BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia tengah memasuki Era Revolusi Industri 4.0 hal ini mengakibatkan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) mengalami kemajuan yang begitu pesat mulai bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, pendidikan, serta pariwisatanya. Dengan majunya teknologi akan berperan dalam memperbaiki ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.Â
Termasuk media massa yang setiap tahunnya mengalami perkembangan. Hal tersebut karena media massa pun perlu menyesuaikan jaringan komunikasinya agar sampai pada khalayak masyarakat sehingga diharapkan dapat berinteraksi secara langsung melalui media sosial.
Media sosial merupakan sebuah perantara bagi media massa untuk menyebarkan informasi atau berita dengan berdasarkan fakta yang ada. Pada intinya, media sosial dan media massa memiliki kemampuan yang sama dalam penyebaran informasi aktual. Saat ini, berita terbaru, populer, hingga berita yang menjadi trending topik mudah diakses melalui aplikasi baik itu dalam media massa maupun media sosial.Â
Adapula yang menjadi perbedaan antara interaksi media massa dengan media sosial adalah media massa memuat penulis yang jelas dan selalu tercantum di awal atau akhir sebuah bacaan berita, sedangkan dalam media sosial, penulis berita terkadang masih berupa anonim.
Dari masa ke masa, inovasi dalam memajukan fitur perangkat komunikasi semakin interaktif. Selain memberikan interaktivitas, media baru juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut yang merupakan poin ini tidak kalah pentingnya, yaitu digitalisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa media penyiaran dan dibandingkan dengan media analog atau tradisional, platform digital memiliki banyak keunggulan.Â
Selain dari terbukanya saluran komunikasi dua arah, dan media baru di era informasi memiliki kesan kualitas kinerja dan distribusi yang lebih luas. Karakter terakhir yang diusung adalah Audience Generated, yaitu Media baru memungkinkan pemirsa untuk mendistribusikan konten mereka sendiri.
Mulai dari wordpress, blog, aplikasi sosial media, dan lainnya. Seluruh perangkat tersebut berperan aktif dalam menyebarkan informasi atau berita agar mendorong masyarakat atau penggunanya untuk melakukan literasi. Menurut (Aoyama & Castells, 2002), konsep media dapat senantiasa mengikuti dinamika peradaban manusia yang saat ini telah memasuki era masyarakat informasi. Selanjutnya, perkembangan media virtual mejadi tahap baru dalam perantara media massa, khususnya saat ini Indonesia tengah dalam krisis akibat pandemi covid-19. Komunikasi antar kota bahkan antar negara mulai mudah untuk dilakukan kapan saja.
Oleh karena itu, penting untuk melakukan kajian secara mendalam mengenai hubungan interaksi media massa melalui pendekatan ilmu bantu filsafat komunikasi yaitu aksiologi, ontologi, dan epistemonologi agar dapat membangun interaksi dalam dunia nyata. Metode pengumpulan data dalam penulisan makalah ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data kajian literatur lalu menganalisisnya.
Lalu penulis menentukan objek kajian penyusunan makalah ini yaitu interaksi media massa dalam media sosial dengan menggunakan ilmu bantu filsafat seperti, aksiologi, ontologi, dan epistemologi.
1.2Â Perumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud Filsafat Komunikasi?
2.Bagaimana kajian pendekatan ontologi dalam penggunaan media sosial di era digitalisasi?
3.Bagaimana kajian pendekatan epistemologi dalam penggunaan media sosial di era digitalisasi?
4.Bagaimana kajian pendekatan aksiologi dalam penggunaan media sosial di era digitalisasi?
1.3Tujuan
Setelah penulis menjelaskan mengenai latar belakang serta perumusan masalah, maka didapatkan tujuan dari disusunnya makalah ini, yaitu:
1.Untuk memberi pemahaman kepada penulis dan para pembaca mengenai Penggunaan Media Sosial di Era Digitalisasi Melalui Pendekatan Secara Ontologi, Epistemologi, dan Aksiolgi.
2.Untuk mengetahui perkembangan media sosial di era digitalisasi
3.Untuk memberikan wawasan keilmuan bagi penulis juga para pembacanya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Filsafat Komunikasi
Secara etimologi, filsafat adalah istilah atau kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu "philosophia". Kata itu terdiri dari dua kata yaitu "philos" dan "shopia", philos artinya cinta, pecinta, mencintai dan shopia artinya kebijakan, kearifan, hikmah dan hakikat kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.Â
Filsafat merupakan suatu ilmu yang mempelajari kajian pengetahuan secara mendasar dan umum mengenai persoalaan yang berkaitan dengan dasar, metode, asumsi, dan implikasinya. Menurut Immanuel Kant, filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuam yang mejadi persoalan tentang apa yang diketahui (metafisika), yang dilakukan (etika), yang menjadi harapan (agama), serta yang menjadi hakikat seorang manusia (antoropologi).Â
Studi filsafat dipersiapkan sejak duduk di bangku mahasiswa guna dapat menempatkan masalah-masalah yang harus ditangani dalam konteks yang lebih luas dan lebih mendalam.
Filsafat Komunikasi adalah ilmu yang menganalisis pemahaman secara fundamental serta metodologis yang meliputi beberapa dimensi berdasarkan sifat, tatanan, tujuan, fungsi, serta teknik dan metode komunikasi. Filsafat komunikasi merupakan masalah berpikir sebagai fungsi komunikator yang perlu dipahami secara mendalam.Â
Dari proses komunikasi yang begitu rumit namun tidak sederhana, perlu dilakukan komunikasi dan refleksi untuk memperoleh perspektif yang lebih luas dan komprehensif. Refleksi pada proses komunikasi biasanya terkandung dalam disiplin filsafat komunikasi.Â
Menurut Prof Onong Uchjana Effendi (2003: 321), filsafat komunikasi adalah teori dan disiplin proses komunikasi yang lebih mendalam, mendasar, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan komprehensif, termasuk bidang dan kodratnya. tujuan, fungsi, teknik dan metode.
2.2Â Kajian Pendekatan Ontologi dalam Penggunaan Media Sosial di Era DigitalisasiÂ
Ontologiadalahsalahsatucabangdarifilsafatyangpadaintinya mempertanyakan Apa? (What it is?). Ontologi adalah studi tentang makna dari "ada" dan "berada". Ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya sendiri, menurut bentuknya yang paling abstrak (Suparlan, 2005).Â
Secara ontologi telaahnya berkaitan dengan internet sebagai obyek kajian dan secara epistemologi berkaitan dengan upaya-upaya atau cara- cara ilmiah dalam mempelajari obyek kajian.Â
Landasan ontologi dalam makalah ini berkaitan dengan hakikat hubungan interaksi media sosial dalam media massa. Setelah dilakukan analisis, didapatkan hasil bahwa hakikat tersebut mengalami perkembangan dari zaman ke zaman.
Hal tersebut karena media massa tidak dapat dipisahkan dari dalam konteks ruang dan waktu. Semakin berkembangnya zaman, media untuk menyampaikan berita pun mengalami perkembangan. Menurut (Cangara, 2002) -- Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV.Â
Sedangkan menurut (Rakhmat, 2001) -- Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses kelaziman klasik, kelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dari kedua definisi di atas didapatkan sebuah kesimpulan bahwa kedua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi.
Media massa dapat dimaknai sebagai suatu sarana yang menyampaikan pesan dari komunikator kepada para khalayak. Saat ini cara menyampaikan berita dapat melalui aplikasi media sosial yang dapat diunduh pada smartphone milik masyarakat.Â
Kemudahan dalam mengakses berita diharapkan dapat meningkatkan literasi bangsa Indonesia saat ini. karena dahulu untuk menyampaikan pesan atau berita harus menggunakan alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio, dan lainnya.Â
Hubungan interaksi antara masyarakat sebagai pengguna dengan media massa termasuk perantaranya media sosial sangat mudah untuk dilakukan saat ini karena adanya kecanggihan di era digitalisasi.Â
Selain itu, jenis interaksi dalam media sosial menurut pendekatan ontologis dapat terjadi dari 2 individu, 1 individu, forum grup, hingga melibatkan circle yang lebih luas. Suatu interaksi terjadi karena sifat manusia sebagai manusia sosial yang memerlukan bantuan orang lain.
2.3Â Kajian Pendekatan Epistemologi dalam Penggunaan Media Sosial di Era Digitalisasi
Epistemologi juga merupakan cabang dari filsafat yang mempertanyakan bagaimana? (How to get it?). Pada hakikatnya berkaitan dengan pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang ilmu komunikasi (Theory of knowlegde). Persoalan utama epistemologi ilmu komunikasi adalah mengenai persoalan apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana cara mengetahuinya.Â
Perdebatan mengenai ilmu komunikasi yang merupakan sebuah ilmu atau bukan sangat erat kaitannya dengan bagaimana proses penetapan suatu bidang menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Antara epistemologi dengan ontologi memiliki kaitan yang sangat erat mengenai pengetahuan.
Dalam pendekatan epistemologi, interaksi media massa didalam media sosial dapat dihubungkan dengan timbulnya data base atau data riset dari website yang mengumpulkan data-data atas interaksi media massa dalam aplikasi sosial media. Seperti yang terdapat dalam halaman resmi website Kemkominfo melalui Ditjen Aptika menjelaskan bahwa pengguna internet media sosial di Indonesia meningkat 11 persen yang pada tahun sebelumnya, 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna dengan rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 3 jam untuk berselancar di media sosial.
Untuk menyusun sebuah berita, fakta menjadi salah satu faktor penyusun terpenting. Charnley mengungkapkan kunci standarisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif , jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian (trending topic). Secara epistemologis, cara-cara untuk mendapatkan fakta yang bersifat ilmiah menjadi landasan filosofis sebuah berita sebelum diterbitkan dalam media massa berdasarkan perencanaan yang telah matang, aktual, sistematis, serta logis.
2.4Â Kajian Pendekatan Aksiologi dalam Penggunaan Media Sosial di Era Digitalisasi
Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang mempunyai pertanyaan "untuk apa?" (what for?) Hakikat individual dari ilmu pengetahuan yang bersifat etik terkait aspek kemanfaatan dari ilmu itu sendiri. Tujuan pragmatis filosofis yaitu kemanfaatan dengan tujuan kepentingan manusia itu sendiri.Â
Perkembangan ilmu komunikasi berkaitan dengan kebutuhan manusia untuk berkomunikasi. Kebutuhan mempengaruhi orang lain, teknik berbicara (retorika), berbagi informasi, adalah sebagian kecil dari manfaat ilmu komunikasi. Secara pragmatis aspek aksiologi dari ilmu komunikasi terjawab seiring perkembangan kebutuhan manusia.
Litle john menyebutkan bahwa aksiologis, merupakan bidang kajian filosofis yang membahas value (Nilai-nilai). Litle John mengistilahkan kajian menelusuri tiga asumsi dasar teori ini adalah dengan nama metatori. Landasan aksiologi dalam sebuah penelitian memiliki kaitan dengan nilai seperti nilai estetika, nilai etika, dan nilai agama. Nilai-nilai yang dapat diambil dari hubungan interaksi media massa dalam media sosial di era digitalisasi ini terdiri atas sebagai berikut:
1.Gemar membaca dapat diterapkan untuk meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia khususnya secara digital (literasi digital).
2.Mengantisipasi terjadinya penyebaran berita hoax melalui aplikasi media sosial, kolom chat WhatsApp, dan lain-lain.
3.Mengantisipasi terjadinya ancaman kejahatan digital seperti cyber bullying, penipuan, dan pinjaman online sehingga diharapkan untuk selalu berhati-hati.
4.Mengikuti kampanye online kegiatan volunteer untuk meningkatkan pemahaman terhadap orang di sekitar mengenai media massa dalam aplikasi media sosial.
Jika diarahkan dan dapat dikelola dengan baik, interaksi antara pengguna sosial media dengan komunikator media massa akan terjalin baik sesuai yang diharapkan. Maka dari itu, Indonesia akan siap dalam menghadapi era digitalisasi dalam 5-10 tahun ke depan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan oleh penulis, didapatkan kesimpulan sebagai berikut. Filsafat komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari secara mendalam berdasarkan tujuan dan metode komunikasi.Â
Dalam penyusunan makalah ini, didasarkan pada tiga ilmu bantu filsafat yaitu ontologis, epistemologi, dan aksiologi. Interaksi pengguna sosial media terhadap media massa dalam pendekatan ontologis dapat dilakukan secara luas mulai dari individu, antar individu, ruang lingkup forum atau grup discussion, atau yang lebih luas lagi seperti antar negara.Â
Kemudian Interaksi pengguna sosial media terhadap media massa dalam pendekatan epistemologis dijelaskan bahwa terjadi peningkatan pengguna sosial media sebesar 11 persen dibanding tahun sebelumnya yaitu sekitar 202 juta pengguna. Terakhir, Interaksi pengguna sosial media terhadap media massa dalam pendekatan Aksiologi dilihat dari banyaknya nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diambil dilihat dari perspektif sebagaia pengguna.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, D. (2020). Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Kebijakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SMP Negeri 9 Yogyakarta. Jurnal Filsafat Indonesia, Vol 3 No 2 Tahun 2020. Yogyakarta.
Azman. (2018). Penggunaan Media Massa dan Media Sosial di Kalangan Mahasiswa Komunikasi. Jurnal Peurawi. Vol. 1 No. 1. Media Kajian Komunikasi Islam. Banda Aceh
Respati, W. Transformasi Media Massa Menuju Era Masyarakat Informasi di Indonesia. Jurnal Humaniora. Vol. 5 No. 1 April, halaman 39-51. Faculty of Economic and Communication, BINUS University. Jakarta Barat
Hj. Tine Silvana. Aplikasi Filsafat dalam Ilmu Komunikasi. Jurnal Pustaka Universitas Padjajaran. Jatinangor, Bandung.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H