KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASISKAN NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Oleh : Fatimah,S.Pd
SDN Menteng Atas 11
CGP Angkatan 10 kelas 44
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh...
Salam guru Penggerak, tergerak, bergerak menggerakkan!
Tiba juga di Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasiskan Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin. Modul ini mengajarkan tentang bagaimana cara Pengambilan Keputusan dengan tetap mempertimbangkan nilai-nilai Kebajikan.
Pada Koneksi Antar Materi ini, saya akan menghubungkan Materi pada modul-modul sebelumnya, baik dari Modul 1.1 hingga Modul 2.3 dengan Modul ini.
Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara yang biasanya kita sebut dengan tiga semboyan di bidang Pendidikan yaitu : Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangunkarsa, dan Tut Wuri Handayani yang memiliki makna bahwa sebagai seorang pemimpin pembelajaran hendaknya seorang guru mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya.
- Ing Ngarso Sung Tuladha berarti sebagai seorang pemimpin pembelajaran hendaknya seorang guru dapat memberikan teladan termasuk di dalam pengambilan keputusan.
- Ing Madya Mangun Karsa yang artinya di tengah membangkitkan semangat, memiliki makna hendaknya sebagai seorang pemimpin ketika sudah mengambil keputusan, harus tetap mengawal atau menjalankan keputusan dengan penuh tanggung jawab.
- Tut Wuri Handayani yang artinya di belakang memberi dorongan, memiliki makna setelah keputusan diambil maka seorang pemimpin harus memberi dorongan terhadap pihak-pihak terkait agar tetap konsisten menjalankan keputusan tersebut.
Seorang guru sebagai seorang pemimpin pembelajaran harus bisa bekerjasama dengan murid-muridnya sehingga mereka dapat terampil dalam mengambil suatu keputusan yang tentunya menjadi yang terbaik buat diri mereka dan lingkungan sekitarnya.
Nilai-nilai yang tertanam pada diri setiap manusia tentunya sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Setiap orang tentunya dari lahir sudah memiliki nilai-nilai kebajikan universal dalam dirinya, seperti kejujuran, keadilan, tanggung jawab, bersyukur, kasih sayang dan lain-lain. Oleh karena itu sebagai seorang pemimpin pelajaran yang memiliki nilai-nilai tersebut hendaknya dalam melakukan sesuatu hal dari yang terkecil harus dengan melalui banyak pertimbangan, sehingga di dalam pengambilan suatu keputusan juga akan menghasilkan keputusan yang matang, dan dapat menguntungkan semua pihak, bukan hanya kepentingan diri pribadi.
Coaching merupakan suatu kegiatan seorang coach yang membantu coachee untuk menggali potensi terbaik di dalam dirinya sebelum terjadinya pengambilan keputusan. Ketika suatu keputusan hendak diambil, kadang kala suatu permasalahan perlu lebih dipertimbangkan, terutama ketika bertemu dengan permasalahan dilema etika. Harapannya ketika keputusan telah diambil, maka tidak akan ada konflik yang terjadi setelahnya.
Oleh karena itu perlu kiranya ketika hendak mengambil sebuah keputusan, penggalian informasi dilakukan dengan proses coaching, sehingga akan ditemukan atau diambil keputusan yang bertanggungjawab dan berasaskan nilai-nilai kebajikan.
Dilema Etika adalah situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan yang secara moral benar, tetapi bertentangan. Dan menurut pengertian tersebut, tentu kita sangat menyadari bahwa permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan dilema etika membutuhkan penanganan yang sangat serius dan hendaknya tidak sampai salah. Oleh karenanya sangat diperlukan pengendalian sosial emosional dari seorang guru, sehingga ketidakadilan bisa dihilangkan di dalam pengambilan keputusan ini. Seorang guru hendaknya melihat dari semua sisi atau pihak yang bertentangan, tidak ada ketimpangan dalam pemihakan sehingga keputusan yang diambil tidak sampai menyakiti ataupun menguntungkan hanya 1 pihak, tetapi jika memungkinkan harus menguntungkan semua pihak yang terkait.
Sebagai seorang guru atau pendidik yang berpihak pada siswa, memiliki nilai-nilai Kebajikan universal dan peran sebagai seorang pemimpin pembelajaran, hendaknya di setiap pembahasan studi kasus yang fokus pada moral atau etika, penting untuk menjaga nilai-nilai tersebut. Sehingga setiap permasalahan moral dan etika tersebut tidak menyimpang dari nilai-nilai Kebajikan yang semestinya.
Pengambilan suatu keputusan tentu sangat berdampak pada lingkungannya. Ketika pengambilan keputusan sudah tepat, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan, maka pihak-pihak terkait di dalamnya akan dapat menerima hasil keputusan dengan lapang dada, ikhlas dan mungkin tidak akan bisa memuaskan semua pihak. Tetapi dengan pengambilan keputusan yang tepat itu lingkungan akan tercipta positif, kondusif, aman dan nyaman karena minim dengan konflik.
Tantangan dari lingkungan ketika hendak menjalankan Pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini adalah adanya perbedaan sudut pandang pada suatu permasalahan. Pada dasarnya hal ini adalah suatu hal yang lumrah, tetapi tantangan-tantangan ini sebenarnya bisa saja diselesaikan atau diminimalisir dengan melakukan suatu komunikasi yang intens dengan semua pihak terkait. Dan tentunya hal ini sangat erat kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan satuan pendidikan kita.
Pengambilan keputusan yang diambil oleh seorang pendidik yang melalui 9 langkah yaitu
- Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut
- Pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi, dan uji panutan.
- Pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan 4 paradigma)
- Melakukan prinsip resolusi (gunakan 3 prinsip)
- Investigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain)
- Buat keputusan
- Lihat lagi keputusan dan refleksikan,
tentunya akan berpengaruh terhadap kemerdekaan murid-murid dalam melakukan proses belajar . Seorang guru akan mengambil keputusan berupa pembelajaran yang sesuai untuk kemerdekaan belajar murid-muridnya. Perbedaan yang dimiliki murid-murid ini akan menjadi sebuah perhatian khusus bagi pendidik untuk dapat memberikan pembelajaran yang efektif yang disebut dengan Pembelajaran Berdiferensiasi, dimana guru diharapkan dapat mempertimbangkan kodrat alam dan kodrat zaman masing-masing murid di dalam kegiatan pembelajarannya, sehingga  potensi terbaik dalam diri mereka dapat tergali dan dikembangkan semaksimal mungkin.
Segala keputusan yang pernah diambil oleh seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran dan juga merupakan teladan, tentu akan meninggalkan makna yang mendalam bagi para siswa-siswanya. Keputusan yang baik dan tepat, tentu meninggalkan kesan yang baik dan positif bagi siswa, sehingga kesan itu akan mereka bawa dan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Begitupun sebaliknya, ketika keputusan yang diambil ternyata tidak baik maka akan menimbulkan kesan atau negatif pada pikiran mereka, yang tentunya akan berpengaruh pada kehidupan dan masa depan mereka. Bukan tidak mungkin cara kita membuat atau mengambil keputusan akan mereka  jadikan contoh kelak ketika mereka yang menjadi pemimpin.
Dalam setiap kasus yang akan dihadapi, baik kasus-kasus dilema etika maupun bujukan moral, hendaknya diselesaikan dengan melihat atau menggunakan 9 Langkah Pengambilan dan pengujian keputusan.
Tidak perlu tergopoh-gopoh untuk memutuskan sesuatu tetapi hendaknya dipertimbangkan sedemikian rupa sehingga Keputusan yang diambil tersebut dapat memfasilitasi kebutuhan murid maupun pihak-pihak yang terkait.
- Hendaknya setiap pengambilan Keputusan berlandaskan kepada Filosofi Pendidikan Ki Hadjar  Dewantara yaitu hasil keputusannya dapat menuntun kodrat anak agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
- Nilai dan Peran Guru Penggerak sangat mempengaruhi Pengambilan Keputusan dari seorang pemimpin pembelajaran, dimana ketika nilai-nilai dan perannya dijalankan dengan baik, maka Keputusan yang diambil pun akan cenderung tepat dan baik.
- Pengambilan keputusan yang tepat tentunya akan selaras dengan Visi Guru Penggerak dan Prakarsa perubahan yang telah disepakati.
- Hasil dari suatu Pengambilan Keputusan yang tepat tentu akan dapat menciptakan Budaya Positif baik di kelas, sekolah maupun lingkungan sekitar.
- Perbedaan peserta didik, baik dalam minat maupun gaya belajar dapat difasilitasi dengan pembelajaran berdiferensiasi yang merupakan hasil dari Suatu Pengambilan Keputusan dari seorang guru demi memenuhi kebutuhan belajar siswa-siswanya.
- Kompetensi Sosial Emosional (KSE) dari seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran tentu sangat berpengaruh kepada Pengambilan Keputusan yang berasaskan nilai-nilai kebajikan. Dengan kompetensi tersebut, diharapkan keputusan yang diambil merupakan keputusan yang paling tepat dan berpihak kepada siswa-siswanya.
- Dengan memiliki kompetensi coaching yang baik, seorang guru diharapkan dapat menggali informasi atau fakta dari suatu kasus-kasus baik yang terkait dilema etika maupun bujukan moral, dan juga dapat menuntun pihak-pihak yang bertentangan menemukan atau menggali potensi terbaiknya sehingga dapat melahirkan suatu Keputusan yang tepat.
Dilema Etika (Benar vs Benar) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan yang secara moral benar, tetapi bertentangan.
Bujukan moral (Benar vs Salah) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah.
Ada 4 paradigma  dilema etika, yaitu:
- Individu lawan masyarakat (individual vs community)
- Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
- Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
- Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)
Terdapat 3 prinsip dilema etika, yaitu:
- Saya lakukan karena itu yang terbaik untuk kebanyakan orang (Berpikir Berbasis Hasil AKhir/End-Based Thinking).
- Ikuti prinsip atau aturan-aturan yang telah ditetapkan (Berpikir Berbasis Peraturan/Rule-Based Thinking)
- Memutuskan sesuatu dengan pemikiran apa yang anda harapkan orang lain lakukan terhadap anda (Berpikir Berbasis rasa peduli/Care-Based Thinking)
Dalam mengambil keputusan pada situasi dilema etika atau bujukan moral, maka dapat melakukan 9 langkah berikut.
- Mengenali nilai-nilai yang bertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi tersebut
- Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut
- Pengujian benar atau salah dengan uji legal, uji regulasi, uji intuisi/perasaan, uji publikasi, dan uji panutan.
- Pengujian paradigma benar lawan benar (gunakan 4 paradigma)
- Melakukan prinsip resolusi (gunakan 3 prinsip)
- Investigasi opsi trilema (pilihan keputusan yang lain)
- Buat keputusan
- Lihat lagi keputusan dan refleksikan
Hal yang di luar dugaan menurut saya adalah ternyata masing-masing prinsip dilema etika baik itu End Based Thinking, Rule based Thinking, maupun Care Based Thinking memilki kelemahan. Tidak ada yang paling tepat diantara 3 prinsip tersebut, tetapi ketepatan kita menganalisis suatu permasalahan/kasuslah yang harus kita asah sehingga Keputusan yang diambil benar-benar tepat.
Selayaknya sebagai guru yang hampir setiap hari bertemu dengan siswa-siswa maupun rekan kerja, saya pernah menerapkan Pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema. Pengambilan keputusan yang saya lakukan sudah melihat nilai-nilai yang bertentangan, siapa yang terlibat dan mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, tetapi belum pernah melakukan pengujian benar atau salah kecuali uji intuisi.
Setelah mempelajari Modul ini, perubahan yang terjadi pada cara saya dalam mengambil keputusan adalah penguasaan kompetensi tentang Pengambilan Keputusan yang berasaskan nilai-nilai kebajikan sebagai Pemimpin yang saya miliki menjadi lebih meningkat. Sehingga ke depannya saya akan memanfaatkan kompetensi yang saya miliki ini untuk menyelesaikan atau mengambil sebuah Keputusan yang tepat terkait dengan kasus-kasus dilema etika maupun bujukan moral.
Menurut saya Topik dari Modul 3.1 Pengambilan keputusan yang berasaskan nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin ini sangat penting untuk dipelajari dan dikuasai. Karena sebagai seorang pemimpin pembelajaran, kita akan selalu terkait dengan kasus-kasus yang berkaitan dengan moral peserta didik. Jangan sampai keputusan yang diambil bisa merusak kehidupan dan masa depan mereka.
Demikian Koneksi Antar Materi Modul 3.1 ini, semoga bermanfaat untuk rekan-rekan guru di dalam Pengambilan Keputusan terhadap suatu kasus yang memuat dilema etika maupun bujukan moral.
Salam dan Bahagia Bapak/ibu Guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H