Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... -

Pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Riwayat Kata Pisah

9 Desember 2018   15:15 Diperbarui: 9 Desember 2018   15:19 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

/1/

Siang di kedai kopi, kita bercengkrama

Menanam biji-biji cinta di hati 

Kita rawat mereka dengan sabar, dipupuk dengan kasih sayang 

Dan disirami dengan perhatian hingga bisa kita tuai nanti 

/2/

"Aku mencintaimu. Jiwaku sepi tanpamu", bisikmu di telingaku

Di sini sunyi. Suara-suara sudah tak ada lagi. Hening, semuanya tak bising. Aku tuli.

"Aku tak bisa mendengar"

"Cukup rasakan", katamu kepadaku yang tak suka buih madu, padaku yang berjiwa sepi, padaku yang percaya bahwa cinta itu kamu, dan padaku yang sangsi bahwa kamu akan pergi.

/3/

Waktu pun bergulir, mengganti musim kemarau dengan musim penghujan di sepanjang hari.

Dari kejauhan, aku dapat melihat angin-angin yang bergulung bagai topan atau tentang isyarat basah yang akan segera berganti hujan di pekarangan. Ya, musim hujan akan tiba. Dan kita akan sempurna merana.

/4/

Kala musim-musim telah tiba di pekarangan

Aku dapat melihat masalah yang duduk di sofa

Amarah yang luruh di kubin-kubin kusam  

Dan air mata yang menyeduh duka di dapur

Semuanya pecah, basah tertuai air mata.

Dan kau tahu?

Kata "Aku mencintaimu, jiwaku sepi tanpamu" sudah hilang. Pergi entah ke mana. Semuanya purna. Yang tersisa hanya cintaku-- cintaku yang tak utuh tanpamu.

/5/

Dan pada akhirnya, kita hanya bisa pasrah. Kita lelah. Kita ingin pisah. Kita ingin sendiri, ditikam kesepian. 

Perpisahan bertamu dan kehilangan menyalami aku. Katanya aku harus tabah.

Ya kita pisah. Pisah. Pisah.  Pisah...

Selamat tinggal, kita pisah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun