Mohon tunggu...
fatrisia
fatrisia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Cerita fiksi. Ig @inifatrisia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapakah Pelakunya?

7 Juni 2024   19:03 Diperbarui: 7 Juni 2024   19:06 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini sudah hari terakhir di masa KKN ketika Amel tiba-tiba saja berkata, "Gue tahu siapa yang nyolong sempak pink itu!"

Terang saja mereka semua geger. Kasus yang selama ini tidak lagi dibicarakan karena dianggap tabu kini akan terkuak. Segera saja Fadli sebagai ketua mengumpulkan mereka di ruang tengah, tempat biasa mereka rapat. Amel begitu mendesak ini, dia ingin semuanya membahas dengan serius. Semua mata menatap penuh ingin tahu padanya yang kini menjadi pusat perhatian. Sementara itu Fira sebagai si pemilik barang tersebut tampak kaku dan was-was.

"Gue ingat waktu itu pagi menjelang siang gue sempat ngeliat Fira lagi jemur cuciannya. Malamnya pas lagi ngelipat baju tiba-tiba aja Fira nyari 'benda itu' dan ga ketemu. Tapi coba kalian ingat lagi deh, yang piket nyapu halaman di hari Sabtu itu siapa?" terang Amel.

"Nadia dan Ben," kata Fadli.

Ben sontak tidak terima. Dari wajahnya dia seperti sudah mengerti ke mana arah kalimat Amel. "Maksud lo, gue? Gue sama sekali ga tau apa-apa."

Amel terkekeh. Dari awal dia memang kurang sreg dengan Ben yang suka tebar pesona dan merayu para perempuan. "Gue ingat waktu itu Nadia lagi sakit dan cuma lo sendiri yang piket. Lo nyuci di hari itu juga kan? Jemuran lo di dekat jemuran Fira. Lo duluan ngangkat punya lo, yang mana setelah itu Fira juga ngangkat punya dia. Gue sempat duduk di teras ngeliat itu dan gue bisa bertanggung jawab untuk opini gue."

Suasana terasa memanas. Meski sejujurnya Fakih yang berada di pojok sedang menahan tawa. Dia bahkan sempat menunduk. Bayangkan saja seorang Ben yang punya kharismatik di jurusan teknik dan dihormati para junior kini dituduh sebagai maling sempak pink. Ini sungguh kacau! Fakih yakin teman-teman sekelas mereka akan tertawa mendengar ini.

"Gini ya, Mel, jemuran gue itu kebanyakan warna hitam, ga ada warna yang ngejreng. Gue ngelipat baju di depan Fakih. Lo tanya aja kalau dia ngeliat warna pink di antara baju-baju gue itu," kata Ben dengan nada lembut meski dia sedang kesal.

Fakih segera mengangguk setuju. Dia cukup handal menahan tawanya.

"Tapi semua daleman Fira itu ditutup pake jilbab hitam. Yakin ga nyelip?" Amel masih bersikukuh.

"Yakinlah. Ngapain juga gue nyentuh gituan. Gini-gini gue tahu batasan." Ben kemudian menatap Fadli. "Bro, pas piket gue hari itu, gue ingat siangnya lo lagi masang hammock di pohon mangga dan rambutan di dekat jemuran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun