Meskipun merokok adalah kebiasaan yang sulit dihilangkan, seseorang dapat berhenti merokok dengan metode yang tepat. Jutaan orang di seluruh dunia terkena dampak merokok, yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa lebih dari 8 juta orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok setiap tahun, termasuk kanker paru-paru, penyakit jantung, dan penyakit pernapasan. Di Indonesia, merokok juga sangat umum. Menurut data Kementerian Kesehatan Indonesia, sekitar 33,8% penduduk dewasa di Indonesia adalah perokok aktif, dengan prevalensi tertinggi pada pria dewasa, yang mencapai 62,9%. Fakta yang lebih mengkhawatirkan adalah bahwa 9,1% anak-anak di usia 10 hingga 18 tahun di Indonesia telah mencoba merokok. Tidak hanya kebiasaan merokok membahayakan kesehatan seseorang, tetapi juga berdampak negatif pada ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Selain itu, paparan asap rokok bagi perokok pasif meningkatkan beban kesehatan bagi masyarakat, dengan anak-anak dan wanita hamil yang paling rentan terhadap dampak negatif ini. Data ini menunjukkan betapa pentingnya upaya untuk menghentikan merokok dan betapa pentingnya menggunakan strategi yang komprehensif untuk mengatasi epidemi merokok.
Salah satu kerangka teoritis yang efektif untuk memahami dan memodifikasi perilaku merokok adalah Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikembangkan oleh Icek Ajzen. TPB adalah pengembangan lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action (TRA), yang awalnya diperkenalkan oleh Ajzen bersama Martin Fishbein pada tahun 1980. TRA berfokus pada niat sebagai penentu utama perilaku, yang dipengaruhi oleh sikap terhadap perilaku tersebut dan norma subjektif, yaitu persepsi individu tentang apa yang diharapkan oleh orang-orang penting di sekitar mereka.
Namun, seiring berjalannya waktu, Ajzen menyadari bahwa ada unsur lain yang turut mempengaruhi niat dan perilaku seseorang. Faktor tersebut adalah kontrol perilaku yang dipersepsikan, juga dikenal sebagai PBC (Perceived Behavioral Control). PBC mengacu pada keyakinan individu tentang sejauh mana mereka memiliki kontrol atas perilaku tertentu. Dengan memasukkan PBC, TPB menjadi lebih komprehensif karena mempertimbangkan bukan hanya niat yang dipengaruhi oleh sikap dan norma subjektif, tetapi juga oleh persepsi individu mengenai kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku tersebut.
TPB menyatakan bahwa ada tiga komponen utama yang memengaruhi keinginan seseorang untuk mengubah perilaku:
Sikap (Attitude)
Ini menyangkut sejauh mana seseorang menilai perilaku seseorang secara positif atau negatif. Sikap terhadap merokok dapat mencakup keyakinan tentang konsekuensi negatif merokok, seperti risiko kesehatan, dan manfaat berhenti merokok, seperti kesehatan yang lebih baik dan pengeluaran yang lebih rendah. Sikap seseorang terhadap merokok mencerminkan keyakinan dan evaluasi mereka tentang konsekuensi dari merokok. Untuk berhenti merokok, penting untuk mengembangkan sikap negatif terhadap kebiasaan ini. Berikut adalah beberapa kegiatan / kiat-kiat yang dapat diterapkan :Â
Meningkatkan pengetahuan tentang dampak negatif merokok terhadap kesehatan, seperti risiko kanker paru-paru, penyakit jantung, dan masalah pernapasan.
Fokus pada manfaat positif dari berhenti merokok, seperti peningkatan kesehatan, kebugaran, penampilan, serta penghematan biaya.
Terlibat dalam kampanye anti-merokok dan mendengarkan testimoni dari orang-orang yang telah berhasil berhenti merokok untuk menguatkan keyakinan bahwa berhenti merokok adalah mungkin dan bermanfaat.
Norma Subjektif: Persepsi individu tentang tekanan sosial atau harapan orang terdekat mereka untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu disebut norma subjektif. Tekanan atau dukungan dari teman, keluarga, dan rekan kerja dapat memengaruhi keinginan seseorang untuk berhenti merokok. Adapun beberapa hal yang dapat membantu menguatkan norma subjektif bagi seseorang yang ingin berhenti merokok adalah sebagai berikut :