Mohon tunggu...
Fatmasari
Fatmasari Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Pemimpi dari Kampung

Instagram : @fatmafama10 . Wattpad : heningrindu . NovelMe : Hening Rindu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ketika Semesta Mulai Bercanda (Part 5)

26 Juni 2020   13:52 Diperbarui: 26 Juni 2020   14:19 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Apa kamu pikir selama ini kamu tidak menyakitiku dengan tidak memberiku jawaban yang kuinginkan?"


"Aku sudah memberi jawaban yang benar dari awal, Ka. Aku sudah memintamu berhenti dari awal karena aku tidak mau menyakitimu. Sekarang kamu bertanya apa aku tidak berpikir bahwa aku menyakitimu?" Nada bicara Aurum sedikit meninggi.


"Aku tahu aku membuatmu sakit, Ka. Aku pun sakit karena kamu tidak juga mau berhenti dan pergi." Air matanya sudah tidak dapat lagi disembunyikan. Aurum menangis di hadapan orang lain. Hal yang tidak pernah dia lakukan sebelum ini.


"Aku tidak akan pergi sebelum semua pertanyaanku tentang kamu terjawab. Kenapa sesulit itu kamu membuka hati? Apa itu berkaitan dengan masa lalumu? Aku hanya ingin kamu beri tahu aku tentang semua itu." Hati Aska sakit, semakin sakit melihat gadis itu mengeluarkan air mata. Hampir dua tahun mereka dekat, dua kali dia melihat gadis itu menangis. Pertama, ketika pertemuan awal mereka di sebuah emperan toko sewaktu hujan deras. Kedua, pada detik ini dan itu karena dirinya.


"Apa kamu akan pergi setelah mengetahui semuanya?"


"Mungkin," jawab Aska lemah, "karena aku tidak mungkin terus bertahan jika yang kupertahankan saja tidak menginginkannya."


"Aku pernah menjadi paling bodoh. Membiarkan seseorang masuk dengan mudah mengambil hatiku penuh seluruh. Kamu tahu alasannya? Itu semua hanya karena aku ingin merasakan apa yang teman-temanku sering katakan. Mereka bilang jatuh cinta itu menyenangkan, meskipun kadang sakit hati juga. Awalnya semua menyenangkan memang. Bahkan aku menyalahkan semua anggapan bahwa jatuh cinta itu membawa luka. Seseorang itu membuatku merasakan samua kebahagiaan yang sebelumnya tidak pernah kudapatkan. Hal itu membuatku gelap mata, membuatku tuli, dan akhirnya membuatku hancur. Dia pergi dengan membawa seluruh hatiku. Yang lebih bodohnya lagi, pada saat terhancur itu, aku membiarkan seseorang yang tulus menggenggam harapan padaku."


"Maksudmu?"


"Seseorang yang tulus itu mengatakan bahwa aku harus bisa melupakan segala yang telah terjadi dan menyembuhkan luka hatiku. Katanya, dengan menerima cinta darinya berlahan-lahan lukaku akan sembuh. Ya, aku yang memang bodoh dalam dunia percintaan, percaya begitu saja. Untungnya tidak lama setelah keputusan konyol untuk menerimanya, aku sadar yang kulakukan tidak benar. Aku tidak bisa mencintainya dan itu semakin menghancurkan batinku. Akhirnya aku pergi, menghilang dari lingkungan yang selama ini aku tinggali. Harapanku saat itu, aku bisa membuat luka-luka batinku sembuh, tapi tidak bisa. Kurasa aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri untuk semua yang terjadi saat itu." Air mata Aurum semakin deras saja. Dia benar-benar tidak lagi bisa bersembunyi.


"Sudah  berapa lama peristiwa itu terjadi?"


"Empat tahun."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun