Lalu ada track "Brother Betrayed" yang dibawakan oleh Kelvin Harrison Jr sebagai pengisi suara Taka. Lagu ini lagi-lagi muncul dengan setting suasana yang tepat, yakni ketika Taka merasa dikhianati oleh Mufasa menjelang akhir film. Sayangnya, walau track ini muncul di saat yang tepat dan sempat membuat penonton terbawa suasana, track ini tidak bisa membuat penonton terngiang-ngiang seperti beberapa track yang muncul pada Lion King (2019), atau Lion King (1994) sekalipun.
Tonton dengan Sudut Pandang Anak-Anak
Apa yang anda harapkan ketika anda tahu bahwa Mufasa akan menyajikan pertarungan epik antar para singa yang memperebutkan kekuasan? Kalau anda berharap akan ada adegan saling banting atau saling gigit antar para hewan, maka Mufasa tidak cocok untuk anda. Kembali lagi, film ini memang dibuat dengan mangsa pasar anak-anak. Jadi, apa yang ditampilkan dalam film inipun akan dibatasi supaya tetap layak tonton untuk anak-anak.
Ketika Kiros datang ke kawanan Obasi contohnya. Lewat track 'Bye-Bye' yang dinyanyikan sang villain, penonton paham bahwa akan ada pertempuran epik di sana. Tapi yang terjadi, adegan ternyata dikurangi supaya film ini layak tonton oleh anak-anak. Mereka yang menantikan tarung antar singa jantan seperti yang digambarkan dalam film-film dokumenter pun harus kecewa, karena tidak akan ada adegan demikian dalam film.
Sayangnya, pembatasan adegan dan narasi yang memang dirancang untuk anak-anak ini pada akhirnya membuat Mufasa menciptakan beberapa celah. Salah satunya adalah karakter Kiros sebagai sang villain. Memang, ada dua motivasi kuat yang membentuk Kiros. Namun, kehadiran villain ini rasanya terlalu template untuk ukuran sosok villain yang harusnya menyeramkan dan intimidatif.
Lalu, ada beberapa adegan yang menunjukkan kawanan singa sedang berburu. Sayangnya, anda yang menantikan adegan singa memakan hewan buruannya, lagi-lagi harus kecewa. Tidak ada adegan demikian yang membuat sisi realistis kehidupan para binatang di film ini terasa kurang realistis. Tapi sekali lagi, perlu diingatkan bahwa mangsa pasar Mufasa ini memang anak-anak, sehingga tidak boleh menampilkan adegan dan visual ekspilist soal kekerasan ataupun darah.
Kesimpulan
Untuk ukuran sebuah film anak-anak, Mufasa: The Lion King (2024) menyajikan konflik dan berbagai hal yang sangat kompleks. Ia memuat banyak pelajaran yang penting untuk anak-anak sebagai target audiens utamanya. Film ini seperti sebuah sup yang semuanya berisi daging jika berbicara soal amanat yang dikandungnya.
Namun, bagi anda yang tidak termasuk golongan anak-anak, film Mufasa: The Lion King (2024) juga memuat banyak pelajaran penting yang bisa dikonsumsi orang dewasa. Di antaranya soal asmara, persaudaraan, pengkhianatan, persahabatan dan soal balas dendam. Film ini sangat cocok untuk dijadikan tontonan semua anggota keluarga, sesuai dengan rating yang tertera "Semua Umur".
Soal plot, film ini tidak menceritakan alurnya dengan berbelit-belit, melainkan straight to the point. Kombinasi konflik dunia binatang yang diberi sentuhan manusiawi membuat film ini terasa unik. Roller coaster emosi yang disajikan cukup intens, sehingga penonton bisa meresapi emosi setiap karakter yang terlibat di tiap-tiap adegan.
Jadi, apakah Mufasa: The Lion King (2024) adalah film yang layak tonton? Tentu sangat layak tonton. Bahkan, menurut penulis pribadi, film ini adalah salah satu film terbaik dari segi plot, narasi, hingga visual sepanjang 2024. Sebagai informasi, Mufasa: The Lion King (2024) masih ditayangkan di bioskop-bioskop Indonesia sampai artikel ini dirilis. Bagaimana dengan anda sendiri? Tertarik menyaksikan film yang satu ini bersama keluarga?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H