Mohon tunggu...
Fauzan AnandaPutra
Fauzan AnandaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Aktivis kadang juga bisa menulis apapun digeluti supaya bisa menjadi professional yang tidak lupa dengan nilai-nilai agamis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Syariah dan Tassawuf

20 Desember 2022   13:56 Diperbarui: 20 Desember 2022   14:26 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Islam merupakan agama yg memadukan syariah serta akhlak (tasawuf) atas landasan akidah. Ajaran Islam dibangun di atas tiga landasan: akidah, syariah, dan  akhlak. Ajaran tersebut tercermin pada pribadi Nabi Muhammad Saw. menjadi "Alquran hidup", keterlibatan beliau dalam aktivitas muamalah bertujuan buat mengintegrasikannya pada pencerahan rabbn, yakni kesadaran bahwa semua kegiatan, gerak, serta langkah insan pada hakikatnya berasal Allah, oleh Allah, serta buat Allah.

Rasulullah Saw, mendapat pelajaran dari Allah melalui malaikat Jibril bahwa Islam terdiri atas 3 bagian yg terintegrasi satu sama lain. Ketiga bagian itu merupakan iman, Islam, serta ihsn, Iman dinamakan oleh para ulama disebut sebagai "akidah".
Akidah merupakan ikatan, janji, atau gagap (lidah). Secara terminologis, akidah artinya kepercayaan  yg dianut sang orang-orang yang beragama atau tali yg mengokohkan hubungan mengokohkan hubungan manusia dengan Tuhan. Pada permulaan Islam, akidah belum dipergunakan untuk sebagai pokok kepercayaan Islam yg bersumber dari syahadat. kata akidah baru disebut dalam diskusi para mutakallimn, ulama ilmu kalam, yang mengungkapkan secara luas kepercayaan -agama yang terkandung dalam prinsip syahadatayn, dua kesaksian, tidak terdapat yang kuasa selain Allah dan  Muhammad itu utusan Allah, yang kemudian bermuara pada munculnya beberapa aliran (firqah) pada Islam. Puncaknya, istilah akidah dipergunakan buat mengarah keyakinan dasar pada Islam yang komprehensif dijelaskan pada kitab  al-'Aqdah al-Nizhmiyyah karya al-Juwayn (w. 478 H/1085 M).

Kata "Islam" dalam Hadis tersebut adalah Syariah. Syariah dari bahasa berarti jalan, yakni jalan akbar di sebuah kota. Syariah secara khusus berarti aturan Islam. Syariah dalam arti luas ialah dn, atau kepercayaan  yang diturunkan Allah pada para Nabi (QS. al-Syr': 13). Pengertian ini ditemukan dalam kitab  al-Ta'rft karya 'Ali ibn Muhammad al-Jurjn serta dalam kitab  al-Musthasf min 'Ilm al-Ushl karya Imam al-Ghazl. Mereka beropini bahwa syariah identik menggunakan al-dn (kepercayaan ) serta tidak identik dengan fikih. ad interim itu, fikih mirip didefinisikan oleh Imam Syfi' adalah ilmu perihal hukum syariah yang bersifat amaliah, diperoleh melalui ijtihad yang dalilnya dijelaskan secara rinci.

"Ihsan" pada hadis Nabi Saw adalah merasa sadar diamati sang Allah swt. Ihsn, dari Rasulullah Saw. merupakan beribadah pada Allah secara terpadu dengan perasaan sedang berhadap-hadapan eksklusif dengan Allah. Ihsn menurut bahasa berarti kebaikan yg memiliki 2 sasaran.

1. Memberikan manfaat untuk orang lain.
2. Memperbaiki tingkah laku berdasarkan apa yang diketahuinya yang manfaatnya kembali pada diri sendiri.


Konsep ihsan memiliki 2 sasaran,
1.Ihsn pada Allah yaitu dengan beriman dan  beribadah secara total pada-Nya.
2.Ihsn kepada sesama insan dengan melakukan pelbagai kebaikan kepada sesama.


Al-quran menekankan agar insan berbuat ihsn pada Allah dan  semua makhluk Allah, yakni manusia, alam, hewan, dan  tetumbuhan. Ihsn pada Allah artinya kapital buat berbuat ihsn kepada sesama.Al-quran menyampaikan penghargaan yg tinggi terhadap perbuatan ihsn pada makhluk Allah:

Tidak terdapat balasan bagi perbuatan ihsn kecuali ihsn yang lebih sempurna. (Q.s. ar-Rahmn [55]: 60).

Perbuatan ihsn itu kembali kepada diri sendiri (Q.s. al-Isr` [17]: 7).

Perbuatan ihsn itu tak akan pernah sia-sia (Q.s. Hd [11]: 115).


Kasih sayang Allah diberikan dengan mudah serta cepat kepada orang-orang yg terbiasa berbuat ihsn (Q.s. al-A'raf [7]: 56).
Rasulullah Saw, memberikan uswah hasanah kepada umat bahwa dalam pengamalan agama sepserti salat, puasa, zikir, dan membaca Alquran memiliki akibat ihsn kepada insan serta lingkungan hidup. Syaikh 'Abd al-Qdir al-Jayln membagi puasa menjadi 2 bagian: puasa mu`aqqat dan puasa mu`abbad. Puasa mu`aqqat merupakan puasa yang terdapat batas waktunya atau puasa pada perspektif syariah. Sedangkan puasa mu`abbad ialah puasa yg tak mengenal batas waktu atau puasa pada perspektif tasawuf.
Seorang muslim yang sudah balig wajib puasa di bulan Ramadan, tetapi beliau wajib tetap berpuasa mu`abbad dari hal yg haram. menggunakan demikian, pengamalan kepercayaan memiliki dimensi Syariah serta ihsan yg bertujuan buat membimbing umat Islam menjadi langsung muslim yg mulia, dekat dengan Allah, serta dekat dengan sesama umat manusia.


Ihsan Esensi Ajaran Keruhanian pada Islam


Esensi ihsn terletak pada pencerahan bahwa insan setiap waktu berada pada pengawasan Allah serta para malaikat. kesadaran itu terletak pada kalbu yang mempunyai 2 kekuatan: al-quwwah al-dzawqiyyah (kepekaan emosi) serta al-quwwah al-rhiyyah (kepekaan spiritual). Ihsn sebagai kapital keruhanian (spiritual capital) buat menciptakan manusia yang baik dan bertanggung jawab pada melahirkan kebaikan pada manusia serta lingkungan hidup.


Aktivitas utama bertasawuf terfokus di tiga agenda. Pertama, tazkiyah al-nafs, membersihkan diri asal dosa akbar, dosa kecil, serta membersihkan diri berasal pelbagai penyakit hati serta sifat-sifat tercela. dari al-Sarrj (w. 988 M/378 H) terdapat empat langkah yg wajib dilakukan seseorang Muslim guna mewujudkan rencana tazkiyah al-nafs, mensucikan jiwa:

1. Al-'Ibdh, yaitu melakukan pelbagai ibadah secara istiqmah-mudawwamah, konsisten serta berkesinambungan,

2. Al-Mujhadah, yaitu usaha atau jihad melawan dorongan hawa nafsu.

3. Al-Riydhuh Al-Rhniyyah, pelatihan ruhani atau altarbiyyah al-rhniyyah, pendidikan spiritual (spiritual education)

4. Al-Inqith` ila Allh, yaitu mengorientasikan diri menggunakan satu prinsip bahwa hidup ini semata-mata buat Allah.

Kedua, taqarrub ila Allh, yaitu pengamalan tasawuf buat mendekatkan diri pada Allah. Allah dekat menggunakan insan, tetapi insan tak menyadarinya. Kalbu manusia tak memiliki kepekaan untuk merasakan kedekatan Allah, karena tertutup oleh dosa besar dan dosa kecil yang dilakukannya. Alquran membimbing manusia agar dapat merasakan kedekatan dengan Allah.

Ketiga, hudhr al-qalb ma'a Allh, yaitu mencicipi kehadiran Allah dalam kalbu seperti dijelaskan pada (Q.s. al-Tawbah [9]: 40). berasal ayat tadi dijelaskan bahwa tasawuf Alquran artinya ihsn dan ihsn adalah tasawuf Alquran. Ihsn ialah tasawuf salaf, sunn, serta qurani, yg tak bercampur menggunakan syathaht serta bidah.

ihsn, sebagaimana disebutkan artinya jalan ruhani yg sesuai dengan atsar Rasulullah Saw. Ihsn ialah pengamalan tasawuf menggunakan mengikuti serta membiasakan Sunah Nabi Saw. secara konsisten. Hanya dengan mengikuti dan mengamalkan tasawuf salaf, sunn, serta qurani jalan kebaikan global dan akhirat terbuka.

Integrasi Fikih dengan Tasawuf dalam Hadis

Integrasi tasawuf dengan syariah melahirkan keseimbangan dimensi lahir dan batin. dua hal ini perlu diseimbangkan seperti pada hadis yg diriwayatkan sang al-Jam'ah dan istri 'Ustman ibn Madh'n. dua Hadis di atas menyebutkan adanya 2 orang teman Nabi Muhammad Saw., yakni 'Abd Allh bin 'Amr ibn al-'Ash serta 'Ustmn ibn Madh'n, yang cenderung menjalani kehidupan spiritual yang tidak sejalan dengan syariat Islam. Rasulullah Saw. menyadarkan dua orang teman tadi supaya kembali kepada prinsip keseimbangan yg dicontohkannya.

Perpisahan Fikih menggunakan Tasawuf

Perpisahan pada antara ke 2 orientasi keagamaan ini semakin lebar. Keduanya, menurut Nurcholish Madjid, seakan berlomba mencari legitimasi dari Alquran serta Sunah. Orientasi keagamaan eksoteris (lahiriah) yg bertumpu di prinsip sah formal hukum menjamin sebagai paham keagamaan yg berada di jalan kebenaran. Demikian jua orientasi keagamaan esoteris (batiniah) yg bertumpu di pengalaman serta kesadaran eksklusif pula mengklaim diri menjadi pengetahuan keagamaan yang membawa pada jalan kebahagiaan.

Memadukan kembali Fikih dengan Tasawuf

Rintisan buat memadukan fikih menggunakan tasawuf dimulai oleh Imam Mlik ibn Anas (w. 179 H). dia memandang bahwa ilmu itu bukan karena menguasai banyak sumber rujukan (al-riwyah), tapi sesuai nr yg disimpan oleh Allah di pada kalbu seorang. Imam Mlik ibn Anas ini memadukan 'ilm al-'aql serta 'ilm al-qalb, pengetahuan akal dan pengetahuan kalbu, yang ialah landasan tasawuf sunn. Imam Mlik berhasil memperkuat ketokohan dirinya dalam bidang fikih serta tasawuf menggunakan melahirkan 2 langkah. operasional sebagai berikut:

Menekankan pentingnya mempelajari fikih sebelum menelaah tasawuf agar tidak menjadi zindiq (grup penyimpangan agama).

Keyakinan beliau bahwa pengetahuan yg sejatinya (al-nasihat) merupakan nr yang ditiupkan Allah ke pada kalbu.

Perjuangan Imam Mlik ibn Anas buat memadukan fikih dengan tasawuf diteruskan oleh beberapa ulama terkemuka dan mencapai puncaknya di masa Ab Hmid al-Ghazl (w. 505 H). dia berhasil memadukan ke 2 corak orientasi keberagamaan lahiriah serta batiniah itu pada suatu simponi latif yg dikenal menjadi tasawuf sunn, yakni pengamalan tasawuf sesuai bimbingan Alquran dan Sunah Nabi.

Deretan Fikih menggunakan Tasawuf artinya gugusan Law and Morality

Substansi syariah atau fikih adalah hukum-aturan dan adat-norma hukum yang memberikan arah serta tujuan supaya ibadah diorientasikan pada Allah swt. semata yg berdampak di penyucian jiwa dan pendekatan diri pada Allah. Syariah tidak dapat dipisahkan asal dimensi akhlak. Alquran banyak mengajarkan semangat mendahulukan kemurahan hati serta kebajikan daripada menuntut hak dan mempertahankannya. Hal itu tercermin di (Q.S. al-Syr` [42]: 39-43).

Integrasi antara syariah serta tasawuf atau hukum dan moralitas merupakanprinsip hidup seorang Muslim sesuai bimbingan Alquran dan Sunah. Alquran memerintahkan orang-orang beriman buat menegakkan keadilan serta kebajikan (al- 'adl wa al-ihsn). Memadukan al-adl (keadilan) dan al-ihsn (kebajikan) berarti memadukan hukum dan  etika atau syariah dan  tasawuf. Akhlak atau etika menempati posisi sentral pada ajaran Islam serta kedudukannya strategis.

Integrasi Fikih dan Tasawuf sebagai kapital Pengembangan Kepribadian Muslim

terdapat 5 komponen yg sebagai dasar pengembangan kepribadian Muslim.

1. Akidah yang sahih.

2. Ada role contoh yang menjadi uswah hasanah.

3. Kapasitas diri buat menjadi manusia pembelajar yang menyayangi ilmu serta menerapkan ilmu pada kehidupannya.

4. Ketekunan beribadah yang menjadikan dirinya senantiasa membutuhkan Allah.

5. Semangat berjihad yg mendorong seorang buat mewujudkan apa yang menjadi ideal pada hidupnya.

Rasulullah Saw. merupakan figur sentral yg sebagai uswah hasanah, teladan yg baik, bagi umat Islam. beliau memadukan model pengamalan kepercayaan yg memenuhi kebutuhan biologis dan sosial umat Islam secara legal formal yang tercermin pada aturan fikih yg meliputi aspek ibadah dan muamalah, tetapi di saat yg sama sangat memperhatikan pembersihan diri.

menggunakan memadukan fikih dan tasawuf atau hukum serta moralitas pada menjalani kehidupan, maka akan melahirkan pribadi yg menjaga ekuilibrium antara kebutuhan kebendaan dan kebutuhan spiritual, antara kehidupan individu serta kehidupan sosial, serta kehidupan yg berorientasi duniawi dan kehidupan yg berorientasi ukhuwah.

seseorang yg memadukan pengamalan syariah dengan tasawuf secara baik serta benar akan menghindari paham spiritualisme yg tercermin pada gaya hidup seperti:

1. Lebih mengutamakan dimensi batin asal-di dimensi lahir.

2. Lebih memilih pola hidup asketis (zuhd) menggunakan khalwah, 'uzlah, dan tirakatan sebagaimana tergambar di corak kehidupan para pertapa,

3. Lebih mengutamakan kepuasaan spiritual yang bersifat individual daripada tanggung jawab sosial yg bersifat kolektif.

4. Memandang segala bentuk kebendaan (materi) menjadi sesuatu yg rendah, hina, serta sebagai faktor penghalang pengembangan kualitas ruhani.

5. Memandang aktivitas muamalah mirip bekerja, berdagang, bertani dengan memiliki isteri dan anak menjadi tindak mencintai dunia yg hina.

Di saat yg sama, seseorang yg memadukan pengamalan fikih dengan tasawuf akan menjauhi pola hidup hedonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun