Mohon tunggu...
Fatur Rachman
Fatur Rachman Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Pamulang

Saya merupakan mahasiswa aktif semester 3 jurusan Akuntansi di Universitas Pamulang. Saya memiliki ketertarikan terhadap Akuntansi dan Administrasi. Saya juga memiliki beberapa pengalaman kerja. Selain itu saya merupakan orang yang bertanggu jawab, disiplin, teliti dan pekerja keras.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Menjadi Pondasi dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

9 Juli 2024   17:16 Diperbarui: 9 Juli 2024   17:27 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TUGAS ARTIKEL

PENDIDIKAN MENJADI PONDASI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

Oleh

Putu Surya Gutama

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha

 

ABSTRAK

Pendidikan di Indonesia harus dapat berperan positif dalam era globalisasi ini. Pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk mewujudkan sesuatu pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Pendidikan diwujudkan dengan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki            kekuatan  spiritual             keagamaan, pengendalian diri,  kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Pendidikan menjadi sangat bertaraf dalam kehidupan bangsa ini sehingga banyak para ahli berusaha menalar dan menyampaikan apa artian pendidikan yang sesungguhnya dalam kehidupan ini. Sistem pendidikan yang tidak selalu identik dengan sekolah atau jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara struktur dan berjenjang. Pendidikan secara alternatif berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan    serta    penguasaan    pengetahuan    dan              ketrampilan                fungsional               serta pengembangan sikap dan kepribadian fungsional. Karakter dalam pendidikan juga benar- benar diperlukan tidak hanya di sekolah tetapi juga di rumah, di lingkungan sosial. Karakter peserta dalam pendidikan untuk anak usia dini hingga remaja tetapi juga orang dewasa, mutlak diperlukan untuk kelangsungan hidup bangsa ini. Kata Kunci: Pendidikan; pendidikan karakter; peserta didik; unsur pendidikan

Pendahuluan

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang didalamnya. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Manusia di didik menjadi orang yang berguna baik bagi negara, nusa dan bangsa. Lingkungan pendidikan pertama kali yang diperoleh setiap insan yaitu di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), lingkungan sekolah (Pendidikan Formal), dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan Informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seseorang lahir sampai mati. Proses pendidikan ini berlangsung seumur hidup. Sehingga peranan keluarga itu sangat penting bagi anak terutama orang tua. Orang tua mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang yang diberikan orang tua tidak ada habisnya dan terhitung nilainya. Orang tua mengajarkan kepada kita hal-hal yang baik misalnya, bagaimana kita bersikap sopan-santun terhadap orang lain, menghormati sesama, dan berbagi dengan mereka yang kekurangan. Sekolah sebagai lembaga formal yang diserahi tugas untuk mendidik. Peranan Sekolah sangat besar sebagai sarana tukar pikiran diantara peserta didik. Guru harus berupaya agar pelajaran 

yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak, sebab tidak jarang anak menganggap pelajaran yang diberikan oleh guru kepadanya tidak bermanfaat. Tugas guru yang hanya semata-mata mengajar saat ini sudah keluar dari aturan-aturan itu. Guru harus mendidik yaitu harus membina para anak didik menjadi manusia dewasa yang bertangging jawab. Hanya dengan inilah, maka semua aspek kepribadian anak bisa berkembang.

Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tak pernah bisa ditinggalkan. Pendidikan juga menjadi bagian dari kehidupan yang memang telah berjalan sejak manusia itu ada. Pendidikan bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain, dan diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku terutama perundang-undangan yang dibuat atas dasar. Peranan pendidikan juga sangat besar dalam mempersiapkan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal yang mampu bersaing secara sehat, tetapi juga memiliki rasa kebersamaan dengan sesama manusia meningkat. Ilmu pendidikan termasuk salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis karena ilmu tersebut ditujukan kepada paraktek yang mempengaruhi anak didik. Itulah sebabnya melaksanakan pendidikan merupakan tugas moral yang tidak ringan. Pendidikan juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak atau karakter anak-anak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti, perilaku dan watak. Karakter inilah yang membedakan antara individu satu dengan individu lain di dunia ini. Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan dari setiap orang yang merupakan faktor penentu keberhasilan bangsa dan negara dalam menyiapkan masa depannya. Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sistematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter. Pembentukan karakter anak harus dimulai sejak usia dini. Tujuan pembentukan karakter sejak usia dini adalah untuk membentuk kepribadian anak yang baik sehingga kelak ketika sudah dewasa menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia yang dapat memberikan manfaat kepada sesama manusia dan lingkungannya. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak mulia. Amanat Undang-Undang ini bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan nilai- nilai luhur karakter bangsa.

Pembentukan Karakter Peserta Didik

Dalam hal ini ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang dibentuk dan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan supaya peserta didik dapat memahami nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan semua aspek. Pengembangan karakter bangsa dapat dilakukan melalui perkembangan karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam lingkungan sosial dan budaya 

tertentu, maka perkembangan karakter individu seseorang hanya dapat dilakukan dalam lingkungan sosial. Artinya, perkembangan karakter dapat dilakukan dalam suatu proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial, budaya masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah Pancasila. Jadi pendidikan karakter adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peseta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik. Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter merupakan usaha sadar yang dilakukan untuk membentuk peserta didik supaya bisa menjadi individu yang positif dan berakhlak yang baik sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.

Mulyani, dkk. (2007) menyatakan bahwa anak-anak akan mengidentifikasi dirinya dengan ibu atau ayahnya serta orang lain yang dekat dengannya. Dasar pendidikan agama yang kokoh jika ditanamkam pada anak sedini mungkin akan membentuk karakter penuh kasih dan peduli. Pendidikan karakter juga menjadi sebagai bagian dari pendidikan nilai di sekolah, yang membantu peserta didik mengenal menyadari pentingnya nilai- nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat. Nilai karakter mendasari prinsip dan norma hidup baik yang memandu sikap dan perilaku manusia sebagai pedoman dalam hidupnya. Kita semua tentu mengetahui, kualitas hidup seseorang ditentukan oleh nilai-nilai, dan termasuk di dalamnya yaitu nilai karakter. Pendidikan kearah terbentuknya karakter bangsa para siswa merupakan tanggung jawab semua guru. Oleh karena itu, pembinaannya pun harus oleh guru.

Seorang guru tidak hanya mendidik saja tetapi juga mengemban tugas dalam hal merawat dan menjaga supaya karakter kebaikan dapat muncul dalam diri siswa dan bisa mendorongnya agar dapat teraktualisasi dalam kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip penting dalam pendidikan yang tujuan utamanya adalah membentuk karakter peserta didik, antara lain:

  • Manusia adalah makhluk yang dipengaruhi oleh dua aspek, yakni kebenaran yang ada dalam dirinya dan dorongan atau kondisi eksternal yang mempengaruhi kesadarannya.
  • Konsep pendidikan dalam rangka membangun karakter peserta didik sangat menekankan pentingnya kesatuan antara keyakinan, perkataan, dan perbuatan.
  • Pendidikan karakter mengutamakan munculnya kesadaran pribadi peserta didik untuk secara ikhlas mengutamakan karakter positif dalam dirinya.
  • Pendidikan karakter mengarahkan peserta didik untuk menjadi manusia berbudi pekerti yang tidak hanya memiliki kesadaran untuk terus mengembangkan dirinya, memperhatikan masalah, lingkungannya, dan memperbaiki kehidupan sesuai dengan pengetahuan dan karakter yang dimilikinya. Karakter seseorang ditentukan oleh apa yang dilakukan berdasarkan pilihan bebasnya.

Dengan pendidikan dasar inilah seseorang diharapkan akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalankan hidup hingga ke tahapan pendidikan selanjutnya. Pendidikan karakter tingkat dasar haruslah membentuk suatu fondasi yang kuat demi keutuhan rangkaian pendidikan tersebut. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin luas pula ragam ilmu yang didapat dari seseorang dan akibat yang akan didapatkannya akan semakin besar. Pembentukan karakter merupakan suatu hal yang penting untuk diterapkan di sekolah. Karena pendidikan karakter menjadi sebuah pijakan dalam setiap mata pelajaran dan bisa menjadi penentu bagi siswa untuk mengantarkan siswa dalam proses belajar. Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan karakter yang baik bisa menjadi dorongan bagi siswa untuk melakukan hal positif dan memiliki tujuan 

hidup yang benar. Lingkungan sekolah bukan menjadi suatu hal yang mutlak bagi anak untuk mendapatkan pendidikan karakter secara utuh. Oleh karena itu orang tua, keluarga, lingkungan dan masyarakat juga memiliki peran penting dalam pembentukan karakter.

