Mohon tunggu...
Fauziah Ilham
Fauziah Ilham Mohon Tunggu... Guru - ENGLISH TEACHER

Nama saya Fauziah Nur, Saya mengabdikan diri sebagai Guru SMA NASIONAL MAKASSAR. Saya mulai mengajar di SMA NASIONAL MAKASSAR pada tahun 2011. sebelum saya hijrah ke Makassar, Saya pernah mengabdi di SMAN 4 MEDAN dari tahun2003- 2010, Kemudian saya Menikah dengan seseorang yang sama2 berasal dari Medan tetapi mencari sesuap nasi di Makassar. Ikut bersama suami di makassar dan mengabdikan diri di SMA NASIONAL MAKASSAR tidak hanya mendapat kehidupan baru tetapi juga mendapat unit kerja baru ,siswa baru teman baru dan rumah baru juga tapi baru ngotrak, hehehe Selama mengajar diSMA NASIONAL MAKASSAR , saya banyak mendapat pengalaman / pembelajaran baru yang menjadi pedoman dalam berinteraksi dan beradaptasi kepada sesama . Dan itu sulit untuk saya lupakan. Beberapa pengalamanyang saya dapatkan di SMA NASIONAL MAKASSAR merupakan pengalaman pertama saya diantaranya adalah pengalaman menjadi wali kelas XI IPA2, pengalaman membimbing kegiatan ektrakulikuler English community, pengalaman menjadi guru pamong dan yang paling menantang saya adalah pengalaman mengajar siswa di kelas. Kenapa saya katakan demikian, karena dalam setiap proses KBM, kita ditantang untuk menaklukkan emosinal, ketidak percayaan diri dalam menghadapi siswa milinial dan juga ditantang menjadi role model untuk siswa. Pengalaman-pengalaman itu menjadi suatu power dalam meningkatkan motivasi diri untuk lebih kreatif, variatif dan inovatif dalam menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sebagai seorang guru yang telah mengabdikan diri untuk mendidik siswa selama 22 tahun, tentunya banyak pengalaman dalam proses KBM dikelas yang menjadikan saya siap dengan segala tantangan dalam era globalisasi ini. Era globalisasi sangat erat kaitannya dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi (IPTEK). Tantangan yang dihadapai guru saat ini adalah pesatnya perkembangan IPTEK dan krisis moral. Era globalisasi memberikan akses kepada semua orang tanpa batasan usia untuk berselancar didunia maya, tanpa disadari pengaruh-pengaruh yang berasal dari luar dengan mudah di adopsi oleh siswa kita bahkan mereka cendrung meniru. Hal ini tentunya membawa impact yang luar biasa pada pembentukan moral siswa, tak jarang guru sering mendapatkan sikap yang kurang baik ketika siswa itu diberikan nasehat.Tetapi bukan guru namanya jika kita tidak bisa memberikan pendekatan komunikasi yang intensif demi perubahan sikap siswa kearah yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Polemik Pembelajaran Tatap Muka di Awal Tahun 2021

11 Desember 2020   07:23 Diperbarui: 11 Desember 2020   13:29 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Covid 19 belum juga berakhir, kita masih di hadapkan dengan kondisi yang memaksa kita untuk terus bertahan dengan keterbatasan. Banyaknya korban yang terkonfirmasi virus korona semakin mengkhawatirkan seluruh masyarakat terutama yang memiliki tingkat aktifitas yang tinggi diluar rumah. Covid 19 dengan ganas mengintai nyawa siapa saja. Tanggal 10 Desember tercatat pasien meninggal bertambah 165 menjadi 18.336 orang (News.detik.com. 10/12/2020) .

Segenap upaya telah dilakukan oleh pemerintah khususnya dalam dunia pendidikan. Dari pemberian kartu kuota gratis, platform belajar on line gratis dan lain sebagainya. Pendistribusian informasi dan materi berbasis digital menjadi satu-satunya cara yang paling efektif tetapi disisi lain ternyata membawa dampak yang luar biasa bagi guru, orang tua dan siswa.

Terlebih dampak yang sangat dirasakan oleh orang tua dan siswa. Orang tua menjadi satu-satunya tumpuan siswa untuk mencurahkan permasalahan pembelajaran di masa covid 19, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan ruang dalam proses pembelajaran online, sehingga peluang anak untuk berinteraksi digital dengan guru tidak semaksimal seperti pada pembelajaran konvensional (tatap muka).

Tidak sedikit keluhan siswa yang terabaikan tanpa penyelesaian karena keterbatasan waktu dan sebagian besar minimnya pemahaman orang tua ketika dihadapkan dengan tugas-tugas anak. Belum lagi beberapa orang tua yang harus bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah sehingga tidak bisa menemani dan membimbing anak selama belajar online.

Akhirnya anak berada pada titik jenuh bahkan timbul rasa bosan hingga meningkat menjadi stress yang sulit untuk dikendalikan.

Coba kita sejenak membayangkan disaat kita terbentur masalah dan tidak tau pada siapa kita mengutarakanya, orang terdekat (orang tua) yang dianggap bisa membantu ternyata tidak mampu memberikan dukungan.

Kondisi ini bisa memberikan cela bagi anak-anak kita untuk mencari jalannya sendiri dan tanpa kita sadari mereka tersesat dijalan yang tak diharapkan. Tentunya kita sebagai orang tua tidak ingin hal ini terjadi.

Rencana Pembelajaran Tatap Muka 2021

Rencana pembelajaran tatap muka diawal tahun 2021 membawa kabar bahagia bagi beberapa orang tua siswa, mereka menyambut baik dan merasa lega jika pembelajaran tatap muka di mulai di awal tahun 2021, alasannya mereka menyadari bahwa mereka tidak mampu menjadi guru untuk anak mereka ketika menemani dan membimbing anak pada pembelajaran online.  

Dikutip dari kanal YOU TUBE KOMPAS TV Menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem  Markarim memaparkan "pemerintah telah melakukan penyesuaian kebijakan untuk memberikan kewenangan kepada  pemerintah daerah, kanwil dan kemeneg untuk menentukan pemberian izin pembelajaran tatap muka (PTM) disekolah-sekolah dibawah kewenangannya.  Pemberian izin ini bisa saja secara serentak atau bertahap tergantung kepada kesiapan masing-masing daerah sesuai dengan diskresi kepala daerah berdasarkan evaluasi kepala daerah dalam memenuhi semua checklist untuk melakukan tatap muka dan juga melaksanakan protokol kesehatan yang sangat ketat."

Beliau menambahkan ada 3 pihak yang bisa menentukan sekolah bisa dibuka yaitu Pihak Pemda, Kepala sekolah dan Perwakilan orang tua melalui komite sekolah. Jika ketiga pihak ini setuju maka tatap muka bisa dijalankan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat

Beliau juga menekankan, Kalau pun sekolah telah dibuka, orang tua masih bisa tidak mengizinkan anaknya untuk pembelajaran tatap muka, karena hak terakhir ada pada orang tua, kembali lagi beliau menekankan bahwa pembelajaran tatap muka ini diperbolehkan bukan diwajibkan.

Polemik Pembelajaran Tatap Muka 2021

Pembelajaran tatap muka yang akan direncanakana diawal tahun 2021 menimbulkan polemik dimasyarakat, masyarakat ada yang mendukung kebijakan ini tetapi ada juga yang tidak mendukung kebijakan ini dengan alasan khawatir anak-anak mereka akan terpapar virus Covid 19.

Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini penyebaran virus covid 19 meningkat. Sejumlah sekolah yang tadinya memberlakukan sekolah tatap muka kini harus dihadapkan dengan pahitnya kenyataan yang menimpa sebagian siswa mereka yang terpapar covid 19.

Di kutip dari Semarang KOMPAS. Com. (4/12/2020), Sebanyak 179 dari 223 siswa SMK Negeri Jawa Tengah yang menjalani uji swab terkonfirmasi positif covid 19. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pramono telah memerintahkan SMKN Jateng tutup sementara setelah sejumlah pelajar terpapar covid 19. (OKEZONE.com. 6/12/2020).

Pengamat pendidikan dari universitas Negeri Padang Dr. Fitri Arsih mengungkapkan saat ini disiplin protokol kesehatan belum menjadi kebiasaan masyarakat. Jika sekolah dipaksakan melakukan proses belajar mengajar, sangat berpeluang menciptakan cluster baru, yaitu cluster sekolah. "Jangan pertaruhkan masa depan anak untuk kegiatan tatap muka disekolah. Jangan jadikan alasan sekolah kembali dibuka karena kota padang telah keluar dari zona merah, sangat beresiko sekali dan sangat disesalkan jika ini terjadi," tegasnya.( Unp.ac.id.  19/11/2020). 

Epidemology dari Griffith University, Dicky Budiman menyebutkan jika benar sekolah kembali dibuka Januari nanti, maka hal ini adalah suatu hal yang sangat membahayakan. ( KOMPAS. com. 24/11/2020). Dicky juga menyatakan beberapa faktor yang bisa membahayakan, salah satunya adalah faktor libur panjang di bulan Desember, beliau menambahkan semua itu kembali lagi pada upaya 3 T ( testing , tracing, treatment) dan 3 M ( memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan).

Dikutip dari (KOMPAS.com. 20/11/2020) Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menyatakan bahwa "menyerahkan kepada pemerintah daerah tanpa berbekal pemetaan daerah dan sekolah yang dapat dikategorikan siap dan belum siap, menurut saya bentuk lepas tanggung jawab. seharusnya bukan diserahkan ke pemda akan tetapi dibangun sistem informasi, komunikasi , koordinasi dan pengaduan terencana baik sehingga pemerintah pusat  dan pemerintah daerah dapat bersinergi melakukan kesiapan buka sekolah dengan infrastruktur dan protokol kesehatan / SOP adaptasi kebiasaan baru ( AKB) disekolah."lanjut retno

 Harapan Diawal Tahun 2021

Jika kita cermati adanya berpedaan pandangan terhadap pembelajaran tatap muka diawal tahun 2021 merupakan cerminan bahwa kita peduli terhadap masa depan pendidikan anak bangsa, Kejenuhan yang hampir 1 tahun dirasakan oleh anak bisa membawa pengaruh yang lebih buruk jika tidak segera di atasi. Anak bisa putus sekolah, dan tingkat stress anak makin bertambah karena kekerasan verbal dan fisik yang dialami anak.

Tetapi disisi lain anak-anak yang ingin memulai pembelajaran tatap muka harus berhadapan dengan tingginya resiko terpapar covid 19 jika lengah dengan protokol kesehatan.

Kita berharap pembelajaran tatap muka( PTM) di awal tahun 2021 bisa mengobati kejenuhan anak  tentunya dengan seizin orang tua dan  penerapan protokol kesehatan yang ketat. Dan bagi anak yang tidak mendapat izin dari orang tuanya bisa melanjutkan pembelajaran online seperti sebelumnya. Karena seperti yang telah di jelaskan menteri pendidikan dan kebudayaan Nadiem Markarim pada kanal you tobe kompas TV, beliau mengatakan bahwa hak terakhir ada pada orang tua dan beliau juga menekankan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) ini di perbolehkan bukan diwajibkan.

Harapan kita kedepan tentunya anak -anak bisa mendapatkan pendidikan dengan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan bakat dan minat anak untuk mampu berkreasi, berkompetisi dan berinovasi.

Perbedaan cara pandang terhadap sesuatu mungkin saja tidak bisa dipungkiri, itu menjadi bukti bahwa kita saling peduli. Kita coba menjadikan perbedaan sebagai sesuatu hal yang menarik untuk dipadukan demi tercapainya satu tujuan yang baik . Mungkin saja dengan  menggabung 2 metode ( Blended Learning Method) yaitu pembelajaran online ( PO) dan pembelajaran tatap muka (PTM).

DALAM SITUASI YANG PELIK SEKALIPUN KITA MASIH BISA BERKREASI DAN BERINOVASI SELAGI ADA SETITIK HARAPAN UNTUK MASA DEPAN

SALAM SEHAT DAN TATAP SEMANGAT SAHABAT-SAHABAT INDONESIA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun