Werkudara diceritakan selalu membela kebenaran dan menuntut keadilan. Hal ini menjadikan panutan pemimpin untuk selalu membeli kebenaran. Seorang pemimpin harus memiliki sifat membela kebeneran. Selain berani menyuarakan kebenaran dan berani dinilai secara kritis oleh rakyat, juga tidak bisa dibeli dengan kekuatan apa pun. Ia tegas dalam pendirian dan tegar dalam prinsip membela kebenaran.
6. Pemimpin yang selalu mengingat penciptanya atau tuhannya
Pada cerita dewa ruci (werkudara) tercermin dari ketika, "Werkudara berangkat untuk mencari Tirta Amarta atau Tirta Prawitosari atau Ilmu sejati yang berguna untuk menyucikan jiwa dan raganya agar lebih dekat dengan tuhan dan dapat mengenali jati dirinya." Sama halnya dengan pemimpin yang selalu mengingat penciptanya atau taat kepada agamanya, dengan kemungkinan menjauhi segala larangan dan menjalankan perintah dengan baik. Karena dengan begitu, pemimpin akan menanamkan karakter shidiq (jujur) dan amanah (bertanggung jawab).
7. Pemimpin yang memiliki sifat jujur
Pada cerita dewa ruci (werkudara) tercermin dari ketika, "Werkudara yang harus kembali ke Astinapura dengan tangan kosong setelah dirinya melakukan perjalanan dari hutan Tibrasa. Ditunjukan ketika ditanya oleh Guru Drona tentang hasil dari perjalanannya dihutan Tribasa, lantas mengatakan bahwa air kehidupan tidak ada disana. Kemudian ia menjelaskan kepada Gurunya apa yang dia temui sewaktu dihutan Tribrasa, bahwa yang ada disana hanyalah dua raksasa." Kejujuran merupakan sifat yang mencerminkan sikap dan tindakan seseorang yang jujur, dapat dipercaya, serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan etika. Kejujuran berarti memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan serta menghindari dari tindakan tercela. Kejujuran merupakan kualitas kepemimpinan yang penting  karena membantu  membangun hubungan yang kuat dan memastikan bahwa tujuan dan misi dapat dicapai secara efektif, serta dapat menjauhkan diri dari tindakan penipuan atau korupsi
Representasi atau makna dari Dewa Ruci (Werkudara) untuk dijadikan contoh dalam menjadi pemimpin
Seiring bertambahnya pemahaman dan pengetahuan akan didapatkan nilai-nilai yang filosofis. Nilai tersebut juga disusun kedalam kebudayaan atau kesenian, seperti pada lagu "lir-ilir", jika pemikiran dan pemahaman belum sampai, maka hanya menganggap itu sebagai lagu biasa untuk hiburan anak-anak. Dalam serat Dewa Ruci  juga dijelaskan bekal yang dibawa werkudara untuk dapat menaklukkan para raksasa dan naga yang merupakan simbol dari Kamukten, Kamulyan dan  nafsu. Kualitas-kualitas tersebut adalah:
1. Rilo/Ridla
Rilo itu ridla dalam bahasa Arabnya atau sama halnya senada dengan ikhlas. Ikhlas ialah di luar hasrat. Hanya Tuhan yang jadi awal dan akhirnya. Rila mempercayai dengan sungguh-sungguh bahwa apa yang menimpa diri kita baik suka maupun duka adalah yang terbaik menurut Allah.
2. Legowo
Legowo adalah 'boleh apa saja terjadi tidak apa-apa', 'tidak memberati apapun.' Kehilangan apapun tidak apa-apa asalkan Allah tidak hilang darinya, Allah tidak meninggalkannya.