"Gue hari itu nyuci motor bareng Fira, kan. Terus tadi di kamar gue tanya, Fir, sebenarnya sempak lo itu modelnya gimana sih? Kali aja ikut kebuang pas lo buang bungkus sabun di tong sampah, soalnya sepanjang lo bilas gue ga liat yang pink-pink. Terus kalian tahu ga apa kata Fira?" Sri masih saja tertawa.
Semua menggeleng, tidak punya clue sama sekali.
"Sebenarnya sempak pink-nya itu ga dicuci yang artinya ga hilang," kata Sri memegangi perutnya.
Teman-temannya sedikit lama mencerna hingga sedetik kemudian tertawa. Fakih makin ngakak ternyata sempak yang mereka ributkan itu sama sekali tidak hilang.
Dengan malu-malu Fira menyembul dari gorden. "Udah gue bilang ga usah dibahas. Lagian tu sempak ada di koper, ga gue pake dan gue kira waktu itu gue nyuci tu sempak."
Amel jadi paham, pantas saja sejak awal tadi Fira tidak suka ini dibahas lagi. Ternyata karena dia malu dengan dirinya sendiri. Astaga! Harusnya dia jujur saja dari awal. Fira oh Fira.
Faqih menatap Ben. "Untung aja lo klarifikasi, Fir, citra seorang Ben anak teknik sejati hampir aja kecoreng. Masa galak sama junior, tapi nyolong sempak pink."
Setelah itu tidak ada lagi misteri di antara mereka. Kasus sempak pink akhirnya terpecahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H