Mohon tunggu...
Literasi Phooty
Literasi Phooty Mohon Tunggu... Guru - Menghabiskan waktu dengan mengajar dan belajar. Menyukai kedamaian dan secangkir coklat hangat☕

Mendampingi perintah "Bacalah!" Dengan bacaan. Memperpanjang umur dengan tulisan. Dan menjaga kewarasan dengan goresan.

Selanjutnya

Tutup

Book

Resensi Novel Hati Suhita: Ketika Jiwa Pesantren Berbaur Epik dengan Filosofi Jawa

3 Mei 2024   00:00 Diperbarui: 3 Mei 2024   00:04 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Novel Hati Sugita oleh Latifah/pinterest

Dan lagi pembaca menjadi gemas karena tidak adanya komunikasi yang baik antara Alina dan Gus Birru. 

Terlalu Sedikit Scene Romantis

Bagi pembaca penggemar fiksi romantis saya sarankan untuk menurunkan ekspektasi terhadap novel ini. Novel yang memiliki tema klise berupa cinta dunia pesantren ini lebih fokus terhadap dunia jawa dan pesantren. Romance hanya disuguhkan sedikit, bahkan lebih condong ke cerita pilu. Namun, bagi pecinta budaya dan sejarah jawa novel ini sangat recomended. 

Tidak Cocok dengan Pejuang Feminis. 

Bagi pejuang feminisme novel ini berlaku sebaliknya. Sifat tawadhu' ala pesantren dan filosofi mikul duwur mendem jero bagi seorang istri seakan memberikan kekangan yang berat. Namun, begitulah adanya dalam islam sendiri kedudukan laki-laki berada diatas perempuan. Dan dalam berubah tangga haruslah menyembunyikan aib pasangan masing-masing. Sebagai novel yang ditulis dengan tokoh perempuan dan penulis perempuan. Novel ini tidak serta merta menjadikan tokoh wanitanya menjadi punya banyak kuasa.

Namun, jujur secara pribadi saya gemas dengan sikap Alina dan ingin pasangan itu memiliki komunikasi yang baik. 

Istilah Bahasa Jawa yang Membuat Pembaca Kesulitan.

Penempatan bahasa jawa di beberapa kalimat memperjelas latar novel ini. Namun, dengan adanya bahasa asing itu menyulitkan bagi pembaca, apalagi glosarium terletak di belakang dengan urutan alfabetis. Sehingga sebagian pembaca akan malas menghentikan bacaan dan mencari artinya dan akan terus membaca tanpa memperdulikan makna dari kata-kata tersebut. 

Bahkan bagi saya yang orang jawa, tapi nggak njawani itu benar-benar membuat badmood. 

Ending yang Terlalu Dipaksakan.

Perubahan sikap Gus Birru begitu tiba-tiba. Bahkan terkesan tidak alami. Seperti dia menerima Alina karena Ratna Rengganis pergi. Bahkan resolusi yang ada terkesan terburu-buru. Sehingga, ada ketimpangan dari penderitaan yang panjang itu dengan penyelesaian yang ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun