Sebuah pertanyaan yang sangat dalam dan bermakna. Saya sendiri sangat terkesan dengan pertanyaan tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagai insan yang memiliki rasa cinta pada seseorang, perihal cita-cita tak bisa dikesampingkan. Ini mengartikan bahwa visi dan misi hidup beserta prinsip yang ada di dalamnya perlu terus dipegang dan diperjuangkan.
Ainun muda dengan kekasihnya ternyata memiliki rencana ke depan yang berbeda. Ahmad ingin keluar negeri dan hidup di sana, sedangkan Ainun ingin membangun Indonesia bagaimana pun keadaannya.
Pada saat Ahmad mengatakan bahwa ia akan memaksa dirinya untuk mengikuti rencana Ainun dan mengatakan bahwa Ainun adalah petualangan dan cita-cita dirinya, Ainun sontak mengatakan:
“Cita-cita itu bukan soal siapa, Mad, tapi soal mengapa. Soal alasan yang lebih besar dari semua ini.”
Di tengah berkecamuknya hati Ainun pada saat itu, ia pun akhirnya mengatakan maaf dan kemudian pergi meninggalkan Ahmad.
“Aku tidak bisa ikut petualanganmu lagi, Mad, Maafkan Aku.”
Sungguh ada banyak pelajaran berharga yang bisa saya himpun dari sepenggal percakapan Ainun dengan Ahmad dalam durasi hanya 7 menit itu.
Mungkin, pelajaran ini akan sangat menginspirasi banyak para muda-mudi khususnya dalam memanajemen jatuh cinta dan hubungan cinta dengan seseorang.
Perihal rawannya terjadi hubungan beracun (toxic) yang sering terjadi di kalangan anak muda, barangkali ada beberapa pelajaran penting yang dapat kita petik dari kisah putus cinta Ainun muda dengan Ahmad. Apa sajakah itu?
Pertama, Lebih Baik Jangan Dilanjutkan Jika Tidak Sevisi
Kembali pada kata-kata Ainun bahwa cita-cita buka soal siapa tetapi mengapa, perihal alasan yang lebih besar dari semuanya.
Dalam hal ini, cita-cita tak bisa dipaksakan harus dengan siapa kita meraihnya, dalam artian tidak harus dengan seseorang yang ada bersama kita saat ini. Akan tetapi, cita-cita akan terus berusaha untuk diwujudkan yang pada akhirnya akan ada orang tepat untuk bersama-sama mewujudkan cita-cita itu.