"Balik lagi ke subjek utama, lo udah ga punya pendapat lain, Mel?" tanya Fadli.
Amel menggeleng. Agak malu juga karena sempat menuduh Ben.
Dia ingat betul Sabtu malam itu mereka para gadis sedang tertawa-tawa di kamar saat membicarakan Sri yang pingsan ketika acara lomba minat dan bakat yang mereka adakan, yang mana Sri hampir diberi CPR Â oleh seorang duda. Untung saja ada Fadli yang segera membopong Sri ke rumah warga dekat tenda acara dan Nadia yang segera memberi minyak kayu putih. Tragedi adalah cikal bakal komedi, kata Sri.
Saat sibuk-sibuknya menertawakan momen itu, Fira yang fokus melipat pakaiannya mendadak panik bahkan menangis sebab sempak pink kesayangannya hilang. Katanya itu sempak favorit dengan kualitas bagus yang spesial dibelinya pakai uang sendiri.
Malam itu pun Amel menanyai satu-persatu teman laki-laki dan semuanya mengaku tidak tahu. Di situ dia curiga pada Ben, karena hanya orang itu yang beberapa kali dilihatnya di halaman samping, tapi Ben malah enteng berkata tidak tahu apa-apa. Esoknya malah hal itu tidak dibicarakan lagi, bahkan oleh Fira yang mungkin saja merasa malu. Namun, Amel tidak ingin hal itu menjadi misteri. Dia bahkan sudah mengawasi Ben karena seingatnya hanya Ben yang di situ, meskipun ternyata itu salah.
Kini Amel pun segera bertanya apa Fira punya spesifik kecurigaan. Fira lekas menggeleng.
Vani berdeham setelah lama hanya diam menyimak. "Hari Sabtu itu pas Nadia sakit, gue ingat banget gue lagi beliin dia obat di warung sekitar jam 10-an dan seingat gue anginnya cukup kencang hari itu. Yakin jemurannya ga jatuh atau kelempar di mana gitu?"
Sebuah opini yang patut dipertimbangkan. Fadli juga tampaknya sedang mengingat-ingat lagi apa saja yang dia lihat dan terjadi di hari itu. Semua orang tampak berpikir.
Namun, Fira segera beranjak dan masuk ke kamar. Semuanya kaget. Vani jadi bingung sendiri, merasa opininya tadi tidak sensitif dan tidak masuk akal jika itu adalah alasan Fira marah.
Sri yang dekat dengan Fira pun segera ke kamar, berkata akan bertanya mengapa Fira tiba-tiba saja begitu. Jika diingat lagi di hari Sabtu itu dia sedang mencuci motor di sumur bersama Fira yang sedang mencuci pakaiannya. Makanya di kamar itu dia duduk di dekat Fira dan menanyakan sesuatu. Fira tampak mengangguk, otomatis Sri tertawa kencang.
Teman-teman lain jadi kepo apa yang terjadi. Tak lama Sri keluar dan dia bahkan segera terduduk saking lemasnya tertawa.