"Kalian mau tau penyebabnya?" Mbah Harso yang baru saja datang menyela perbincangan warga.
"Apa itu, Mbah?"
"Hutan," jawabnya singkat.
"Hutan? Ada apa dengan hutan?" tanya Pak Seno tak mengerti.
"Lihat, hutan tempat monyet-monyet mencari makanan juga tempat tinggalnya kini telah gundul. Monyet itu kehabisan makanan, makanya mereka menyerbu pemukiman kita," jelas Mbah  Harso. Mendengar penjelasan Mas Harso, warga yang hadir pun mangggut-manggut mengerti.
Sejak itu, penduduk desa bersatu untuk melawan pembukaan hutan yang direncanakan untuk penanaman sawit oleh salah satu perusahaan. Warga menyusun strategi untuk mempertahankan hutan yang ada di batas desa.
"Selama ini, aku selalu menyemai bibit pohon dan aku tanam di hutan. Jika kalian berminat, kita bisa lakukan ini bersama-sama," Mbah Harso memberikan sebuah ide.
"Mbah, itu pekerjaan yang melelahkan tapi tak ada uangnya," seloroh salah satu warga.
"Betul kata Pak Marto, Mbah. Adakah ide yang bagus tapi sangat menguntungkan untuk kantong kita," Pak Eko menimpali.
"Ha ..., ha ...! Niat kalian itu menghijaukan kembali hutan atau menghijaukan dompet?" sahut Mbah Harso menimpali sambil menghisap rokok kreteknya.
"Kalau kalian inginkan uang, berpihaklah pada orang kota itu!" sambungnya.