Mohon tunggu...
Fauzi Hermana
Fauzi Hermana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Berolahraga dan kegiatan alam

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Nilai Olahraga

12 Agustus 2024   19:17 Diperbarui: 12 Agustus 2024   19:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

9.1 olahraga dipandang sebagai olahraga

Sport Viewed as Sport: Sebuah Perspektif yang Mendalam

Konsep "sport viewed as sport" ini mungkin terdengar agak membingungkan pada awalnya. Namun, inti dari konsep ini adalah melihat olahraga secara murni sebagai olahraga itu sendiri. Artinya, kita mengapresiasi olahraga tanpa perlu mencari makna yang lebih dalam atau menghubungkannya dengan aspek-aspek lain di luar olahraga itu sendiri.

Konsep ini penting karena seringkali kita melihat olahraga tidak hanya sebagai aktivitas fisik, tetapi juga sebagai simbol sosial, budaya, politik, atau bahkan ekonomi. Sementara itu tidak salah, namun konsep "sport viewed as sport" mengajak kita untuk kembali ke esensi dasar olahraga: yaitu sebagai bentuk permainan, kompetisi, dan aktivitas fisik yang menyenangkan.

Pendapat Para Ahli

Para ahli olahraga memiliki berbagai pandangan mengenai konsep ini. Beberapa di antaranya berpendapat bahwa:

Olahraga sebagai Hiburan: 

Banyak ahli berpendapat bahwa salah satu alasan utama mengapa orang menonton olahraga adalah semata-mata untuk hiburan. Mereka menikmati ketegangan pertandingan, aksi para atlet, dan juga momen-momen tak terduga yang terjadi dalam sebuah pertandingan.

Olahraga sebagai Eskape:

 Olahraga juga sering dilihat sebagai bentuk pelarian dari rutinitas sehari-hari. Menonton pertandingan olahraga dapat memberikan pengalaman yang berbeda dan membantu seseorang untuk melupakan masalah yang sedang dihadapi.

Olahraga sebagai Identitas: 

Bagi sebagian orang, olahraga menjadi bagian penting dari identitas mereka. Mereka mendukung tim tertentu karena merasa memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan tim tersebut.

Contoh Penerapan Konsep Ini

Contoh yang paling mudah adalah ketika kita menonton pertandingan sepak bola. Kita menikmati permainan yang menarik, gol-gol spektakuler, dan aksi-aksi individu dari para pemain. Pada saat-saat seperti itu, kita tidak perlu memikirkan hal-hal lain di luar pertandingan itu sendiri.

Kritik terhadap Konsep Ini

Meskipun konsep ini memiliki banyak pendukung, namun tidak sedikit pula yang mengkritiknya. Beberapa kritik yang sering muncul adalah:

Terlalu Sederhana: Beberapa orang berpendangan bahwa konsep ini terlalu menyederhanakan kompleksitas olahraga. Olahraga tidak bisa dipisahkan dari konteks sosial, budaya, dan politik yang lebih luas.Mengabaikan Aspek Lain: Dengan hanya fokus pada olahraga sebagai hiburan, kita mengabaikan aspek-aspek penting lainnya seperti nilai-nilai sportivitas, fair play, dan pengembangan diri.

Kesimpulan

Konsep "sport viewed as sport" menawarkan perspektif yang menarik mengenai cara kita memandang olahraga. Meskipun tidak semua orang setuju dengan konsep ini, namun konsep ini tetap relevan dan perlu dipertimbangkan. Pada akhirnya, cara kita menikmati olahraga adalah pilihan pribadi masing-masing

9.2 Nilai Olahraga dan Estetika 

Olahraga merupakan sebuah kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan sosial, (UU system keolahragaan nasional). Menurut Cholik Muthohir, Olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yan dapat mendorong mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat, berupa permainan, pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila. Sedangkan menurut Suryanto Rukmono, olahraga adalah kegiatan untuk melatih tubuh kita agar terasa sehat dan kuat, baik secara jasmani maupun rohani. Dalam olahraga seringkali yang dilihat bukan hanya tentang hasil melainkan juga nilai-nilai estetika yang terkandung di lapangan. 

Istilah estetika (aesthetics) menurut (Sukaryo 2010:1.3.3) berasal dari Bahasa Yunani, aesthesis yang berarti 'penyerapan indera' (sense perception) atau aisthetika yang artinya, sesuatu yang dapat diserap dengan pancaindra. Sedangkan menurut (Gestwicki 2007: 2), estetika (aesthetics) merupakan kemampuan untuk merasa melalui perasaan. Estetika merupakan cabang filsafat yang mengkaji dan membicarakan tentang seni dan keindahan merupakan buah pemikiran manusia terhadap keindahan. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa estetika adalah kemampuan untuk merasa melalui penyerapan panca indera (sense perception) sebagai refleksi terhadap seni. Estetika sendiri disebut juga sebagai "filsafat keindahan" (philosophy of beauty). 

Estetika merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam olahraga. Estetika dalam olahraga adalah sesuatu yang dapat dicerna oleh pancaindera yang berupa unsur-unsur seni serta keindahan yang dijadikan tolak ukur prestasi. Nilai estetika dalam olahraga dapat kita lihat dari pelaksanaan olahraga tersebut, estetika dalam olahraga tidak dapat dihilangkan, karena estetika merupakan daya tarik olahraga yang membuat orang tertarik untuk melakukan atau hanya menikmati olahraga. Sementara analisis etika olahraga telah menjadi pusat perhatian filosofi olahraga baru-baru ini, dua dekade terakhir telah terlihat minat yang bangkit kembali pada analisis estetika olahraga (Edgar, 2013b; Lacerda, 2012a).

Studi tentang estetika dan olahraga berfokus pada dua bidang utama. Yang pertama menyangkut relevansi kualitas estetika dengan pengalaman bermain dan menonton olahraga. Apakah olahraga menimbulkan nilai estetika? Jika ya, apakah nilai-nilai ini dan apakah itu melekat atau hanya terkait dengan olahraga? Yang kedua membahas hubungan antara olahraga dan seni. Apakah olahraga salah satu seni? Jika ya, apa yang membuat olahraga menjadi seni? Pelopor awal dari diskusi ini adalah karya klasik C. L. R. James '(1963), Beyond a Boundary. Dalam analisis seminalnya tentang kriket, James mengeksplorasi identitas antara olahraga dan seni, dengan alasan bahwa keduanya menghasilkan kesenangan estetika karena keduanya diciptakan untuk menjadi indah.

Di era sekarang olahraga tidak hanya sekedar hasil akhir menang atau kalah, melainkan gaya permainan pun ikut menjadi pertimbangan apresiasi publik, walaupun seseorang menang tetapi dengan cara yang membosankan maka akan menjadi kritikan publik, sementara itu jika kalah tetapi dengan cara yang layak dan menghibur maka akan mendapatkan banyak pujian, hal ini sering terjadi pada pertandingan-pertandingan olahraga beregu yang mengandalkan strategi. Terkadang bagi pelaku olahraga pun menjadi dilema, harus berorientasi pada kemenangan atau harus memenuhi keinginan penonton hal ini dapat menimbulkan beberapa konflik kepentingan. Karena pada masa ini pelaku olahraga tidak hanya dituntut untuk menang atau berprestasi, melainkan juga harus tampil menghibur, jadi keindahan estetika merupakan nilai olahraga bagi pemain dan penontonnya.

Puritan memperoleh kesenangan estetika dari permainan yang bagus. Puritan tidak memiliki kesetiaan kepada tim tertentu tetapi menghargai prestasi keunggulan atletik hanya berdasarkan prestasi mereka. Mereka menghargai permainan yang bagus, karena orang mungkin menghargai sebuah karya seni tanpa mengetahui atau peduli tentang identitas senimannya. Partisan mendukung kebajikan dalam mendukung tim tertentu, bahkan saat tim itu bermain buruk. Loyalitas adalah yang terpenting bagi partisan, dan mereka mengikuti tim mereka melalui saat-saat baik dan buruk. Partisan biasanya mendukung tim favorit mereka dengan bersemangat, dan mereka mendukung kesuksesan tim mereka.

9.3 Jalan-jalan di Alam Liar: Olahraga Dinikmati sebagai Sebuah Kontes

Olahraga tidak hanya mencakup aktivitas fisik, tetapi juga kompetisi dan kompetisi yang ditentukan dalam rencana kegiatan olahraga, baik dalam bentuk pertandingan resmi atau, dalam beberapa hal, kompetisi tidak terjadwal (Lubis, 2018). Dalam kehidupan modern, olahraga telah menjadi bagian integral dari masyarakat Selain manfaatnya bagi kesehatan, olahraga juga merupakan sarana peningkatan kinerja, pengembangan karakter, dan hubungan sosial 

Persaingan dalam olahraga merupakan salah satu aspek yang membuat olahraga menjadi menarik dan menantang Kompetisi resmi seperti Olimpiade, Piala Dunia, dan liga profesional memberikan platform bagi para atlet untuk menunjukkan keahlian mereka. Acara-acara ini tidak hanya menunjukkan keterampilan fisik, tetapi juga strategi, kerja sama tim, dan kekuatan mental Atlet yang bertanding di level ini menjadi inspirasi bagi banyak orang dan menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan dedikasi, kesuksesan luar biasa bisa diraih.

Selain turnamen resmi, ada juga turnamen yang tetap efektif meski tidak direncanakan. Misalnya, bermain sepak bola bersama teman di taman atau lari sore bersama. Meski tidak diselenggarakan secara formal, kegiatan ini memberikan rasa kompetitif dan menyenangkan bagi peserta Ini juga memberikan kesempatan untuk berlatih dan meningkatkan keterampilan tanpa tekanan dari kompetisi resmi.

Manfaat olahraga kompetitif tidak terbatas pada aspek fisik saja. Persaingan dalam olahraga menyampaikan nilai-nilai penting seperti sportivitas, kerja keras, disiplin, dan kerja sama tim. Nilai-nilai tersebut berguna tidak hanya dalam olahraga, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Olahraga memberikan kesempatan untuk berinteraksi dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain, baik dalam tim maupun melawan lawan. 

Secara keseluruhan, olahraga memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan kita sebagai sebuah kompetisi Ini memberikan berbagai manfaat fisik, sosial, dan mental Melalui kompetisi kita tidak hanya meningkatkan kesehatan fisik, tetapi juga belajar banyak hal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Lubis (2018), olahraga tidak hanya mencakup aktivitas fisik, tetapi juga kompetisi dan kompetisi baik dalam bentuk pertandingan resmi maupun kompetisi tidak terjadwal sebagaimana ditentukan dalam rencana kegiatan olahraga Hal ini menunjukkan betapa komprehensif dan pentingnya peran olahraga dalam membangun manusia sehat, sukses dan kuat.

9.4 NILAI PENTING OLAHRAGA

Di dalam olahraga banyak sekali nilai-nilai penting yang bisa didapatkan. Selain olahraga memang mempunyai tujuannya sendiri yaitu seperti kesehatan dan kebugaran jasmani, di dalam olahraga juga terdapat nilai-nilai penting. Nilai-nilai penting tersebut dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sendiri salah satunya ialah Olahraga bersifat Informatif(Edgar, 2013). Menurut Edgar disini olahraga bisa menjadi sebuah hal yang mempunyai tujuan informasi bagi penikmat olahraga. Kegiatan olahraga bisa disebut sebagai suatu hal yang sifatnya lebih sederhana, simple dan kompleks karena olahraga dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Edgar lebih lanjut memberikan pandangan mengenai Olahraga bersifat Informatif, ialah karena penikmat olahraga mampu menganalisis tentang nilai apa yang terkandung di dalam pertandingan olahraga. Menurut Hinda Z(2015) dalam jurnalnya yang berjudul '' IMPLEMENTASI NILAI-NILAI OLAHRAGA DALAM PEMBANGUNAN NILAI KEWARGANEGARAAN DAN MEMPERKOKOH NKRI'' menjelaskan nilai yaitu merupakan rujukan perilaku, sesuatu yang dianggap "luhur" dan menjadi pedoman hidup manusia dalam kehidupan masyarakat. Nilai seperti apa yang ada di olahraga? Yaitu nilai-nilai Fair Play. Mengenai hal ini, saya setuju bahwasannya di dalam olahraga kita bisa mengetahui adanya Fair Play. Selain olahraga memberikan manfaat bagi penikmat olahraga bahwa olahraga tidak hanya untuk kebugaran dan kesehatan jasmani. Dengan olahraga kita bisa lebih mengetahui nilai-nilai penting yang ada di dalam olahraga. Mengenai hal tersebut kita sebagai penikmat olahraga khususnya bisa lebih mengerti akan nilai yang dimiliki oleh olahraga. Lalu, diimplementasikan kepada kehidupan sehari-hari.

Seperti yang kita ketahui bahwasannya Fair Play merupakan suatu sikap yang dimiliki dan sudah melekat bahwa lawan bertanding dalam olahraga diibaratkan sebagai teman bertanding yang terikat oleh kekeluargaan olahraga. Seperti yang dikatakan Amansyah (2010) fair play merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria dalam olahraga. Ksatria diibaratkan sebagai orang yang bijaksana dalam menghargai lawannya di medan peperangan, begitu juga dengan pemain olahraga yang melakukan fair play. Fair Play dilakukan atas dasar menghargai dan kasih sayang terhadap lawan sebagai bentuk keterikatan satu sama lain ketika bertanding. Menurut Komite Fair Play Internasional (2024) lebih lanjut menjelaskan bahwa Fair Play merupakan suatu konsep yang kompleks dan mewujudkan sejumlah nilai fundamental yang tidak hanya penting dalam olahraga tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya rasa hormat, persaingan yang adil serta kejujuran. Mengenai hal ini kita bisa setuju bahwasannya di dalam olahraga diajarkan nilai-nilai tersebut dan mampu diimplementasikan sebagai nilai kehidupan sehari-hari. Tetapi, tidak selamanya di dalam pertandingan olahraga memiliki tim atau individu yang fair play terhadap lawannya. Mengapa demikian? mengapa bisa terjadi? Dalam buku Gladi '' Jurnal Ilmu Keolahragaan'' Volume 4 Nomor 1, April 2010. Penulis menjelaskan bahwa Olahraga melibatkan orang ''Dewasa'' yang telah dicampuri oleh berbagai kepentingan dan motif. Dengan hal ini, kita bisa mengetahui bahwasannya di dalam suatu pertandingan olahraga orang-orang dewasa itu diibaratkan sebagai MAFIA yang mempunyai motif tertentu. Mereka lebih mengesampingkan nilai-nilai yang terkandung dalam olahraga dan lebih mengedepankan motif dan keinginannya masing-masing. Maka dari itu, setiap pemain harus mengedepankan moral sebagai landasan untuk mengembangkan jiwa Fair Play di dalam olahraga. 

Selain memiliki manfaat dari segi kesehatan dan kebugaran jasmani, di dalam olahraga juga terdapat nilai intriksik yang diakibatkan oleh pihak luar(ekstrinsik) sebagai bentuk dorongan untuk memotivasi penonton olahraga. Edgar(2013) menyebutkan bahwa olahraga dalam perspektif sprektator dapat menstimulasi untuk termotivasi melakukan hal yang sama. Dalam artikel yang berjudul '' Sport Spectatorship and Health Benefits : A case of Japanese Professional Golf Tournament'' Hasil temuan Yasuhiro Watanabe, dkk(2020) acara olahraga besar dapat berfungsi sebagai katalis bagi perilaku partisipasi olahraga. Lebih lanjut didukung oleh pernyataan Lyu dan Lee(2013), menyebutkan berjalan dan menonton pertandingan(golf) akan meningkatkan kesehatan. Mengenai hal ini, kita sebagai penonton atau suporter akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama juga. Karena keinginan yang sama ingin seperti mereka kita jadi melakukannya. Tetapi terkadang dengan hal ini kita harus mengetahui kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing individu.

9.5 Olahraga dan prasangka 

Olahraga sering kali dianggap sebagai sarana untuk mempersatukan masyarakat dari berbagai latar belakang. Namun, dalam praktiknya, prasangka dan diskriminasi masih sering muncul di dunia olahraga. Prasangka ini dapat berupa stereotip terhadap kemampuan fisik berdasarkan ras, etnis, atau gender, yang mempengaruhi kesempatan seseorang untuk berpartisipasi dan berkembang dalam olahraga. Misalnya, ada anggapan bahwa atlet dari ras tertentu lebih unggul atau lemah dalam jenis olahraga tertentu, yang dapat menimbulkan ketidakadilan dalam seleksi dan pembinaan atlet.

Prasangka dalam olahraga juga bisa terlihat dalam bentuk diskriminasi gender. Meskipun sudah ada banyak kemajuan dalam kesetaraan gender, masih terdapat perbedaan perlakuan antara atlet pria dan wanita, baik dalam hal dukungan finansial, eksposur media, maupun penghargaan yang diterima. Misalnya, dalam banyak kasus, olahraga wanita masih dianggap kurang menarik atau kurang kompetitif dibandingkan olahraga pria, yang berdampak pada rendahnya partisipasi dan apresiasi terhadap atlet wanita.

Selain itu, prasangka terhadap orientasi seksual juga menjadi isu yang sering dihadapi dalam dunia olahraga. Atlet yang terbuka tentang orientasi seksual mereka terkadang menghadapi diskriminasi dari rekan tim, pelatih, atau penggemar. Lingkungan yang tidak mendukung ini dapat menghalangi mereka untuk tampil maksimal dan bahkan memaksa mereka untuk menyembunyikan identitas mereka. Situasi ini menunjukkan bahwa meskipun olahraga dapat menjadi alat untuk mempromosikan inklusi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghilangkan prasangka dalam semua aspek olahraga.

Untuk mengatasi prasangka dalam olahraga, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk federasi olahraga, pemerintah, media, dan masyarakat umum. Pendidikan dan peningkatan kesadaran tentang pentingnya inklusi dan kesetaraan dalam olahraga harus ditingkatkan. Selain itu, penerapan kebijakan yang tegas terhadap diskriminasi serta pemberian dukungan kepada kelompok yang rentan terhadap prasangka sangat diperlukan. Dengan demikian, dunia olahraga dapat menjadi tempat yang benar-benar inklusif dan adil bagi semua orang, anpa memandang latar belakang mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun