Sebagai muslim pertanyaan ini dulu sangat sering dilontarkan anak sebaya saya di tempat ngaji bahkan sekolah umum, namun tidak ada jawaban memuaskan yang kami dapat. Guru dan kyai hanya akan menjawab seadanya, esperti "Ya memang itulah mukjizat beliau" atau "hanya Allah yang tahu" atau "supaya kita A, B dst..."
Saya selalu penasaran, kenapa Rasulullah diberi mukjizat yang tidak keren. Seperti membelah lautan, dimakan paus masih hidup, tahan api, atau menghidupkan orang mati. Sesekali saya waktu masih kecil juga merasa kasihan pada Rasulullah, tugasnya sangat berat tetapi malah berumur pendek, ditambah lagi beliau tidka bsia baca tulis. Kalo dipikir sekilas dalam benak anak-anak, saya akan berpikir bahwa Allah tidak adil pada Nabi Muhammad, belum lagi mukjizatnya tampak biasa saja, yaitu sebuah buku.
Namun ketika saya dewasa dan hidup dalam hingar bingar kemampuan tekhnologi yang sangat pesat. Informasi didapat begitu mudahnya, saking mudahnya data-data negara sampai dijual dengan harga yang sangat murah meriah ke luar negeri. Informasi dibajak oleh hacker-hacker, dikumpulkan, lalu dikomersilakn tanpa izin. Bahkan saya pernah dengar bahwa nantinya dimasa depan (mungkin dunia yang saat ini kita tinggali sudah bisa disebut masa depan), perang fisik akan semakin berkurang. Karena seluruh negara di dunia ini akan memiliki metode perang baru, yaitu PERANG INFORMASI (DATA). Sejujurnya ini terdengar mewah sekali dalam pikiran saya. Namun saya belum tahu bahwa betapa berbahanya ini, karena rupanya tidak hanya fisik, perang data adalah perang mental.
Kemajuan teknologi semakin berkembang pesat, revolusi industri, penemuan ilmuwan, sastrawan dan buku-bukunya yang tersisa, peninggalan bangsa muslim, Romawi, Yunani, Eropa, semuanya dibahas, sampai pada penjajahan, cerita umat Kristen, atau perkembangan peradaban, kesetaraan gender, sampai pada kisah-kisah sejarah tersembunyi di dunia ini. Semuanya seolah jadi makanan di internet yang bisa kita konsumsi sehar-hari. Dulu, informasi di Wikipedia sudah yang paling mewah, Facebook jadi sosial media paling canggih, tempat orang-orang berkenalan, berjualan, share apapun, lalu munculnya blog-blog informasi yang dikelola perseorangan maupun lembaga, resmi dan tidak resmi. Muncul akun-akun official dari suatu institusi, apapun jenis institusinya mulai dari pendidikan, politik, waralaba, nirlaba. Internet adalah pusat Informasi dari yang semua ingin kita ketahui di dunia ini. Bahkan tentang diri kita sendiri, kadang kita bertanya pada chatgpt atau AI.
Manusia adalah tempatnya penasaran pada segala hal. Bagaimana traktor bekerja, bagaimana gravitasi ditemukan, bagaimana cara menanggapi orang marah, bagaimana cara cepat pintar, mengapa bumi itu bulat, mengapa semua orang memiliki kesadaran, mengapa langit itu biru, mengapa ada yang namanya black hole di angkasa. Bagaimana dan Mengapa.
Jadi apa hubungannya hal ini dengan Alquran sebagai mukjizat Rasulullah?
Mari kita mulai analogi dari hal yang paling bisa kita pahami. Yaitu dari seorang seniman, lebih tepatnya seorang sastrawan (penulis). Jika kamu menyadari, berapa banyak arsip, dokumen, foto, tulisan yang dapat diselamatkan dari masa lalu? Peninggalan seperti arca, artefak, prasasri, naskah kuno, semua tulisan yang ditulis dalam media-media kasar, karena tidak ada alat untuk mengambil pada masa lalu, jadi kita hanya bisa percaya dari apa yang ditinggalkan melalui tulisan.
Penemuan ilmuwan penting juga diarsipkan dalam dokumen tertulis, buku-buku penelitian seperti aljabar, catatan medis zaman dahulu, strategi perang, catatan luar angkasa, satelit, ilmu astronomi, ilmu tanah bahkan surat tertulis dan memo singkat dari atasan ke bawahan, dari ayah ke keluarga, dari ibu pada anak, dari prajurit pada orang yang ditinggalkan. Semua informasi yang kita dapat di internet saat ini, sejatinya dari peninggalan arsip-arsip lama yang memiliki dokumen yang berumur lebih tua dari kakek nenek kita. Semakin informasinya sedikit, semakin misterius, semakin orang-orang penasaran untuk mengetahui kebenarannya.
Diantara semua profesi tersebut, semuanya membutuhkan arsip dokumen tertulis untuk meninggalkan sejarah agar generasi masa mendatang tetap bisa belajar. Dan diantara semua profesi penting di dunia ini, yang paling banyak meninggalkan catatan tertulis berupa buku adalah sastrawan.
Kamu pernah dengar, jika kamu mencintai seorang sastrawan kamu akan abadi dalam sebuah buku? Karena sang sastrawan begitu mengasihimu, mencintaimu dan ingin membuat kisah dirimu dalam sebuah catatan spesial, yaitu buku yang tidak bisa hilang keberadaannya.
Lalu apa hubungannya dengan mukjizat Rasulullah yang berupa Alquran? Apakah kamu masih belum mendapatkan gagasan setelah membaca ini?
Sama seperti saat ini, semua orang bisa menulis, tetapi tidak semuanya jadi penulis. Begitu keadaan Rasulullah yang ingin ditunjukkan pada umat generasi mendatang. Beliau tidak bisa baca tulis, bagaimana bisa ia membuat sebuah buku? Jika kamu tengok kembali, nabi-nabi terdahulu yang memiliki mukjizat seperti skill tertentu, kalau si Nabi meninggal, maka lenyap sudah mukjizatnya, tidak bisa diturunkan, tidak bisa juga diajarkan. Apakah mungkin Nabi Musa mengajarkan pada anaknya bagaimana membelah laut? Aneh sekali kan, kalau dipikir logis.
Namun berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad. Ia menghafal Alquran dari Malaikat Jibril. Lalu disampaikan pada umatnya, dihafalkan, disimpan dalam dada. Lalu Khalifah mengumpulkan para penghafal Alquran, dijadikan mushaf-mushaf (lembaran-lembaran kertas pada zaman itu). Pada saat itupun Rasulullah tidak pernah tahu akan ada bentuk fisik BUKU yang berisi firman-firman yang sudah beliau hafal. Maha Suci Allah yang membuat khalifah terpikirkan untuk membuatnya menjadi sebuah BUKU yang saat ini kita sebut Alquran. Secara etimologi Alquran sendiri berarti "Bacaan". Bacaan yang berisi firman-firman, yang datangnya dari Tuhan, sebagai pedoman, petunjuk, hukum, pengetahuan, informasi. Artinya apa? Ya, Alquran adalah pusat DATA dunia dan akhirat, yang bernilai sangat mahal yang tidak bisa menandingi semua mukjizat pada Nabi sebelumnya.
Pernah dengar kata-kata Najwa Shihab, "Cukup satu buku untuk membuatmu jatuh cinta dengan membaca. Temukan buku itu." Sebenarnya kata-kata ini lebih universal sih, terutama bagi orang Indonesia yang anti buku. Namun jika saya pautkan dengan mukjizat Rasulullah, sungguh membaca akan memberimu data, data akan membuat otak kosong terisi, jika otak terisi kita akan sadar dan belajar. Mungkin bukan otak yang membedakan kita dengan hewan, tetapi isi dari otak, yaitu ILMU.
Mengapa Alquran tidak disampaikan pada nabi-nabi sebelumnya saja? Karena tidak sesuai ZAMAN. Jangankan mushaf, apakah orang zaman dahulu bahkan membaca buku? Mereka adalah orang-orang jahil (baca: jahiliyah/bodoh) yang tidak percaya tentang ilmu pengetahuan. Berbeda dengan akhir zaman nanti, dimana semua orang berlomba menjadi pintar, cerdas, berilmu, tetapi tidak dengan iman. Jangankan iman, akhlakul karimah saja sudah tergerus rasanya.
Perang data, kini telah dimulai sejak lama, entah saat telepon ditemukan, atau sinyal ditemukan, atau mungkin sejak zaman purba, dimana akses informasi terbatas. Kalau mencari satu info saja harus melakukan perjalanan bahkan membutuhkan waktu seumur hidup.
Informasi dan data adalah kekuatan vital seseorang, maupun sebuah negara. Jadi sampai sini apakah paham mengapa Alquran adalah mukjizat Rasulullah? Berikut saya rangkum dalam 2 poin agar lebih mudah.
1. Nabi Muhammad adalah Nabi akhir zaman dan nabi tidak bisa hidup abadi. Jadi diperlukan mukjizat yang bisa diturunkan setelah Rasulullah meninggal. Mukjizat yang bisa disimpan semua orang dan dipergunakan semua orang, selagi tidak ada lagi utusan di dunia (karena semua Nabi sudah meninggal).
2. Semua yang tertulis dalam Alquran adalah DATA. Informasi tentang dunia, tentang akhirat, tentang manusia, makhluk hidup, rahasia alam raya, rahasia surga neraka, semuanya dibahas dengan detail dan dengan tafsiran yang indah oleh para penafsir. DATA dalam Alquran inilah yang menjadi mukjizat Rasulullah.
Sungguh, Allah adalah penulis takdir dari tiap-tiap naskah mahkluknya. Firman-firman Alquran yang dititipkan pada Rasulullah, lalu dititipkan pada penghafal Alquran, lalu dijadikan KITAB oleh para khalifah. Sebagai muslim sebaiknya kita MEMBACA apa yang akan menjadi penyelamat kita di dunia maupun nanti diakhirat. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H