Dia berusaha sekeras mungkin untuk bertemu denganku. Pun aku juga berusaha keras menjauhinya. Ingin tahu apakah perkataan Didi tempo hari yang katanya seseorang akan menyadari perasaannya saat merasa kehilangan itu benar atau tidak.
Akhirnya aku pun memutuskan bertemu dengan Rafiq di danau seperti biasa, itu karena dia berhasil mencegatku waktu istirahat saat melewati kelasnya. Kami berdiri bersisian di danau dan termangu menatap keheningan di depan kami.
"Aku suka kamu."
Kalimat itu keluar dari mulut Rafiq. Memecah keheningan yang beberapa menit lalu telah tercipta.
"Pfftt ...." Aku langsung tertawa. Lucu. Mana mungkin hal itu bisa terjadi dalam waktu sesingkat ini?
"Aku serius."
Kembali aku menatapnya. Tak bisa menebak apa yang ada dalam hatinya sebenarnya.
"Setelah ini kamu bakal bilang 'ini prank!'. Udahlah Fiq, aku tahu isi otakmu. Kamu selalu aja ngerjain aku." Mengulang kembali kalimat yang dia ucapkan tempo hari.
"Kali ini serius. Jadi gimana tanggapanmu?"
Kejadian ini persis seperti aku mengungkapkan perasaanku. Bedanya hari ini aku tidak berharap apa pun. Supaya sepulang dari sini aku tidak perlu menangis lagi.
"Kalau saja aku tipemu, mungkin aku bakal senang sih."