Mohon tunggu...
Pekik Aulia Rochman
Pekik Aulia Rochman Mohon Tunggu... Penulis - Petualang Kehidupan Dimensi Manusia yang diabadikan dalam https://theopenlearner333.blogspot.com/

I can't do anything, I don't know anything, and I am nobody. But, I am An Enthusiast in learning of anything.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Jadi Budak Perasaan! Seni Mengelola Emosi agar Hidup Lebih Tenang

3 Februari 2025   13:47 Diperbarui: 3 Februari 2025   14:34 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Gerd Altmann from Pixabay 

Pendahuluan - Emosi Itu Seperti Cuaca, Kadang Cerah, Kadang Badai 

Pernah nggak, emosi tiba-tiba naik cuma gara-gara hal sepele? Misalnya, antre di kasir tapi orang depan bayar pakai recehan, atau udah ngetik panjang di WhatsApp, eh malah cuma dibalas "ok". 

Atau yang lebih absurd: kenapa kalau kita lagi buru-buru, jalanan tiba-tiba macet, tapi kalau lagi santai malah lancar jaya? Seolah-olah semesta lagi ngajarin kita buat sabar---atau mungkin malah ngetroll. 

Di dunia serba cepat ini, kita seringkali dikuasai emosi tanpa sadar. Sering emosi karena media sosial, kesal sama atasan yang tiba-tiba kasih kerjaan tambahan jam 5 sore, atau bahkan marah-marah sendiri karena lupa naro kunci motor.

Tapi pertanyaannya: kenapa kita gampang tersulut? Apakah kita benar-benar bisa mengendalikan emosi? Atau justru kita yang dikendalikan?

Nah, di artikel ini kita bakal ngulik tuntas tentang regulasi emosi---dari cara kerja otak saat marah, perbedaan antara reaksi spontan dan respons yang lebih bijak, sampai strategi biar nggak jadi "tukang ngamuk" tiap hari. 

Apa Itu Regulasi Emosi & Kenapa Penting?

Pernah dengar orang bilang "jangan baperan, nanti capek sendiri"?  Atau lebih parah lagi, ada yang bilang "kalau emosimu nggak stabil, hidupmu juga ikut berantakan."

Nah, di sinilah regulasi emosi berperan. Sederhananya, regulasi emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengenali, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat. Ini bukan soal menekan emosi, tapi bagaimana kita bisa mengendalikannya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Secara ilmiah, emosi kita dikendalikan oleh amigdala---bagian otak yang bertanggung jawab atas reaksi cepat seperti marah, takut, atau stres. Saat kita mengalami sesuatu yang memicu emosi, amigdala langsung merespons sebelum otak berpikir logis.

Tapi tenang, kita punya prefrontal cortex (bagian otak depan) yang berfungsi sebagai "rem" biar kita nggak asal marah atau nangis berlebihan. Prefrontal cortex ini yang bikin kita bisa memilih respons yang lebih rasional daripada sekadar ngamuk-ngamuk.

Fakta menarik:
Studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa orang yang memiliki kemampuan regulasi emosi yang baik cenderung lebih bahagia, lebih sukses dalam karier, dan punya hubungan sosial yang lebih sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun