Semua insan yang dilahirkan layak mendapatkan kebahagaiaan. Kenapa aku katakan demikian karena sebagai mahluk yang diciptakan lebih sempurna dari mahluk hidup lainnya, kita diberikan akal dan pikiran untuk meraih kebahagiaan.
Kebahagiaan adalah suatu keadaan yang menjadikan perasaan dan pikiran seseorang merasa tenang, damai  nyaman dan tentram. Hadirnya kebahagiaan didalam hidup kita tidak terlepas dari orang-orang yang memberikan motivasi dan penguatan. Baik dari keluarga maupun dari kerabat.
Kebahagiaan itu pilihan, manusia layak mendapat kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah sebuah karunia yang di titipkan sang Khaliq kepada semua insan yang dilahirkan. Tetapi untuk meraih suatu kebahagiaan dibutuhkan ikhtiar.
Kebahagiaan yang kita peroleh akan lebih bermakna bila kebahagiaan itu dapat dibagi dan juga dinikmati oleh orang lain.
Aku berasal dari di kota Medan, tepatnya di kelurahan Helvetia Medan. Sekarang berdomisili di Makassar. Meski jarak antara medan dan Makassar tidak sedekat yang ku bayangkan, tetapi kami selalu menyempatkan untuk pulang kampung setahun sekali.
Bertemu orang tua dan sanak saudara merupakan kebahagiaan yang kurasakan ketika lebaran tiba. Meski keinginan berlama-lama dikampung halaman tak bisa terwujud tetapi aku bersyukur diwaktu yang singkat kami bisa saling menebar kebahagiaan.
Aku dilahirkan dari rahim seorang ibu yang berdarah minang. Ibu ku berprofesi sebagai guru di SMK NEGERI 3 Medan, ketika itu untuk menambah pendapatan ibu juga mengisi waktu kosongnya mengajar di SMA swasta KARTIKA 1 MEDAN.
Seperti kata pepatah buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Begitu juga aku, Cita-cita ku dari kecil ingin menjadi guru, keinginan  menjadi guru bukan tanpa alasan, tetapi pola asuh dan didikan  ibu ku yang mendorong ku untuk mengikuti jejak beliau.
Kesabaran ibu dalam menuntun seseorang dari yang tidak tau menjadi tau, menjadikan aku ingin seperti ibu, dalam benakku, meski usaha ibu sederhana tetapi ibu bisa membuat orang lain bahagia.
Dan aku merasa kebahagiaan akan lebih bermakna jika kita bisa berbagi kebahagiaan kepada siapa saja.
Berawal dari guru Kontrak atau guru bantu, aku mulai mengajar di SMA 4 Medan. Ketika itu diangkat menjadi guru kontrak 1 Juni  2003. Perasaan bahagia terpancar dari raut wajah ku dan dari raut wajah ibu yang tak henti menebar motivasi.
Meski gaji awal 470.000 rupiah,tetapi sangat membawa makna, karena di masa itu aku belajar, mengkondisikan segala sesuatu dengan keadaan ku. Dan aku hanya berpikir bagaimana  ilmu yang aku peroleh di bangku kuliah bisa bermanfaat untuk  anak didik ku. Mengingat jurusan yang ku ambil adalah jurusan bahasa inggris. Tujuan ku hanya satu yaitu aku bisa mermanfaat untuk anak didik ku.
Singkat cerita empat tahun menjadi guru bantu tetap ku jalankan meskipun beberapa teman kala itu ada yang berhenti dengan berbagai alasan. Salah satunya karena gaji yang tidak mencukupi.
Ada juga beberapa dari suami mereka yang berpikir lebih baik menjaga anak mereka di rumah dari pada harus menambah pengeluaran untuk mengaji pengasuh anak.
Tetapi tidak begitu dengan Aku, aku yang kala itu masih sendiri, merasa sudah cukup untuk  memenuhi kebutuhan ku, makan siang aku sengaja bawa dari rumah.sehingga sebagian gaji bisa untuk biaya tranfort pulang naik becak dayung dari sekolah menuju simpang jalan untuk mengambil angkot. Kalau jalan kaki lumayan jauh sih kira-kira 700 meter, apalagi pakai sepatu bertumit.
