Masalahnya: Kadang kita nggak sadar kalau sumber emosi negatif datang dari hal-hal kecil yang kita konsumsi sehari-hari.
Solusi:
- Kurangi konsumsi berita atau konten yang bikin emosi naik.
- Jangan cari masalah di media sosial. Kalau ada yang bikin naik darah, scroll aja lewat atau unfollow diam-diam.
- Jaga pola makan dan tidur. Kurang tidur atau lapar bisa bikin kita lebih gampang emosian. (Makanya, ada istilah "Hangry"---hungry + angry).
5. Terapkan Humor & Self-Distancing
Masalahnya:Â Saat emosi naik, kita terlalu serius dan merasa seperti dunia runtuh.
Solusi:
- Gunakan self-distancing: Lihat diri sendiri dari sudut pandang orang lain. Kalau kamu lagi marah, bayangkan temanmu melihat situasi ini---mungkin ternyata nggak separah yang kamu rasakan.
- Bercanda dengan diri sendiri. Kalau telat ke kantor karena macet, daripada kesel, anggap aja lagi main survival mode.
Fakta Menarik:
Penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa orang yang bisa melihat masalah dari sudut pandang humor cenderung lebih tahan terhadap stres.
Mengelola emosi bukan berarti menekan emosi, tapi tahu kapan harus bereaksi dan bagaimana cara terbaik untuk merespons situasi.
Jadi, pilihannya di tangan kita sendiri: mau jadi reaktif yang gampang meledak, atau responsif yang lebih tenang dan bijak?Â
Kaitan Regulasi Emosi dengan Spiritualitas dan Filosofi Hidup
Pernah nggak, pas lagi marah atau stres, tiba-tiba ada yang bilang:
"Sabar, ini ujian."
"Jangan marah, nanti cepat tua."
"Ikhlaskan, nanti juga berlalu."
Terlepas dari seberapa cringe atau nggaknya nasihat itu, ada satu kebenaran yang sulit dibantah: Emosi yang tidak terkontrol sering kali merugikan diri sendiri.