Mohon tunggu...
Fauzan Ramadhan Sidik
Fauzan Ramadhan Sidik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Mengikat hal dalam kata yang terangkai apik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kiat-Kiat Berhenti Merokok Berdasarkan Theory of Planned Behaviour

18 Juni 2024   20:32 Diperbarui: 18 Juni 2024   20:56 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meskipun merokok adalah kebiasaan yang sulit dihilangkan, seseorang dapat berhenti merokok dengan metode yang tepat. Jutaan orang di seluruh dunia terkena dampak merokok, yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 8 juta orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok setiap tahun, termasuk kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan. Di Indonesia, merokok juga sangat umum. Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 33,8% penduduk dewasa di Indonesia adalah perokok aktif, dengan prevalensi tertinggi pada pria dewasa, yang mencapai 62,9%. Fakta yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa 9,1% anak-anak di usia 10 hingga 18 tahun di Indonesia telah mencoba merokok. Tidak hanya kebiasaan merokok membahayakan kesehatan seseorang, tetapi juga berdampak negatif pada ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, paparan asap rokok bagi perokok pasif meningkatkan beban kesehatan bagi masyarakat, dengan anak-anak dan wanita hamil yang paling rentan terhadap dampak negatif ini. Data ini menunjukkan betapa pentingnya upaya untuk menghentikan merokok dan betapa pentingnya menggunakan strategi yang komprehensif untuk mengatasi epidemi merokok.

Salah satu kerangka teoritis yang efektif untuk memahami dan memodifikasi perilaku merokok adalah Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikembangkan oleh Icek Ajzen. TPB adalah pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA), yang awalnya diperkenalkan oleh Ajzen bersama Martin Fishbein pada tahun 1980. TRA berfokus pada niat sebagai penentu utama perilaku, yang dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku tersebut dan norma subjektif, yaitu persepsi individu tentang apa yang diharapkan oleh orang-orang penting di sekitar mereka.

Namun, seiring berjalannya waktu, Ajzen menyadari bahwa ada unsur lain yang turut mempengaruhi niat dan perilaku seseorang. Faktor tersebut adalah kontrol perilaku yang dipersepsikan, juga dikenal sebagai PBC (Perceived Behavioral Control). PBC mengacu pada keyakinan individu tentang sejauh mana mereka memiliki kontrol atas perilaku tertentu. Dengan memasukkan PBC, TPB menjadi lebih komprehensif karena mempertimbangkan bukan hanya niat yang dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif, tetapi juga oleh persepsi individu mengenai kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku tersebut.

TPB menyatakan bahwa ada tiga komponen utama yang memengaruhi keinginan seseorang untuk mengubah perilaku:

  1. Sikap (Attitude)

Ini menyangkut sejauh mana seseorang menilai perilaku seseorang secara positif atau negatif. Sikap terhadap merokok dapat mencakup keyakinan tentang konsekuensi negatif merokok, seperti risiko kesehatan, dan manfaat berhenti merokok, seperti kesehatan yang lebih baik dan pengeluaran yang lebih rendah. Sikap seseorang terhadap merokok mencerminkan keyakinan dan evaluasi mereka tentang konsekuensi dari merokok. Untuk berhenti merokok, penting untuk mengembangkan sikap negatif terhadap kebiasaan ini. Berikut adalah beberapa kegiatan / kiat-kiat yang dapat diterapkan : 

  • Meningkatkan pengetahuan tentang dampak negatif merokok terhadap kesehatan, seperti risiko kanker paru-paru, penyakit jantung, dan masalah pernapasan.

  • Fokus pada manfaat positif dari berhenti merokok, seperti peningkatan kesehatan, kebugaran, penampilan, serta penghematan biaya.

  • Terlibat dalam kampanye anti-merokok dan mendengarkan testimoni dari orang-orang yang telah berhasil berhenti merokok untuk menguatkan keyakinan bahwa berhenti merokok adalah mungkin dan bermanfaat.

  1. Norma Subjektif: Persepsi individu tentang tekanan sosial atau harapan orang terdekat mereka untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu disebut norma subjektif. Tekanan atau dukungan dari teman, keluarga, dan rekan kerja dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk berhenti merokok. Adapun beberapa hal yang dapat membantu menguatkan norma subjektif bagi seseorang yang ingin berhenti merokok adalah sebagai berikut :

  • Beritahu keluarga dan teman-teman tentang niat untuk berhenti merokok dan minta dukungan mereka. Dukungan emosional dan sosial dari orang-orang terdekat dapat meningkatkan motivasi.

  • Bergabung dengan kelompok pendukung atau komunitas yang memiliki tujuan yang sama untuk berhenti merokok. Berbagi pengalaman dan mendapatkan dukungan dari sesama dapat memperkuat tekad.

  • Terlibat dalam kampanye sosial yang mempromosikan lingkungan bebas rokok, seperti sekolah, tempat kerja, atau komunitas lokal.

  1. Perceived Behavioral Control (PBC): PBC menggambarkan seberapa besar keyakinan seseorang bahwa mereka memiliki kemampuan dan sumber daya untuk berperilaku tertentu. Keyakinan tentang kemampuan untuk mengatasi ketergantungan nikotin, menghadapi situasi yang memicunya, dan mengelola stres tanpa merokok adalah bagian penting dari berhenti merokok. PBC dapat diterapkan dengan melakukan beberapa aktivitas berikut :

  • Mengembangkan keterampilan manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau olahraga untuk mengurangi ketergantungan pada rokok sebagai cara mengatasi stres.

  • Temukan pengganti yang sehat untuk kebiasaan merokok, seperti mengunyah permen karet, makan camilan sehat, atau meminum air.

  • Buat rencana untuk menghadapi situasi yang dapat memicu keinginan merokok, seperti menghadiri pesta atau berkumpul dengan teman yang merokok. Siapkan strategi untuk tetap kuat dalam menghadapi godaan.

  • Pertimbangkan untuk menggunakan bantuan medis seperti terapi penggantian nikotin (patch, permen karet) atau obat-obatan yang diresepkan oleh dokter untuk mengurangi gejala putus nikotin.

Theory of Planned Behavior menyediakan kerangka yang komprehensif untuk memahami dan memodifikasi perilaku merokok. Dengan mengubah sikap terhadap merokok, memperkuat norma subjektif, dan meningkatkan kontrol perilaku yang dipersepsikan, seseorang dapat meningkatkan peluangnya untuk berhasil berhenti merokok. Proses ini memerlukan komitmen, dukungan, dan strategi yang tepat, tetapi dengan pendekatan yang terstruktur dan terencana, tujuan untuk hidup bebas dari rokok dapat tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun