Beliau menambahkan ada 3 pihak yang bisa menentukan sekolah bisa dibuka yaitu Pihak Pemda, Kepala sekolah dan Perwakilan orang tua melalui komite sekolah. Jika ketiga pihak ini setuju maka tatap muka bisa dijalankan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat
Beliau juga menekankan, Kalau pun sekolah telah dibuka, orang tua masih bisa tidak mengizinkan anaknya untuk pembelajaran tatap muka, karena hak terakhir ada pada orang tua, kembali lagi beliau menekankan bahwa pembelajaran tatap muka ini diperbolehkan bukan diwajibkan.
Polemik Pembelajaran Tatap Muka 2021
Pembelajaran tatap muka yang akan direncanakana diawal tahun 2021 menimbulkan polemik dimasyarakat, masyarakat ada yang mendukung kebijakan ini tetapi ada juga yang tidak mendukung kebijakan ini dengan alasan khawatir anak-anak mereka akan terpapar virus Covid 19.
Seperti yang kita ketahui akhir-akhir ini penyebaran virus covid 19 meningkat. Sejumlah sekolah yang tadinya memberlakukan sekolah tatap muka kini harus dihadapkan dengan pahitnya kenyataan yang menimpa sebagian siswa mereka yang terpapar covid 19.
Di kutip dari Semarang KOMPAS. Com. (4/12/2020), Sebanyak 179 dari 223 siswa SMK Negeri Jawa Tengah yang menjalani uji swab terkonfirmasi positif covid 19. Bahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pramono telah memerintahkan SMKN Jateng tutup sementara setelah sejumlah pelajar terpapar covid 19. (OKEZONE.com. 6/12/2020).
Pengamat pendidikan dari universitas Negeri Padang Dr. Fitri Arsih mengungkapkan saat ini disiplin protokol kesehatan belum menjadi kebiasaan masyarakat. Jika sekolah dipaksakan melakukan proses belajar mengajar, sangat berpeluang menciptakan cluster baru, yaitu cluster sekolah. "Jangan pertaruhkan masa depan anak untuk kegiatan tatap muka disekolah. Jangan jadikan alasan sekolah kembali dibuka karena kota padang telah keluar dari zona merah, sangat beresiko sekali dan sangat disesalkan jika ini terjadi," tegasnya.( Unp.ac.id. Â 19/11/2020).Â
Epidemology dari Griffith University, Dicky Budiman menyebutkan jika benar sekolah kembali dibuka Januari nanti, maka hal ini adalah suatu hal yang sangat membahayakan. ( KOMPAS. com. 24/11/2020). Dicky juga menyatakan beberapa faktor yang bisa membahayakan, salah satunya adalah faktor libur panjang di bulan Desember, beliau menambahkan semua itu kembali lagi pada upaya 3 T ( testing , tracing, treatment) dan 3 M ( memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan).
Dikutip dari (KOMPAS.com. 20/11/2020) Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyarti menyatakan bahwa "menyerahkan kepada pemerintah daerah tanpa berbekal pemetaan daerah dan sekolah yang dapat dikategorikan siap dan belum siap, menurut saya bentuk lepas tanggung jawab. seharusnya bukan diserahkan ke pemda akan tetapi dibangun sistem informasi, komunikasi , koordinasi dan pengaduan terencana baik sehingga pemerintah pusat  dan pemerintah daerah dapat bersinergi melakukan kesiapan buka sekolah dengan infrastruktur dan protokol kesehatan / SOP adaptasi kebiasaan baru ( AKB) disekolah."lanjut retno
 Harapan Diawal Tahun 2021
Jika kita cermati adanya berpedaan pandangan terhadap pembelajaran tatap muka diawal tahun 2021 merupakan cerminan bahwa kita peduli terhadap masa depan pendidikan anak bangsa, Kejenuhan yang hampir 1 tahun dirasakan oleh anak bisa membawa pengaruh yang lebih buruk jika tidak segera di atasi. Anak bisa putus sekolah, dan tingkat stress anak makin bertambah karena kekerasan verbal dan fisik yang dialami anak.