Mohon tunggu...
Fathiraz Arthuro
Fathiraz Arthuro Mohon Tunggu... kepo dah -

aku ya aku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Makna Hidup

14 November 2016   23:43 Diperbarui: 14 November 2016   23:52 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup ini tidak pernah tentang mengalahkan siapa pun.

Hidup ini hanya tentang kedamaian di hatimu.

Saat kau mampu berdamai, maka saat itulah kau telah memenangkan seluruh pertempuran.

 

Sejatinya, dalam hidup ini, kita tidak pernah berusaha mengalahkan orang lain, dan itu sama sekali tidak perlu.

Kita cukup mengalahkan diri sendiri.

Egoisme. Ketidakpedulian. Ambisi. Rasa takut. Pertanyaaan. Keraguan.

Sekali kau bisa menang dalam pertempuran itu, maka pertempuran lainnya akan mudah saja.

 

Penyerangan apa pun yang tidak berhasil menghabisi kita, justru akan membuat kita semakin kuat.

Penyerbuan apa pun yang tidak berhasil membenamkan kita, justru akan membuat kita berdiri semakin tegak.

 

Hidup ini adalah perjalanan panjang.

Kumpulan dari hari-hari.

Di salah satu hari itu, di hari yang sangat spesial, kita dilahirkan.

Kita menangis kencang saat menghirup udara pertama kali.

Di salah satu hari lainnya, kita belajar tengkurap, belajar merangkak, untuk kemudian berjalan.

Di salah satu hari berikutnya kita bisa mengendarai sepeda, masuk sekolah pertama kali, semua serba pertama kali.

Dan kini kita penuh dengan kenangan masa kecil yang indah, seperti matahari terbit.

 

Lantas hari-hari melesat cepat.

Siang beranjak datang dan kita tumbuh menjadi dewasa, besar.

Mulai menemui pahit kehidupan.

Maka, di salah satu hari itu, kita tiba-tiba tergugu sedih karena kegagalan atau kehilangan.

Di salah satu hari berikutnya, kita tertikam sesak, tersungkur terluka, berharap hari segera berlalu.

 

Hari-hari buruk mulai datang.

Dan kita tidak pernah tahu kapan dia akan tiba mengetuk pintu.

Kemarin kita masih tertawa, untuk besok lusa tergugu menangis.

Kemarin kita masih berbahagia dengan banyak hal, untuk besok lusa terjatuh, dipukul telak oleh kehidupan. Hari-hari menyakitkan.

Tapi sungguh, jangan dilawan semua hari-hari menyakitkan itu. Jangan pernah kau lawan.

Karena kau pasti kalah. Mau semuak apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap terbit indah seperti yang kita lihat sekarang.

Mau sejijik apa pun kau dengan hari-hari itu, matahari akan tetap memenuhi janjinya, terbit dan terbit lagi tanpa peduli apa perasaanmu.

Kau keliru sekali jika berusaha melawannya, membencinya, itu tidak pernah menyelesaikan masalah.

Peluklah semuanya. Peluk erat-erat.

Dekap seluruh kebencian itu.

Hanya itu cara agar hatimu damai.

Semua pertanyaan, semua keraguan, semua kecemasan, semua kenangan masa lalu, peluklah mereka erat-erat.

Tidak perlu disesali, tidak perlu membenci, buat apa?

Bukankah kita selalu bisa melihat hari yang indah meski di hari terburuk sekalipun?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun