Hampir pukul sepuluh saat Saya pergi dari pemberhentian pertama, menuju tempat kedua yakni Candi gebang. Letaknya tak jauh dari Stadion Maguwoharjo, hanya butuh lima menit menggunakan motor untuk sampai di tempat tersebut. Cukup signifikan perbedaan kenampakan jalan menuju Candi Gebang dibanting tempat pertama yang Saya kunjungi.Â
Seluruh jalan telah diaspal dengan baik, ukuran jalannya pun cukup untuk dilewati dua jalur mobil serta telah terdapat papan petunjuk arah untuk menuju Candi Gebang, walaupun memang letak candi ini berada di tengah pemukiman dan perlu menyusuri jalan gang terlebih dahulu untuk sampai di tujuan.Â
Sama seperti Candi Kadisoka, kawasan Candi gebang pun telah terpagar dengan rapi dan diberi papan nama di dekat pintu masuk. Di sisi lain, fasilitas-fasilitas yang disediakan Candi gebang pun telah lebih lengkap, seperti kamar mandi, tempat parkir, pos satpam, tempat duduk, tangga, dan loket tiket... ya, candi ini telah menetapkan biaya retribusi.Â
Sebelum pandemi, wisatawan nusantara harus membayar biaya retribusi sebesar Rp.5.000,- dan Rp.10.000,- untuk wisatawan mancanegara, sedangkan semenjak terjadinya pandemi biaya retribusi dihentikan sementara dan pengunjung cukup mengisi buku tamu saja.
Cukup signifikan perbedaan keadaan Candi Gebang dibanding saat kecil dulu Saya datangi, terutama di bagian taman sekitar candi disertai bunga-bunga sebagai hiasan tambahan. Hal itu membuat suasana candi menjadi lebih syahdu saat dipandang... begitulah kata hati Saya saat sedang duduk di kursi taman dibawah pohon rindang dan bunyi gemericik aliran sungai yang berada tepat di samping bawah kawasan Candi gebang.Â
Tak jauh dari tempat Saya duduk, terdapat papan informasi mengenai sejarah Candi Gebang, yang berbentuk serupa seperti di Candi Kadisoka dan tersaji dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Karena kawasan taman yang cukup luas dan suasana yang menenangkan, Saya menghabiskan waktu cukup lama di pemberhentian kedua ini, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan pada tengah hari pukul dua belas.