Emosi dan kebiasaan diri juga termasuk wilayah jangkauan dari pendidikan karakter. Dengan demikian maka dibutuhkan beberapa komponen yang berkaitan dengan hal tersebut, di antaranya: moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling (perasaan atau penguatan emosi), moral action (penerapan moral). Ketiga komponen tersebut sangat diperlukan untuk membentuk karakter pada seseorang terutama dalam sistem pendidikan. Hal ini sangat diperlukan supaya pihak-pihak yang terlibat dalam sistem pendidikan bisa memahami, merasakan dan mengamalkan atau mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pembentukan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia internasional.

Proses Pembentukan Karakter

Dalam pembentukan karakter, adanya suatu proses adaptasi peserta didik dengan dirinya sendiri. Ridwan (2012:1) menjelaskan ada tiga hal proses pembentukan karakter yang perlu diintegrasikan yaitu:

  • Knowing the good, artinya anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan yang harus diambil dan mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Membentuk karakter anak tidak hanya sekedar tahu mengenai hal-hal yang baik, namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hal tersebut.
  • Feeling the good, artinya anak mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan membenci perbuatan buruk. Konsep ini mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Pada tahap ini anak dilatih untuk merasakan efek dari perbuatan baik yang dia lakukan. Sehingga jika kecintaan ini sudah tertanam maka hal ini akan menjadi kekuatan yang luar biasa dari dalam diri anak untuk melakukan kebaikan dan mengurangi perbuatan negatif.
  • Active the good, artinya anak mampu melakukan kebajikan dan terbiasa melakukannya. Pada tahap ini anak dilatih untuk melakukan perbuatan baik sebab tanpa anak melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan akan ada artinya. Proses pendidik karakter bisa melalui Strategi Pendidikan Karakter dengan

Multiple Talent Aproach (Multiple Intelligent). Strategi Pendidikan Karakter ini berproses untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan membangun Self Concept yang menunjang kesehatan mental. Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat emasnya sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimilikinya. Ada banyak cara untuk menjadi cerdas, dan cara ini biasanya ditandai dengan prestasi akademik yang diperoleh disekolahnya dan anak didik tersebut mengikuti tes intelengensia. Cara tersebut misalnya melalui kata-kata, angka, musik, gambar, kegiatan fisik atau kemamuan motorik atau lewat cara sosialemosional. Adapun pembentukan karakter dapat dilalui dengan beberapa tahapan-tahapan yaitu :

Tahap pengetahuan. Pendidikan karakter dapat ditanamkan melalui pengetahuan, yaitu lewat setiap mata pelajaran yang diberikan kepada anak.

  • Tahap pelaksanaan. Pendidikan karakter bisa dilaksanakan di manapun dan dalam situasi apapun. Pendidikan karakter di lingkungan sekolah bisa dilaksanakan mulai dari sebelum proses belajar mengajar sampai pembelajaran usai. Beberapa contoh misalnya: disiplin (peserta didik dilatih dan ditanamkan untuk disiplin baik itu disiplin waktu dan disiplin dalam menjalani tata tertib di sekolah), jujur (peserta didik bisa dilatih untuk jujur dalam semua hal, mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan benar, tidak menyontek atau memberi contekan kepada siswa, membangun kantin kejujuran di sekolah), religious (bisa ditanamkan melalui pembiasaan mengucapkan salam dan berdoa bersama sebelum proses belajar mengajar dimulai dan sesudah pembelajaran usai, tanggung jawab (bisa ditanamkan dengan mengerjakan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang dilakukan, menjadi peserta didik yang baik, dan lain sebagainya), toleransi (saling menghargai dan menghormati antar siswa, menghargai perbedaan agama, suku, ras dan golongan), kerja keras menghormati, menyayangi dan menghormati kepada guru dan sesama teman, tidak membeda-bedakan dan lain sebagainya), cinta damai (menciptakan suasana kelas yang tenteram, mendorong terciptanya harmonisasi kelas dan sekolah, dan lain sebagainya), gemar membaca (setiap pelajaran didukung dengan sumber bacaan dan referensi, mendorong dan memfasilitasi siswa untuk gemar membaca, menyediakan ruang baca baik di perpustakaan maupun di ruang tertentu), peduli lingkungan (menjaga lingkungan kelas dan sekolah, menyediakan tempat untuk pembuangan sampah, dan lain sebagainya), peduli sosial (melakukan kegiatan aksi sosial)
  • Tahap pembiasaan. Karakter tidak hanya ditanamkan lewat pengetahuan dan pelaksanaan saja, tetapi harus dibiasakan. Karena orang yang memiliki pengetahuan belum tentu bisa bertindak dan berperilaku sesuai dengan ilmu yang ia miliki apabila tidak dibiasakan untuk melakukan kebaikan.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Pendidikan Menjadi Pondasi

Pendidikan berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari kata Padegogik yaitu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun tindakan merealisasikan potensi anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian : proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Bahwa pendidikan adalah upaya menuntun anak sejak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi alam beserta lingkungannya. Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif

(merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara juga memiliki arti bahwa membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia. Ini menunjukan bahwa para pakar pun menilai bahwa pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi cakupannya harus lebih luas. Dalam hal ini pendidikan juga sebagai pondasi peserta didik. Pembentukan pondasi ini dilakukan secara sejalan dengan tumbuhnya pemikiran-pemikiran anak, serta tumbuh kembang anak melalui proses yang dilakukan oleh dirinya sendiri, orang tua dan guru, serta faktor lingkungan interaksinya. Pendidikan sebagai faktor penggerak juga memilki nilai-nilai yang besar dalam lingkup sosial. Unsur-unsur pendidikan dalam membentuk pondasi pada diri peserta didik sangat penting. Hal tersebut terdiri dari beberapa unsur pendukung dalam membentuk pondasi tersebut, yaitu :

  • Peserta Didik

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik dalam suatu pendidikan. Peserta didik merupakan seseorang yang memiliki potensi fisik dan psikis, seorang individu yang berkembang serta individu yang membutuhkan bimbingan dan perlakuan manusiawi. Peserta didik juga memiliki kemampuan untuk mandiri. Peserta didik juga tidak memandang usia.

  • Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik bisa berasal dari lingkungan pendidikan yang berbeda, misalnya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, seorang pendidik bisa berupa orang tua, guru, pemimpin masyarakat dan lain- lain. Pendidik juga harus memiliki kewibawaan dan kedewesaan, baik rohani maupun jasmani.

  • Interaksi Edukatif

Interaksi edukatif adalah komunikasi timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif dengan manipulasi isi, metode serta alat- alat pendidikan. Ketika pendidik memberi bahan ajar berupa materi pelajaran dan contoh- contoh, diharapkan adanya respon yang baik dari para peserta didik dengan tetap menjunjung sifat saling mengharia satu sama lain.

  • Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan merupakan hal yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran dan tujuan ke arah mana bimbingan ditujukan. Secara umum tujuan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal dan kandungannya sangat luas sehingga sulit untuk dilaksanakan di dalam praktek. Sedangkan pendidikan harus berupa tindakan yang ditujukan kepada peserta didik dalam kondisi tertentu, tempat tertentu dan waktu tertentu dengan menggunakan alat tertentu. Tujuan pendidikan juga bertujuan untuk membangkitkan, memicu, dan menyegarkan kembali materi-materi yang telah dibahas agar peserta didik semakin mantap dalam menguasai pelajaran tersebut.

  • Materi Pendidikan

Materi pendidikan merupakan bahan ajar dalam suatu pendidikan dan merupakan pengaruh yang diberikan dalam bimbingan. Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian 

tujuan. Kurikulum ini menampung materi-materi pendidikan secara terstruktur. Materi ini meliputi materi inti maupun muatan lokal.

  • Alat dan Metode Pendidikan

Alat dan metode pendidikan adalah segala sesuatu yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan merupakan jenisnya sedangkan metode pendidikan melihat efisiensi dan efektifitasnya. Contoh alat pendidikan adalah komputer, sosial media, buku ajar dan alat peraga. Sedangkan metode pendidikan merupakan cara penyampaian materi pendidikan dari pendidik pada peserta didik.

  • Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan merupakan tempat dimana peristiwa bimbingan atau pendidikan berlangsung. Secara umum lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Ketiganya sering disebut sebagai tri pusat pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2010). Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertam. Jakarta: Kemendiknas.

Hamid, M. (2008). Peran serta Guru Profesional dalam Turut Membentuk karakter bangsa Melalui Jalur Pendidikan Nonformal dan Informal. Jakarta: disajikan dalam Seminar nasional.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Fondation. Muin, F. (2011). Pendidikan Karakter Konstruksi Teoritik dan Praktik. Yogyakarta:

Arr-ruzz Media.

Muslih, M. (2011). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensiona.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Pidarta, M. (2007). Landasan Kependidikan, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Rachman, M. (200). Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Rachman, M. (2000). Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan.

Syarkawi. (2011). Pembentukan Kepribadian Anak: Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integrasi Jati Diri. Jakarta: Bumi Aksara.

Wardani. (2008). Pendidikan sebagai Wahana Pembentukan Karakter Bangsa. Jakarta: disajikan dalam Seminar nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun