakan itu bukan?
Hatiku diam tak bersuara, entah Iblis apa yang merasukiku. Aku merasa jiwaku terbelah, pecah dan saling berbenturan. Tak mungkin satu perahu dinahkodai dua orang, begitu pula jiwaku. Tubuhku terasa kelu, dingin semakin mendekapku erat.
"Aku memang mencintaimu, aku juga mengagumimu, tak pernah sedikitpun rasa sayangku berkurang padamu!"
"Aku tak punya harapan lagi" dan kata-kata itu telah mengoyak rajutan harapanku yang kususun indah dan rapi.
"Meskipun aku tahu kau mencintaiku, meskipun aku sadar ku mencintaimu, tapi aku ragu akankah kita mampu membawa perahu terus melaju sedangkan ombak dan badai begitu besar diluar sana yang kapanpun siap menghantam kapal kita!"
*Tulisan yang terlahir saat terjaga dalam tidur (gara-gara minum kopiko brown coffee)!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H