Ditahun kelima menjadi Guru bantu, tepatnya tanggal 1 Januari 2008  adalah tahun membawa kebahagian yang tak terhingga, kala itu  guru bantu diangkat menjadi CPNS. Kesabaran yang dihadiahkan sang khalik dengan kebahagian menambah rasa syukurku kepadaNya.
Ditahun 2009, april aku di pertemukan dengan seseorang. Dia adalah tetangga ku yang hampir 17 tahun mencari sesuap nasi di kota Makassar. Meski kami lama tak ketemu dan lama tak pernah berkirim kabar, tetapi kedua orang tua kami saling bertemu dalam acara pengajian rutin Mesjid Amaliah di kelurahan Medan Helvetia.
Saya yakin sang Khalik telah merencanakan kami bertemu kembali dan pertemuan itu juga berakhir dengan suatu kebahagian, ditahun yang sama tanggal 20 Juni, aku menikah dengan nya.
Sebenarnya aku tak pernah menduga menikah dengan seseorang yang sangat luar biasa dimataku, Â yang menerima segala kekurangan dan kelebihanku, begitu juga aku kepadanya. Aku yakin bahwa pertemuan kami bukanlah suatu kebetulan tetapi suatu yang telah ditetapkan sang Khalik . karenanya kebahagiaan yang telah diamanahkan harus ku jaga dengan sebaik-baiknya.
aku yang kala itu tidak pernah berpergian keluar dari kota Medan, Kini mengikuti suami keluar provinsi yang menempuh jarak dua pulau di waktu yang sama.
Sampai dikota Makassar, mata ku seakan tak ingin berpaling memandang keindahan pantai Losari yang berada di tengah-tengah kota Makassar. Aku seakan lepas tak terkendali, kekaguman ku pada pantai Losari membuat aku ingin menjemput senja di sore hari disana. Semakin aku kagum semakin aku merasa kebahagiaan atas besarnya karunia sang Khalik yang telah diberikannya kepada manusia.Â
Setahun kemudian tepatnya tanggal 1 Mei 2010, kebahagian kembali datang menghampiri aku. Aku menerima SK PNS. Tangan ku Dingin, Air mata tak terbendung menahan haru  kebahagiaan. Senyuman kebahagiaan ku persembahkan buat ibu yang selalu membantu dan menguatkan aku, tak lupa juga buat ayah yang setia mengantarku tiap pagi kesekolah.
Kebahagiaan itu juga tak ingin ku lewatkan dengan menyantuni anak-anak yatim. Doa-doa yang mereka panjatkan menjadi suatu pengharapan dimasa yang akan datang. senyuman  kedamaian dan kebahagiaan terlihat dari wajah mereka.
Aku sadar bahwa kebahagiaan yang diaraih jauh lebih memeliki arti, jika kebahagiaan itu dapat kita bagi pada orang lain.
Tepat tanggal 12 Agustus 2010 kado istimewa dari sang Khalik untuk aku dan suami .kehadiran bayi mungil disertai suara tangisan kecil.
Kebahagian yang luar biasa, aku diberi amanah seorang bayi laki-laki bernama Nafi Namora Ramadhan Hasibuan.
Kebahagiaan dari keluarga suami juga terlihat ketika mereka mengetahui bayi laki-laki telah hadir sebagai penerus marga atau nama keluarga  bagi suku batak yaitu marga Hasibuan
Sungguh besar nikmat yang kau berikan ya Allah...Kebahagiaan demi kebahagiaan kau berikan dikehidupan ku.
Aku menyadari bahwa kesempurnaan secara lahir yang diberikan sang Khalik bukan menjadi patokan seseorang layak mendapat kebahagiaan.tetapi barometer kelayakan itu diukur dari seberapa besar doa dan ikhtiar yang telah dia lakukan untuk meraih kebahagiaan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI