Teringat memori lima belas tahun lalu, saat Saya kerap diajak oleh ayah berlibur di akhir pekan. Sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) kala itu, waktu luang untuk liburan masih terbilang sangat singkat, alhasil ayah Saya lebih sering mengajak liburan ke tempat-tempat dekat rumah. Tempat-tempat yang dipilih pun kebanyakan merupakan tempat yang tidak memiliki biaya retribusi yahh...
mungkin saja ini salah satu praktik berhemat dari ayah Saya. Walau begitu, memori-memori yang teringat dalam kepala Saya semuanya menyenangkan! Terlebih jika saat orang-orang yang pernah membuat kenangan bersama kita telah tiada, memori tersebut menjadi lebih berharga. Makanya, Saya ingin melakukan kilas balik memori-memori itu dengan jalan-jalan ke tempat-tempat yang memiliki kenangan indah di masa kecil Saya.
Tempat pertama yang Saya datangi yakni Candi Kadisoka! Tempatnya tidak jauh dari rumah Saya, hanya sekitar satu kilometer saja. Pada pukul sembilan tepat, Saya memulai perjalanan... menggunakan motor tentunya, tak sampai lima menit sampailah Saya di Candi Kadisoka.Â
Betapa terkejutnya Saya melihat penampakan candi yang semasa kecil Saya datangi kini telah "glow up", tempat yang dulunya masih tertutup rumput setinggi satu meter lebih kini telah terpagar dengan rapi, dengan pemberian papan nama di dekat gerbang masuk, serta papan informasi mengenai Candi kadisoka yang tidak hanya tersaji dalam Bahasa Indonesia saja, tetapi juga Bahasa Inggris.
Saat sampai tempat ini, Saya bertemu dengan bapak-bapak yang bekerja sebagai penjaga kebersihan di Candi Kadisoka, sotak Saya pun bertanya apakah ada biaya retribusi untuk masuk ke tempat ini, "boten enten mba, silahkan saja kalau mau lihat lihat". Mungkin karena Candi Kadisoka terbilang kecil dan terpencil, membuat jarang ada pengunjung yang datang.Â
Terlebih lagi belum ada fasilitas-fasilitas umum di kawasan candi, seperti kamar mandi dan area parkir. Karena letaknya yang berada di tengah-tengah persawahan, jalan menuju Candi Kadisoka pun belum cukup accessible untuk dilewati kendaraan, dimana saat Saya melewatinya pun hampir terpeleset karena jalan yang berbatu dan becek.
"Berada dekat dengan Kita, akan tetapi seolah-olah tak nampak secara kasat mata"Â