Mohon tunggu...
Fatur Rachman
Fatur Rachman Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pamulang

Saya merupakan mahasiswa aktif semester 3 jurusan Akuntansi di Universitas Pamulang. Saya memiliki ketertarikan terhadap Akuntansi dan Administrasi. Saya juga memiliki beberapa pengalaman kerja. Selain itu saya merupakan orang yang bertanggu jawab, disiplin, teliti dan pekerja keras.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Menjadi Pondasi dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

9 Juli 2024   17:16 Diperbarui: 9 Juli 2024   17:27 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pembentukan karakter, adanya suatu proses adaptasi peserta didik dengan dirinya sendiri. Ridwan (2012:1) menjelaskan ada tiga hal proses pembentukan karakter yang perlu diintegrasikan yaitu:

  • Knowing the good, artinya anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan yang harus diambil dan mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Membentuk karakter anak tidak hanya sekedar tahu mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hal tersebut.
  • Feeling the good, artinya anak mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Pada tahap ini anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Sehingga jika kecintaan ini sudah tertanam maka hal ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa dari dalam diri anak untuk melakukan kebaikan dan mengurangi perbuatan negatif.
  • Active the good, artinya anak mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya. Pada tahap ini anak dilatih untuk melakukan perbuatan baik sebab tanpa anak melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan akan ada artinya. Proses pendidik karakter bisa melalui Strategi Pendidikan Karakter dengan

Multiple Talent Aproach (Multiple Intelligent). Strategi Pendidikan Karakter ini berproses untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun Self Concept yang menunjang kesehatan mental. Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimilikinya. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan prestasi akademik yang diperoleh disekolahnya dan anak didik tersebut mengikuti tes intelengensia. Cara tersebut misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik atau kemamuan motorik atau lewat cara sosialemosional. Adapun pembentukan karakter dapat dilalui dengan beberapa tahapan-tahapan yaitu :

Tahap pengetahuan. Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui pengetahuan, yaitu lewat setiap mata pelajaran yang diberikan kepada anak.

  • Tahap pelaksanaan. Pendidikan karakter bisa dilaksanakan di manapun dan dalam situasi apapun. Pendidikan karakter di lingkungan sekolah bisa dilaksanakan mulai dari sebelum proses belajar mengajar sampai pembelajaran usai. Beberapa contoh misalnya: disiplin (peserta didik dilatih dan ditanamkan untuk disiplin baik itu disiplin waktu dan disiplin dalam menjalani tata tertib di sekolah), jujur (peserta didik bisa dilatih untuk jujur dalam semua hal, mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan benar, tidak menyontek atau memberi contekan kepada siswa, membangun kantin kejujuran di sekolah), religious (bisa ditanamkan melalui pembiasaan mengucapkan salam dan berdoa bersama sebelum proses belajar mengajar dimulai dan sesudah pembelajaran usai, tanggung jawab (bisa ditanamkan dengan mengerjakan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang dilakukan, menjadi peserta didik yang baik, dan lain sebagainya), toleransi (saling menghargai dan menghormati antar siswa, menghargai perbedaan agama, suku, ras dan golongan), kerja keras menghormati, menyayangi dan menghormati kepada guru dan sesama teman, tidak membeda-bedakan dan lain sebagainya), cinta damai (menciptakan suasana kelas yang tenteram, mendorong terciptanya harmonisasi kelas dan sekolah, dan lain sebagainya), gemar membaca (setiap pelajaran didukung dengan sumber bacaan dan referensi, mendorong dan memfasilitasi siswa untuk gemar membaca, menyediakan ruang baca baik di perpustakaan maupun di ruang tertentu), peduli lingkungan (menjaga lingkungan kelas dan sekolah, menyediakan tempat untuk pembuangan sampah, dan lain sebagainya), peduli sosial (melakukan kegiatan aksi sosial)
  • Tahap pembiasaan. Karakter tidak hanya ditanamkan lewat pengetahuan dan pelaksanaan saja, tetapi harus dibiasakan. Karena orang yang memiliki pengetahuan belum tentu bisa bertindak dan berperilaku sesuai dengan ilmu yang ia miliki apabila tidak dibiasakan untuk melakukan kebaikan.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Pendidikan Menjadi Pondasi

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata Padegogik yaitu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun tindakan merealisasikan potensi anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya. Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif

(merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara juga memiliki arti bahwa membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas. Dalam hal ini pendidikan juga sebagai pondasi peserta didik. Pembentukan pondasi ini dilakukan secara sejalan dengan tumbuhnya pemikiran-pemikiran anak, serta tumbuh kembang anak melalui proses yang dilakukan oleh dirinya sendiri, orang tua dan guru, serta faktor lingkungan interaksinya. Pendidikan sebagai faktor penggerak juga memilki nilai-nilai yang besar dalam lingkup sosial. Unsur-unsur pendidikan dalam membentuk pondasi pada diri peserta didik sangat penting. Hal tersebut terdiri dari beberapa unsur pendukung dalam membentuk pondasi tersebut, yaitu :

  • Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik dalam suatu pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang memiliki potensi fisik dan psikis, seorang individu yang berkembang serta individu yang membutuhkan bimbingan dan perlakuan manusiawi. Peserta didik juga memiliki kemampuan untuk mandiri. Peserta didik juga tidak memandang usia.

  • Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik bisa berasal dari lingkungan pendidikan yang berbeda, misalnya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, seorang pendidik bisa berupa orang tua, guru, pemimpin masyarakat dan lain- lain. Pendidik juga harus memiliki kewibawaan dan kedewesaan, baik rohani maupun jasmani.

  • Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode serta alat- alat pendidikan. Ketika pendidik memberi bahan ajar berupa materi pelajaran dan contoh- contoh, diharapkan adanya respon yang baik dari para peserta didik dengan tetap menjunjung sifat saling mengharia satu sama lain.

  • Tujuan Pendidikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun