Mohon tunggu...
Ahmad Fauzan
Ahmad Fauzan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Diam Tertindas atau Bangkit Melawan

Bila yakin, berusaha dan mencoba tak ada yang tak mungkin.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

PMII dan Spritualitas yang Tertinggal

16 April 2022   15:09 Diperbarui: 16 April 2022   15:11 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harlah 62 tahun PMII, dokpri

"Gelapmu akan datang jika terangmu tak kau hiraukan. Membiarkannya berlalu dan berlabuh ditempat lain adalah kesalahan" (Yurmartin)

Fauzanahmadud - Momentum Harlah PMII yang jatuh pada 17 April 2022 telah berumur 62 tahun sejak kelahirannya di Tahun 1960 yang saat itu bersandar mesra dalam naungan NU. Untuk Bengkulu, kehadirannya dibawa langsung oleh Buya Drs. Badrul Munir Hamidy di Tahun 1962 sekaligus pelopor pergerakan yang menggema di Curup (Kabupaten Rejang Lebong) lebih tepatnya oleh mahasiswa IAIN Raden Fatah Lokal Jauh Curup (sekarang IAIN Curup). Tepat pada tanggal 17 April 2022 nanti usia PMII Bengkulu menginjak umur 60 tahun, 60 tahun pula nikmat pergerakan dirasakan bersama di kalangan warga PMII.
Harlah adalah peringatan yang terukur setiap tahunnya. Menzikirinya (ingat) dalam setiap perjuangannya dan menjadikannya rasa syukur serta mendoakan spirit pergerakan menjadi lebih baik dalam berkontribusi bagi bangsa terkhusus bagi daerah. 

Kekuatan dari Harlah, adalah menyatukan kekuatan bersama dalam mencintai dan membangun pergerakan yang lebih bermartabat dan lebih memiliki peradaban terutama dalam memahami dan menerapkan kembali secara kontekstual nilai dari Zikir, Pikir dan Amal Sholeh. Zikir, Pikir dan Amal Sholeh inilah yang menjadi landasan 𝙎𝙥𝙞𝙧𝙞𝙩𝙪𝙖𝙡𝙞𝙩𝙖𝙨 warga sekaligus simbol utama pergerakan mahasiswa dari hadirnya PMII di Indonesia oleh pendirinya. 

Karena besar dan berkembangnya PMII di kampus PTAIN, lalu melebarkan sayapnya secara terus menerus ke kampus umum yang perlahan mulai banyak jumlahnya, membuat kita hampir lupa akan bentuk konkret dari pelaksanaan zikir, pikir dan amal sholeh sebagai dasar filosofi dari hadirnya pergerakan mahasiswa yang berbasis keagamaan dan berhaluan Ahlussunnah Wal Jama'ah dan menjadi spiritualitas utama di pergerakan ini.
Kecenderungan pada modernisasi dan normalisasi dari keadaan yang abnormal, menjadikan cara pandang mahasiswa sebagai pelaku pergerakan sebatas, "memang pantas dan harusnya begitu".

Itulah sekelumit kata yang meresahkan dan terbawa arus keadaan yang terkondisikan dengan sendirinya dan yang tertanam sejak lama.
Sedangkan hadirnya PMII di Indonesia, membawa spirit ketuhanan bernilai ibadah, menyebarkan paham moderat dan mengangkat nilai humanisme yang setara melalui haluan Aswaja sebagai dasar pokok dan sumbu utama praktek keagamaannya.
Terutama terhadap bangsa dan negara dengan masyarakat yang majemuk dari berbagai suku, ras, etnis, budaya dan agama, adalah nilai yang paling berharga demi persatuan dan kesatuan tanah air Indonesia yang wajib dipertahankan.

Jelas, kita tidak sedang membahas sejarah dan pergulatan PMII atau Indonesia dari dulu sampai hari ini, apalagi memaparkan tentang pembelajaran Aswaja dengan segala regulasi dan cabang-cabang permanennya. Saat ini yang kita cermati adalah pelaksanaan Aswaja di PMII dalam bentuknya yang sederhana yakni aplikasi dari zikir, pikir dan amal sholeh. 

Khususnya bagi kita di Bengkulu, belum ditemui secara permanen halaqoh-halaqoh mahasiswa bernuansa aswaja yang merefleksikan zikir, pikir dan amal sholeh lalu dipasarkan dimasyarakat. Majelis ilmu mahasiswa dalam bingkai kajian, samaan qur'an atau bedah kitab misalnya..? serta kreasi ekonomi dari kearifan lokal yang berbasis pendapatan pergerakan.
Kalaupun ada, masih bersifat seremonial dan ritual umumnya saja.

Masih kental terlihat PMII selalu terjebak pada urusan-urusan politis yang jauh mengarah pada kebijakan kemahasiswaan dan keagamaan, apalagi pengayaan intelektual dan spiritual. Hal ini semakin membuat warga PMII kehilangan pijakan spiritualitas pergerakan yang semakin hari semakin ketinggalan. Apalagi untuk melakukan pemberdayaan atas nama Aswaja yang dibanggakan semakin tidak dihiraukan. 

Dengan ketertinggalan bentuk yang tidak pernah disentuh pengerjaannya, telah menjadikan kader lebih memilih yang praktis (siap saji) daripada yang praksis, dan ini sungguh menjadikannya tidak relevan terutama untuk menguasai dengan utuh spiritualitas zikir, kekuatan pikir dan ikatan amal sholeh untuk kapasitas intelektualnya ketika berada di PMII. 

Kita semua harus menangkap dan memperbaharui celah yang tertinggal ini. Yakni penempatan zikir, pikir dan amal sholeh sebagai spiritualitas utama dan cita-cita bersama adanya PMII. Bukan hanya atas nama atau sekedar tergerus arus saja atau hanya karena hubungan baik atas relasi kuasa para senior yang ada..?! 

Perlu kita ulas sedikit, bahwa individu-individu yang tergabung dalam berdirinya PMII, dipersatukan dalam konstruks, ideologis aswaja yang ideal yang dirumuskan sebagai kader ulul albab. Yakni kader yang haus akan pembangunan ruhani, ilmu pengetahuan dan pelaksana pemberdayaan masyarakat dalam bentuk-bentuk nyata. Pembentukan manusia ulul albab ini dijelaskan dalam Al-Qur'an sebanyak 15 ayat.
Sedangkan dalam konteks pergerakan, kepeloporan kader adalah melakukan kerja- kerja peradaban dan memiliki sentrum gerakan yang menghempas dan berdaya ledak menakutkan, sebagaimana Rusia menginvansi Ukraina.
Inilah cita-cita rumusan ideologis citra diri kader ulul albab. Disinilah pemberlakuan zikir, pikir dan amal sholeh sesungguhnya. 

Perhatikanlah, perkembangan demi perkembangan telah di lalui dalam mengayuh organisasi sampai dengan saat ini. Sementara, model utama dari zikir, pikir dan amal sholeh baik sebagai landasan filosofis atau dasar spiritualitas belum menemukan bentuk aslinya untuk PMII Bengkulu khususnya.

Melihat semua ini, spiritualitas pergerakan harus dikembalikan pada tempatnya, agar semua kader menjadi paham untuk apa mereka disatukan dalam organisasi pergerakan yang bernama PMII yang berhaluan Aswaja. 

Pondasi pertama dari spiritualitas yang harus ditegakkan adalah Zikrullah. Tanpa itu, kekacauan pola pikir dan amal sholeh hanya akan menjadi wacana dibalik indahnya kata-kata semata. Ini bisa dilalui dengan Halaqoh Zikir yang tersambung sanad zikirnya sampai ke Rasulullah dan jelas pertanggungjawabannya. Sekaligus untuk menjadi penyeimbang alat pikir dalam bergerak melakukan amal sholeh menjalankan roda organisasi untuk kepentingan kebesaran PMII dimata pembangunan masyarakat lokal.

Mengapa Zikir yang diutamakan terlebih dahulu, agar hati kita tidak seperti batu kerasnya dan mau menerima kebaikan dari Allah berikut perbedaan yang meliputinya. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasulullah dari ibn Umar telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, "Janganlah berbicara lebih banyak daripada berzikir kepada Allah, berbicara banyak tanpa berzikir kepada Allah akan mengeraskan hati dan tidak seorangpun yang lebih jauh dari Allah daripada orang yang keras hati" (HR. At-Tirmidzi).

Dengan Zikir dapat menguatkan spiritualitas ruhani hamba di dalam hati dan akan membawanya pada nilai dan perbuatan hidup yang sempurna serta menjadikannya sungguh mencintai ibadahnya. Ini terdapat dalam QS. Al-Jumu'ah, 62: 2, QS. Al-Syam, 91: 7-10 dan QS. Al-Maidah, 5: 35.

Sebagai kader ulul albab, penempatan zikir, pikir dan amal sholeh menjadi pilihan utama oleh PMII yang tidak dapat diubah oleh apapun. Karena ini adalah kerangka Aswaja yang mampu memberikan contoh terbaik kepada orang banyak terutama melekatnya pemahaman aswaja yang moderat dalam pencerahan hidup berbangsa dan bernegara. 

Mempunyai formulasi spiritualitas pergerakan yang berjenjang dalam program yang tersusun rapi beserta kurikulumnya untuk PMII Bengkulu, tentunya dalam konteks Aswaja, adalah keharusan untuk membangun peradaban.
Semangat keberpihakan PMII adalah melakukan pertolongan terhadap nilai kemanusiaan dalam hal keilmuan dan keagamaan.

Sedangkan spiritualitasnya nanti, adalah kebangkitan ruhani yang selalu berzikir kepada Allah sebagai ideologis kader yang mampu memberi contoh haluan Aswaja secara benar dan berkesinambungan terhadap kader-kader penerus masa depan.

Ketahuilah, tidak ada pertarungan ideologis dimuka bumi ini yang berhasil tanpa kekuatan spiritualitas terlebih dahulu. Begitulah yang dilakukan oleh seluruh para nabi dan rasul, sampai yang dilakukan oleh warisatul anbiya sebagai penerusnya berikut para pengikutnya. Semuanya berlabuh pada 𝘴𝘱𝘪𝘳𝘪𝘵𝘶𝘢𝘭 𝘱𝘰𝘸𝘦𝘳, barulah dapat membentuk tatanan dan pekerjaan yang berkepribadian serta menyerap dan melindungi kebutuhan hidup yang egaliter dengan seluruh kemajemukan yang Allah ciptakan.

Indonesia saat ini yang secara nasional tengah membangun infrastruktur dan pembangunan kesejahteraan lainnya secara berkala. Pertarungan politis dan kepentingan pro status quo sangat kental terjadi dan dalam beberapa kesempatan menghiasi setiap media kita. 

Ancaman radikalisme agama, yang telah banyak menyebar di lapisan masyarakat kita adalah tantangan untuk merendamnya sedalam mungkin. Untuk Perguruan Tinggi saja, kajian utama Badan Intelijen Negara telah menyebutkan 39% mahasiswa di Indonesia mendukung radikalisme agama, sementara, Setara Institut mengabarkan bahwa 10 kampus ternama di Indonesia terpapar radikalisme yang sudah dimulai sejak tahun 1981 yang dimulai dari halaqoh-halaqoh kecil dimasjid kampus. 

Dari situasi negara yang seperti ini pemahaman radikal agama harus segera diantisipasi oleh PMII sebagai organisasi kader melaui haluan Aswajanya yang moderat dan toleran. Jika tidak terkuasai secara merata pemahaman Aswaja dengan landasan spiritual zikir, pikir dan amal sholehnya serta memiliki bentuk-bentuk utama untuk memberikan pemahaman yang benar dalam agama bagi masyarakat luas, maka pemberlakuan aswaja dengan segala regulasinya yang permanen, hanya akan menjadi bahan diskusi dan cerita dalam sejarah yang tertinggal. 

Kita sudah harus bekerja keras, mengingat begitu besar tantangan sebagai kader di masa depan terutama membentuk kader yang berkualitas dan selalu berpegang pada spiritual organisasi perkaderan.
Menatap dan menata ulang pentingnya spiritualitas ini, akan menjadi modal besar bagi PMII untuk lebih menampilkan diri sebagai pelaku perubahan (𝙖𝙜𝙚𝙣𝙩 𝙤𝙛 𝙘𝙝𝙖𝙣𝙜𝙚) masyarakat dalam hal keagamaan dan berbagi peran intelektual yang diunggulkan.
Arti penting dari spiritual adalah menempatkan haq agar memberikan maslahat bagi umat demi kepentingan kemajuan organisasi perkaderan utamanya untuk daerah dan bangsa Indonesia.

Mudah-mudahan catatan kecil ini dapat memberi arti pada satu sisi spiritualitas yang lama tertera dan lama pula ditinggalkan sehingga hanya menjadi simbol dalam kuatnya arus pergerakan.
Salam hangat pergerakan. 

𝘞𝘢𝘭𝘭𝘢𝘩𝘶𝘭 𝘮𝘶𝘸𝘢𝘧𝘪𝘦𝘲 𝘪𝘭𝘢𝘢 𝘈𝘲𝘸𝘢𝘮𝘪𝘵𝘩 𝘛𝘩𝘰𝘳𝘪𝘦𝘲

Oleh: Yurmartin, Alumni PMII Bengkulu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun