Meski tak terlihat oleh mata dan tak terasa oleh hati, kebenaran kisahmu akan berakhir pada sakitnya sayatan takdir dari do'a orang-orang yang terluka ataupun orang-orang yang suka dalam lembaran sejarah".
Rugi bagiku jika membenci, bodoh diriku jika mendendam, karena semua itu tak akan mengembalikan keadaan apalagi memberi keuntungan.
Semuanya, kini dan nanti adalah pelajaran agar lebih peka, dewasa  dan mawas diri dalam ikatan yang katanya kebersamaan dan satu dalam perjalanan.
Salam hangat untuk semua yang pernah singgah memenuhi hari-hari dan cita-cita. Bersama kalian, hidup ini telah berkembang untuk melihat warna dan campuran busuk sebuah goresan dari adanya tujuan. Hatiku berkata, "Dengan meminta kepada langit dan menerobos pintu harapan kepada-Nya, perjalanan hidup akan menghasilkan cerita menarik dan menjadi pelajaran bagi banyak orang".
Semoga terjaga hati, pikiran dan iman kita semua dalam senyuman yang tetap terlintas dan eratnya tangan saat bersama.
Perjalanan masing-masing saat ini dan kedepannya, haruslah bersandar pada diri sendiri yang kuat dan akumulasi dari setiap persoalan yang mendera. Tetaplah dalam dasar dan tujuan yang diharapkan, meski tak lagi sama dan pelukan tak lagi sehangat semula.
Untuk kalian diluar sana, dekap dan peluklah diri kalian sendiri dengan erat, jangan mudah melepaskan tanpa alasan yang dibenarkan. Ingatlah, "Jika tak mampu mengurung gelap, maka hadirkanlah cahaya, agar terang tahu dan dapat menandainya". Selanjutnya, "Mengapa harus menitipkan kepercayaan, sedang dirimu mampu mempertahankan. Lelah tak akan membuatmu kehilangan, jika kamu berjalan dalam kebenaran".
Mintalah agar do'a diijabah, dijauhi dari yang bermuka dua dalam segala rupa, agar hidup dapat memberi makna dan menjadi bahagia.
Oleh: Y u r M a r T i n, dalam Karya, Menembus Batas Bias
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H