Mohon tunggu...
Fauziah
Fauziah Mohon Tunggu... -

Pelajar.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Riwayat Kata Pisah

9 Desember 2018   15:15 Diperbarui: 9 Desember 2018   15:19 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Waktu pun bergulir, mengganti musim kemarau dengan musim penghujan di sepanjang hari.

Dari kejauhan, aku dapat melihat angin-angin yang bergulung bagai topan atau tentang isyarat basah yang akan segera berganti hujan di pekarangan. Ya, musim hujan akan tiba. Dan kita akan sempurna merana.

/4/

Kala musim-musim telah tiba di pekarangan

Aku dapat melihat masalah yang duduk di sofa

Amarah yang luruh di kubin-kubin kusam  

Dan air mata yang menyeduh duka di dapur

Semuanya pecah, basah tertuai air mata.

Dan kau tahu?

Kata "Aku mencintaimu, jiwaku sepi tanpamu" sudah hilang. Pergi entah ke mana. Semuanya purna. Yang tersisa hanya cintaku-- cintaku yang tak utuh tanpamu.

/5/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun