Mohon tunggu...
Fauzi Rafiq
Fauzi Rafiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Panca Sakti Tegal

Saya Fauzi Rafiq, Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Pancasakti Tegal.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fenomena Barcode, Seni Menyakiti Diri Sendiri

21 November 2024   06:00 Diperbarui: 21 November 2024   06:11 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

FENOMENA BARCODE : SENI MENYAKITI DIRI SENDIRI

Seringkali kita mendengar istilah-istilah asing yang tanpa di sadari selalu menyambangi arus media informasi. Di era pesatnya sebuah infomasi ini, banyak beredar istilah di internet yang cukup membingungkan. Seperti halnya perilaku "seni menyakiti diri sendiri" atau "barcode". Secara umum barcode yang di ketahui oleh khalayak ramai adalah tanda berupa kode batang, berupa garis-garis hitam yang terdapat pada suatu produk atau benda. Barcode berguna untuk memudahkan mesin scanner untuk memindai informasi yang lengkap mengenai sesuatu. Seperti hal informasi tentang tanggal produksi, kode benda, harga, dan jenis produk, nomer seri dan lain sebagainya.

Lantas, apa hubungan barcode dengan kesehatan mental?

Sekilas jika kita menilik dari apa itu arti barcode yang sebenarnya memang tidak memiliki hubungan yang signifikan. Akan tetapi dalam istilah medsos semua memiliki arti yang berbeda bahkan jauh dari yang kita bayangkan. Dalam ranah media sosial, barcode di maknai sebagai suatu gambaran seseorang sedang mengalami keterpurukan, kesedihan yang mendalam, dan dibawah tekanan mental (under pressure)

Sering kita jumpai beberapa kasus seseorang menyakiti diri sendiri. Gangguan mental yang dimaksud adalah adanya upaya untuk menyakiti diri sendiri. Saat mengalami tekanan yang besar dan tidak dapat mengatasinya, penderitanya cenderung menyakiti diri sendiri. Salah satunya adalah menyayat tubuh sendiri menggunakan benda tajam (cutter, silet, pisau, pecahan kaca dan benda tajam sejenisnya). Hasil sayatan itu akan membentuk garis-garis yang kemudian di samakan seperti kode batang pada barcode.

Bagi siapapun yang melakukannya, menyakiti diri sendiri merupakan sarana untuk mengungkapkan emosi. Sebenarnya, barcode hanyalah salah satu dari tindakan menyakiti diri yang dilakukan oleh seseorang untuk bertahan dari keadaan yang sulit. Tindakan menyakiti diri sendiri yang lain ialah seperti menjambak rambut, mencakar-cakar tubuh, membentur-benturkan kepala di dinding, dan semua jenis tidakan yang di tujukan untuk menyakiti sendiri. Semua itu masuk dalam kategori Self Harm. Self Harm sendiri adalah tindakan menyakiti diri sendiri yang dilakukan oleh seseorang untuk mengekspresikan emosinya.

Hal apakah yang mendorong seseorang melakukan self harm?

Berikut merupakan beberapa sebab adanya self harm :

1. Beratnya tekanan hidup

Tekanan yang dimaksudkan bisa berasal darilingkup internal maupun eksternal. Misalnya orangtua yang menekan anaknya untuk menjadi juara, untuk berprestasi. Seorang anak yang diperlakukan seperti itu tentu merasakan ketidaknyamanan. Apalagi jika dia tidak mampu untuk memenuhi tuntutan dari orang tuanya tersebut. Dia tidak memiliki keberanian untuk menyampaikan kesulitannya. Akibatnya emosinya tidak terbendung, sehingga dia mengambil tindakan untuk menyakiti diri sendiri.

2. Bentuk pelampiasan emosi

Emosi adalah suatu tekanan yang berasal dari diri sendiri. Bisa berupa emosi negatif maupun emosi positif. Jika itu emosi positif tentu tidak berbahaya. Akan tetapi bagaimana jika itu emosi yang negatif. Tidak semua orang memahami tekanan emosi yang dirasakannya. Tidak semua orang bisa mengekspresikan emosi masing-masing. Terkadang mendiamkan, atau membiarkannya mengendap. Jika kondisi itu terjadi berulang kali akan seperti bom waktu yang akan membahayakan kesehatan mental. Jika tidak ada bimbingan dari orang disekitarnya maka akan lari pada self harm tadi.

3. Tidak ada tempat berekspresi

Sudah menjadi kodratnya manusia adalah makhluk sosial. Kebutuhan akan keberadaan seseorang teman, sahabat menjadi sesuatu yang dibutuhkan. Saat berbagi kesulitan, kesedihan dengan bercerita pada sahabat akan menurunkan tingkat emosi seseorang. Saat tidak memilki tempat untuk berbagi, seseorang merasa bingung karena tidak bisa menyampaikan keluhannya, dan kesulitannya.

4. Stress hingga depresi

Seseorang yang memiliki tingkat stress yang berat atau bisa dikatakan tak dapat ditoleransi lagi, mengakibatkan dirinya depresi. Dengan begitu, untuk melepaskan rasa depresinya, penderitanya akan melakukan self harm atau menyakiti dirinya sendiri.

5. Menderita Gangguan Psikologis

Menderita gangguan psikologis atau gangguan mental, seperti gangguan kecemasan (anxiety disorder), gangguan makan, depresi, serta gangguan stress pascatrauma, memang dapat menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan tindakan self ham atau melukai dirinya sendiri. Bahkan, dikatakan lebih rentan untuk melakukan tindakan self harm.

Bagi penderita gangguan psikologis tingkat berat, cenderung akan melakukan tindakan self harm dengan jenis yang ekstrem pula (seperti pada penjelasan jenis-jenis self harm poin ketiga). Oleh karena itu, untuk mengatasinya pun diperlukan orang khusus yang memang sudah paham akan ilmunya, seperti psikolog atau terapis.

Menurut WHO (World Health Organization), seseorang yang sering menyakiti diri sendiri memiliki tanda-tanda yang bisa dilihat, baik dari fisik maupun psikologis seperti berikut :

  • Terdapat luka sayatan di anggota tubuh tertentu, biasanya pada lengan.
  • Bersikap menutup diri di sekitar lingkungan sosial.
  • Kehilangan motivasi dan percaya diri, menjadi pertanda bahwa orang tersebut sedang tidak baik-baik saja.

Ada beberapa faktor lain yang memicu seseorang melakukan tindakan menyakiti diri sendiri, misalnya berkaitan dengan :

  • trauma masa kecil
  • depresi atau stress tingkat berat
  • hubungan yang kurang harmonis dalam keluarga
  • bullying atau kekerasan dalam lingkungan sosial ataupun pergaulan

Pada dasarnya self harm dilakukan sebagai upaya untuk menarik perhatian. Penderitanya membutuhkan perhatian, cinta dan kasih sayang. Bagi mereka yang merasakan, ada sisi yang kosong di dalam hidupnya. Dan tentu saja merasa terabaikan. Mereka berusaha mengalihkan rasa sepi, rasa marah, dan benci dengan menyakiti diri sendiri. Dengan begitu mereka merasa puas, karena berhasil mengalihkan segala bentuk emosi pada sakit yang diterimanya.

Dengan demikian, "barcode" dalam konteks media sosial adalah sebuah kode untuk mengungkapkan kondisi kesehatan mental yang tidak baik, terkait dengan aktivitas self-harm. Penting untuk diketahui bahwa makna ini sangat serius dan perlu mendapat perhatian.

Jika Anda menemui seseorang yang menggunakan istilah "barcode" untuk menyampaikan niat melakukan self-harm, jangan mengabaikannya. Bantu mereka dengan cara yang tepat, seperti mendengarkan, mengajak berbicara, atau mengarahkan mereka kepada sumber bantuan profesional yang dapat memberikan dukungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun