Mohon tunggu...
Fatih Romzy
Fatih Romzy Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Penyuka Olahraga, Film, Musik dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Mufasa The Lion King (2024), Definisi Kesempurnaan dalam Film Anak-Anak

24 Desember 2024   12:42 Diperbarui: 24 Desember 2024   12:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian soal shoot setting lokasinya. Hampir tidak ada cacat dalam pengambilan gambar tiap lokasi dalam suatu adegan. Penonton dibuat berdecak kagum berkali-kali lewat teknik pengambilan gambar beberapa setting seperti air terjun, padang savana, sampai pride rock iru sendiri. Penonton seakan diajak masuk langsung merasakan bagaimana sensasinya berada di tempat-tempat yang disuguhkan sepanjang film.

Kredit tentu tersemat pada Barry Jenkins, sutradara di balik pengerjaan film Mufasa: The Lion King (2024) ini. Untuk sesaat, penonton seolah merasakan bahwa Mufasa ini adalah sebuah film action, padahal Jenkins sendiri bilang bahwa film ini adalah sebuah film animasi. Apapun itu, animasi ataupun live action, yang terpenting, Mufasa sama sekali tidak punya celah kalau berbicara soal kualitas visual yang ia tampilkan.

Definisi Sebuah Kesempurnaan

Mufasa memang dirancang dengan target pasar anak-anak. Namun, secara keseluruhan, isi film ini menyajikan banyak hal yang lebih kompleks. Itulah alasan mengapa Mufasa: The Lion King (2024) layak untuk mendapat kredit lebih dari sekadar sebuah film anak-anak yang bagus.

Seperti yang tertera tertera pada poster filmnya "Orphan, Outsider, King" yang berarti "Yatim Piatu, Hewan Asing, Raja", film ini memang menegaskan pesan demikian. Disney ingin memberi pesan pada semua audience bahwa seorang raja tidak selamanya berasal dari kalangan bangsawan. Mufasa adalah representasinya, di mana dia pada akhirnya, ia menjadi raja di sebuah tanah asing, padahal dirinya sendiri adalah pendatang di sana.

Tema From Zero to Hero yang sedang tren belakangan bukan satu-satunya amanat yang coba ditongolkan Barry Jenkins dan Disney di film Mufasa. Ia mengandung segudang amanat yang bahkan terlalu kompleks untuk ukuran film anak-anak. Namun begitu, perpaduan berbagai elemen inilah yang pada akhirnya menyatu, menjadikan Mufasa sebagai sebuah film komplet yang cukup unik.

Persaudaraan, persahabatan, percintaan, pengkhianatan, balas dendam, semua berpadu menjadi satu dalam film berdurasi 1jam 58 menit ini. Semua elemen tersebut bersatu menciptakan sebuah film yang rasanya tidak ada tandingannya. Terlepas dari plot yang terlalu lempeng alias mudah ditebak, paling tidak, bahkan penonton dewasa sekalipun bisa merasakan roller coaster emosi yang cukup menguras pada film ini.

Soal plot, Barry Jenkins dan penulis naskah Jeff Nathanson patut mendapat apresiasi yang begitu besar. Plot yang disajikan simpel, seperti selayaknya konflik antar hewan: perebutan wilayah kekuasan, tarung adu kuat, hingga diskriminasi akibat perbedaan tampilan seperti warna bulu, atau anggota tubuh. Nathanson yang juga menggarap naskah Lion King (2019) berhasil menyuntikkan elemen manusiawi untuk setiap konflik yang tersaji.

Penonton pada akhirnya ikut merasakan empati terhadap beberapa karakter yang ada, karena motivasi mereka dalam setiap adegannya tidak cuma menampilkan motivasi seekor hewan, tetapi juga motivasi yang relate dengan kehidupan manusia.

Soundtrack Kurang Memorable

Mufasa: The Lion King memang merupakan sebuah film yang minim celah. Namun, jika berbicara soal apa poin minus dari film ini, soundtrack adalah jawabannya. Mungkin, anda akan mengingat beberapa lagu pengiring film Lion King (2019), seperti Hakuna Matata, atau Run Away. Tapi mungkin, tidak ada banyak lagu pengiring yang berkesan dalam film Mufasa yang satu ini.

Entah karena suasana adegan, atau memang musiknya yang kurang emosional, tampaknya tidak banyak lagu yang pada akhirnya menciptakan earworming selepas menonton film yang satu ini. Beda dengan film Lion King (2019) yang beberapa musiknya langsung membekas dan terngiang-ngiang pasca menonton filmnya.

Walau nyaris tidak ada musik yang cukup membuat telinga penonton terngiang-ngiang, setidaknya ada beberapa track yang patut mendapat apresiasi. "Bye-Bye" yang dinyanyikan oleh Mads Mikkelsen a.k.a Kiros adalah salah satunya. Suasana ketika track ini muncul tampak mendukung, di mana Kiros saat itu telah menemukan kawanan Obasi dan siap menghabisi semua anggota kawanan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun