Mohon tunggu...
Fathul Aziz
Fathul Aziz Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

Saya merupakan mahasiswa yang aktif dalam bersosialisasi dan menyukai hal baru terutama di dunia komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Demokrasi bagi Gen Z melalui Media Online

23 Juni 2024   21:34 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:13 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : adcolaw.com

            Demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” yang berarti kekuasaan Rakyat. Demokrasi berasal dari kata “Demos” dan “Kratos”. Demos yang memiliki Arti rakyat dan Kratos yang memiliki arti kekuasaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Demokrasi adalah gagasan atau pandangan hidup yang Mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara. Berikut ini adalah pengertian demokrasi menurut beberapa ahli :

  1. Demokrasi menurut montessque negara harus dibagi dan Dilaksanakan oleh tiga lembaga atau institusi yang berbeda dan terpisah satu Sama lainnya, yaitu pertama, legislatif yang merupakan pemegang kekuasaaan Untuk membuat undang-undang, kedua, eksekutif yang memiliki kekuasaan Dalam melaksanakan undang-undang, dan ketiga adalah yudikatif, yang Memegang kekuasaan untuk mengadili pelaksanaan undang-undang. Dan Masing-masing institusi tersebut berdiri secara independen tanpdipengaruhi Oleh institusi lainnya.
  2. Menurut Abraham Lincoln yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh Rakyat, dan untuk rakyat.
  3. Menurut Aristoteles mengemukakan ialah suatu kebebasan atau Prinsip demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanWarga negara bisa saling berbagi kekuasaan didalam negaranya. Aristoteles Pun mengatakan apabila seseorang hidup tanpa kebebasan dalam memilih cara Hidupnya, maka sama saja seperti budak.
  4. Demokrasi menurut H. Harris Soche ialah suatu bentuk pemerintahan rakyat, Karenanya kekuasaan pemerintahan melekat pada rakyat juga merupakan HAM bagi rakyat untuk mempertahankan, mengatur dan melindungi diri dari Setiap paksaan dalam suatu badan yang diserahkan untuk memerintah.
  5. Scumpeter menyebut demokrasi sebagai suatu mekanisme pasar dengan menempatkan para pemilihnya sebagai konsumen dan para politisinya (partai politik) sebagai wiraswastawan yang memburu laba (suara terbanyak). Sebagaimana yang dilakukan pedagang, para politisi (partai-partai) akan berusaha keras memasarkan barang dagangannya agar dibeli konsumen.

            Beragamnya definisi demokrasi yang disebutkan di atas menunjukkan betapa beragamnya definisi  demokrasi dan dapat dikatakan  tidak ada rumusan tunggal mengenai konsep ini. Namun, perlu dicatat  bahwa semua definisi ini mempertimbangkan pentingnya prosedur hak pilih universal untuk memilih wakil berdasarkan penentuan jumlah suara yang diberikan. Jadi, secara umum demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, tetapi bukan sekedar pemerintahan dari rakyat, melainkan pemerintahan untuk rakyat, yaitu pemerintahan yang bertindak menurut kehendak rakyat.

 

  • Nilai Demokrasi di Media Online

            Keberadaan generasi milenial dan generasi Z bertepatan dengan perkembangan teknologi informasi sehingga disebut sebagai “digital natives”. Aktivitasnya di berbagai platform digital dan saluran media sosial mencerminkan kehidupannya. Persentase populasi mereka tergolong besar dalam strukur demografi di Indonesia. Generasi yang dianggap paling dekat dengan perkembangan media online adalah Gen Z. Gen Z adalah seseorang yang lahir dalam periode waktu 1997 – 2012. Generasi ini berkembang dalam pesatnya inovasi dunia digital dan media online dengan akses yang sangat mudah. Hal ini dikarenakanakan pertumbuhanya diringi dengan perkembangan teknologi digital, generasi ini juga disebut dengan iGeneration atau generasi internet. Gen Z umumnya memiliki karakter multitasking dalam mengakses media sosial, kegiatan yang banyak dilakukan melalui media sosial membuat dunia maya berpengaruh terhadap karakter mereka.

            Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2020) terhadap karakter politik Gen Z ditemukan bahwa mereka cenderung melakukan partisipasi politik instrumental dan informatif dibandingkan strategis. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan Gen Z untuk beraktivitas yang sifatnya melihat atau membaca saja, sementara mereka tidak banyak terlibat dalam aktivitas menyimpan informasi dan melibatkan orang lain seperti dalam komunitas gerakan politik di media sosial. Pada penelitian Saifuddin (2011) juga menunjukkan adanya potensi masuknya paham radikal yang sasarannya adalah Gen Z melalui literatur maupun kegiatan ekstrakulikuler. Umumnya mahasiswa menjadi sasaran agen radikalisme dengan indoktrinasi ideologis. Paparan secara terus menerus dan ntensif pada interpretasi ajaran intoleran ini  memunculkan radikalisasi. Pada penelitian lain juga menunjukkan adanya kecenderungan perkembangan intoleransi dan radikalisme bersamaan dengan menguatkan politik identitas di Indonesia.

            Berbagai ancaman inilah yang akan memberikan dampak buruk pada demokrasi. Media online merupakan hal yang mendarah daging bagi Gen Z sekaligus perantara potensial bagi  masyarakat dalam partisipasi politik. Dimana media online memudahkan masyarakat untuk berintraksi serta mendengarkan suaranya kepada pemerintah, termasuk bagi Gen Z. Pada dasarnya memisahkan Gen Z dengan media sosial merupakan hal yang tidak efektif untuk dilakukan. Bagi generasi muda penerus bangsa, pendidikan politik merupakan hal yang penting untuk di dapatkan saat ini. Para pemuda membutuhkan pendidikan politik dan demokrasi untuk membuatnya memiliki pandangan dan pengetahuan yang tinggi terkait dengan politik sehingga mampu menunjukkan partisipasi politik yang rasional (Alchatib, Haqqi, & Murdani, 2021).

            Terciptanya masyarakat yang demokratis merupakan tujuan negara saat ini yang masih terus berproses dalam bentuk pemahaman maupun praktiknya. Pada era reformasi menjadi gerbang bagi konsep demokrasi “kedaulatan berada di tangan rakyat” yang semakin nyata dikumandangkan. Partisipasi masyarakat dalam berpendapat inilah yang menjadi salah satu terselenggaranya demokrasi tersebut. Namun, realitanya demokrasi di era ini masih diisi dengan kebebasan berpendapat yang sering kali disalahgunakan sehingga muncul berbagai konflik. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memudahkan masyarakat dalam berpendapat di ruang publik tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu yaitu melalui internet. Kehadiran media baru inilah yang memudahkan konflik tersebut terjadi.

            Kehadiran demokrasi digital memberikan sisi positif dalam memudahkan bagi tiap masyarakat untuk mengakses segala informasi terkait politik yang diharapkan mampu menumbuhkan demokratisasi. Sedangkan sisi negatif yang didapatkan yaitu memberikan potensi terjadinya konflik pergunjingan politik dengan isu primordial serta penyebaran berita hoax yang berpotensi memecah belah masyarakat. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan menerapkan nilai-nilai demokrasi yang disebarkan melalui media sosial yang saat ini bersinggungan secara langsung dengan Gen Z. Dalam penerapannya tentu perlu sikap bijak dalam menggunakan media sosial salah satunya melalui literasi digital.

            Literasi digital merupakan kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam hal menemukan, mengevaluasi, memanfaatkan, membuat dan mengkomunikasikan informasi dengan kecakapan kognitif maupun teknikal. Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya manusia (SDM) di Indonesia agat keterampilannya meningkat dalam mengoperasikan media sosial. Terdapat beberapa manfaat dari literasi digital yaitu (Pratama, Adiputra, Kustiawan, Charin, & Rahmi, 2023):

  • Menambah wawasan individu
  • Meningkatkan kemampuan individu untuk lebih berfikir dan memahami informasi
  • Menambah penguasaan kosa kata individu
  • Meningkatkan konsentrasi individu
  • Meningkatkan kemampuan verbal individu
  • Meningkatkan kemampuan individu dalam membaca
  • Mampu merangkai kalimat dan menulis informasi

Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menerapkan nilai demokrasi pada Gen Z bisa melalui pada hari pahlawan dan kemerdekaan mengirim generasi muda Indonesia yang berpretasi dalam kompetisi ajang internasional demi mengharumkan nama bangsa, melalui media sosial dengan menyelenggarakan seminar FGD terkait dengan pentingnya menjaga toleransi antar umat bergama, melibatkan generasi muda dalam kegiatan sosial, membuka pendaftaran program kader bela negara, melibatkan generasi muda dalam kepentingan mengisi acara besar nasional, memberikan contoh teladan dalam menghormati dan toleran terhadap orang yang lebih tua, membiasakan tertib di tempat umum dan lainnya (Setiawan, Cempaka, & Reksoprodjo, 2024).

  • Penyebab Kurangnya Rasa Nasionalisme dalam Nilai Demokrasi bagi Gen Z

Tantangan dan ancaman yang saat ini dihadapi oleh bangsa Indonesia setidaknya harus dihadapi dengan pemahaman mengenai wawasan nusantara yang memadai sehingga rasa nasionalisme dapat terwujud dengan baik. Pemahaman terkait wawasan nusantara menjadi salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk membangun rasa dan sikap nasionalisme warga negara Indonesia terutama pada generasi muda sebagai dasar untuk menjaga persatuan Indonesia dan keutuhan NKRI. Selain itu, dampak dari globalisasi yang masuk ke Indonesia mencakup informasi dan teknologi. Salah satu dampak negatif yang muncul yaitu memudarnya nilai pancasila dari tatanan kehidupan bermasyarakarat sehingga rasa nasionalisme juga memudar. Terdapat beberapa penyebab kurangnya rasa nasionalisme bagi Gen Z yaitu (Yusnita, et al., 2024):

  • Pengaruh budaya global dan media sosial
  • Melalui media sosial dan internet, generasi Z dihadapkan pada beragam budaya dunia sehingga mereka mulai meragukan ideologi negara dan nilai-nilai tradisional
  • Informasi yang bersifat mengasut dan mempolarisasi sering kali disebarluaskan melalui internet sehingga mengikis sentimen nasionalisme dan pemersatu
  • Kurangnya konten yang inovatif dan instruktif di media sosial yang menyebarkan terkait cita-cita bangsa
  • Lemahnya kepemimpinan dan keteladanan
  • Kurangnya kehadiran individu yang berpengaruh yang dapat menjadi teladan dalam menjalankan prinsip nasionalisme
  • Ketidaksesuaian antara tindakan dan perkataan pemimpin sehingga muncul sikap apatis dan ketidakpercayaan generasi Z
  • Kurangnya pendidikan dan pelatihan bagi para opinion leader dan pemimpin yang memahami pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme
  • Tantangan ekonomi dan sosial
  • Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran dikalangan generasi Z berpotensi untuk menimbulkan perasaan benci dan tidak percaya terhadap pemerintah
  • Kesetaraan di bidang sosial dan ekonomi mungkin akan mengikis sentimen nasionalisme
  • Perkembangan karakter dan mental gen Z berpotensi terhambat karena kurangnya akses terhadap fasilitas dasar dan pendidikan dengan kualitas yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun