Mohon tunggu...
fathul geograf
fathul geograf Mohon Tunggu... Editor - Suka Menulis

Agar saya tetap dapat berkarya dan memperbaiki karya saya, maka mohon komentarnya dan like.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pembangunan Berkelanjutan Papua: Potensi Energi Terbarukan dan Pengurangan Jejak Karbon

3 September 2024   00:17 Diperbarui: 3 September 2024   00:24 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain energi laut, energi panas bumi juga merupakan alternatif penting untuk Papua. Wilayah seperti Distrik Momiwaren di Manokwari Selatan menunjukkan potensi pengembangan panas bumi dengan adanya mata air panas dan struktur patahan yang mendukung produksi energi (Lewerissa, 2021). Contohnya di Provinsi Britania Baru Barat memiliki potensi panas bumi bersuhu tinggi dengan suhu reservoir antara 245 hingga 310 C, menawarkan peluang besar untuk pembangkit energi (Lahan dkk, 2015). Namun, pengembangan energi panas bumi memerlukan lingkungan regulasi yang stabil dan pendanaan yang memadai.

Secara keseluruhan, Papua memiliki lanskap energi terbarukan yang beragam, yang sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan dan peningkatan akses energi. Namun, setiap sumber energi ini memiliki kelebihan dan kekurangannya. Energi surya menawarkan potensi besar tetapi menghadapi tantangan dalam implementasi. Energi angin bisa menjadi solusi untuk daerah pesisir, tetapi keterbatasan teknologi menjadi kendala. Sementara itu, energi panas bumi menawarkan stabilitas jaringan dan keamanan energi, tetapi memerlukan lingkungan regulasi yang mendukung dan investasi besar. Melalui pendekatan yang tepat, integrasi sumber-sumber ini dapat secara signifikan meningkatkan portofolio energi terbarukan di Papua.

Jejak Karbon dan Dampaknya

Jejak karbon merupakan indikator penting yang mencerminkan total emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh individu, organisasi, atau negara, baik secara langsung maupun tidak langsung. Emisi ini terutama diukur dalam setara karbon dioksida (CO2e), yang mencakup berbagai gas rumah kaca seperti metana dan nitrous oxide. Pemahaman tentang jejak karbon menjadi kunci dalam mengukur dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan, terutama dalam konteks meningkatnya emisi yang berkontribusi pada pemanasan global dan perubahan iklim (Celekli & Zaric, 2023). Sehingga dengan mengukur jejak karbon, kita dapat lebih memahami sejauh mana aktivitas sehari-hari kita mempengaruhi kesehatan planet ini.

Metodologi pengukuran jejak karbon terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi. Saat ini, berbagai alat dan aplikasi telah dikembangkan untuk meningkatkan pengumpulan dan analisis data jejak karbon, sehingga manajemen emisi dapat dilakukan dengan lebih akurat dan efektif. Aplikasi seluler, misalnya, memungkinkan individu dan organisasi untuk memantau dan mengelola emisi mereka secara real-time, memberikan kemudahan dalam menerapkan langkah-langkah pengurangan emisi (Muravyova et al., 2023). Teknologi ini tidak hanya meningkatkan akurasi data tetapi juga mendorong partisipasi yang lebih luas dalam upaya pengurangan jejak karbon.

Jejak karbon memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer berkontribusi pada pemanasan global, yang kemudian menyebabkan perubahan iklim dengan berbagai konsekuensi, seperti cuaca ekstrem, peningkatan permukaan laut dan gangguan ekosistem. Dampak ini tidak hanya dirasakan oleh lingkungan tetapi juga berdampak pada kesehatan manusia, seperti meningkatnya risiko penyakit terkait panas dan kualitas udara yang memburuk (Muravyova et al., 2023). Oleh karena itu, memahami dan mengurangi jejak karbon menjadi bagian penting dari upaya perlindungan lingkungan dan kesehatan publik.

Pada wilayah Papua, analisis jejak karbon menjadi alat penting untuk menilai dampak lingkungan lokal dan hasil kesehatan masyarakat. Papua, dengan keanekaragaman hayati dan ekosistem yang unik, menghadapi tantangan khusus dalam mengukur dan mengelola jejak karbon. Data yang dikumpulkan dari daerah ini dapat dibandingkan dengan daerah lain untuk mengevaluasi seberapa besar kontribusi Papua terhadap emisi nasional serta untuk mengidentifikasi area yang memerlukan intervensi khusus (Sharma, 2022). Meskipun demikian, masih terdapat kesenjangan dalam aksesibilitas dan integrasi data di Papua dibandingkan dengan daerah lain yang mungkin telah mengadopsi kalkulator jejak karbon yang lebih canggih.

Perbandingan data jejak karbon antara Papua dan daerah lain di Indonesia menunjukkan adanya variasi yang signifikan dalam kemampuan dan teknologi yang tersedia untuk pengukuran emisi. Sementara beberapa daerah telah mengembangkan alat pengukuran yang canggih dan terintegrasi, Papua masih menghadapi tantangan dalam hal aksesibilitas data dan implementasi teknologi tersebut. Mengatasi kesenjangan ini sangat penting untuk menerapkan kebijakan iklim yang efektif, yang tidak hanya fokus pada pengurangan emisi tetapi juga pada promosi keberlanjutan dan kesehatan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia (Muravyova et al., 2023). Upaya ini akan memastikan bahwa kebijakan iklim yang diterapkan dapat memberikan manfaat yang merata bagi semua daerah, termasuk Papua.

Kebijakan dan Praktik Terbaik

Tinjauan kebijakan internasional dan nasional mengenai energi terbarukan dan pengurangan jejak karbon mengungkapkan berbagai praktik terbaik yang dapat diterapkan di Papua. Salah satu strategi pendekatan yang telah terbukti efektif menerapkan integrasi efisiensi energi dalam perencanaan kota adalah penerapan kode bangunan yang ketat, yang mengharuskan penggunaan teknologi hemat energi dalam konstruksi baru. Selain itu, insentif untuk adopsi energi terbarukan, seperti pemberian subsidi atau pengurangan pajak bagi pengguna energi terbarukan, telah mendorong percepatan transisi ke energi bersih (Umoh et al, 2024). Strategi ini menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat, Papua dapat mengadopsi praktik-praktik serupa untuk meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi emisi karbon.

Implementasi proyek wind-plus-storage di Papua telah diidentifikasi sebagai pendekatan yang menjanjikan untuk meningkatkan sistem energi di wilayah tersebut. Teknologi ini mengkombinasikan pembangkit listrik tenaga angin dengan penyimpanan energi, memungkinkan penggunaan energi yang dihasilkan secara lebih efisien. Maka dengan memanfaatkan data geografis, lokasi optimal untuk pembangunan proyek-proyek ini dapat diidentifikasi, sehingga memastikan bahwa energi yang dihasilkan mencapai potensi maksimum (McClenny et al, 2024). Penggunaan data dan teknologi dalam perencanaan ini sangat relevan bagi Papua, yang memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan melalui sumber daya alamnya yang melimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun