Bagi sebagian mahasiwa, berdemo dan berteriak membela kepentingan rakyat adalah sebuah hal yang mereka junjung tinggi.
Bagi beberapa mahasiswa, memenangkan perlombaan dan berhasil mengangkat trofi dan medali adalah sebuah hal yang dinanti.
Bagi sebagian yang lain, terjun ke masyarakat saling berbagi dan mengabdi adalah hal yang kemudian sangat berarti.
Lalu, ingin menjadi mahasiswa yang seperti apakah kita?
Kawan, lagi-lagi setiap pilihan yang ada sudah nampak di pelupuk mata. Tinggal bagaimana kemudian kita mampu mengerahkan setiap potensi yang ada pada diri kita untuk menggampai segenap harapan dan cita-cita diri.
Seperti yang dikatakan oleh Jimmy Dean, "I can't change the direction of the wind, but I can adjust my voyage to always reach my destination".
Kita memang tak mampu mengubah arah angin yang ada disekitar kita, karena itu bagian dari kuasa semesta.
Namun, kemudian kita memiliki kesempatan untuk mengarahkan dan menyesuaikan pelayaran ataupun proses kita untuk menggapai tujuan kita di masa depan.
Satu hal yang kemudian menjadi aspek penting adalah terkait pengembangan diri. Sejuah mana kemudian kita mampu mengembangkan potensi diri kita selama berada di dunia kampus. Dunia penuh tantangan yang mana sangat dekat dengan kehidupan yang sebenarnya.
Maka mengapa kemudian masa-masa ini menjadi sangat krusial, orang-orang yang menyadari akan tantangan masa depan pastilah akan menyiapkannya dengan baik.Â
Mereka akan memanfaatkan setiap peluang dan kesempatan yang ada di kampus menjadi wadah pengembangan diri yang kemudian mampu menempa mereka menjadi pribadi yang tajam akan potensinya. Karena, mereka sudah jauh menyadari akan kerasnya persaingan yang akan dihadapi pasca dunia kampus.
Lalu, Bagaimana dengan kita?
Berkaca pada pengembangan mahasiswa di era ini, beberapa Organisasi mahasiswa sudah mulai berbenah dan berinovasi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadikan beberapa aspek dalam kehidupan ikut bergeser dan menyesuaikan.
Era disrupsi ini memacu setiap orang yang ada untuk mampu beradaptasi dan bersinergi. Jika tak mampu demikian, maka jangan salahkan jika kemudian tergantikan.
Di tahun 2020 ini saja, kita dapat melihat ada banyak pekerjaan baru dengan skill-skill baru yang muncul yang sebelumnya mungkin kita tak pernah ada di bayangan kita.
Dirilis dari Future Of Jobs Report, Word Economic Forum, ada 10 Skill yang dibutuhkan di tahun 2020 dan disandingkan dengan skill yang dibutuhkan pada tahun 2015 seperti yang tertera pada gambar di awal artikel ini.
Maka pertanyaan yang muncul adalah apakah setiap organisasi mahasiswa sudah menyadari akan hal ini? Dan apakah yang sudah menyadari sudah melakukan penyesuaian?
Dari sini kita akan semakin menyadari sisi krusial peran Organisasi Mahasiwa dalam pengembangan diri mahasiswa.
Jika kita melihat teori kebutuhkan bertingkat milik Abraham Maslow, di sana dijelaskan bagaimana setelah tiap individu berhasil untuk memenuhi kebutuhannya maka kebutuhan yang ada di bagian puncak piramida adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Artinya dimana setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya.
Melihat fakta empiris di lapangan menyebutkan bahwa Organisasi Mahasiswa dianggap masih bermanfaat.
Berdasarkan surveiyang dilakukan oleh Republika dalam laman twitternya, dari 190 orang responden, 75% diantaranya menyatakan bahwa Organisasi Mahasiswa masih bermanfaat.
Namun, tunggu dulu!
Di laman yang sama, juga memaparkan bagaimana setelah era reformasi terjadi ditambah dengan perkembangan teknologi, mahasiswa lebih tertarik untuk terjun ke ranah bisnis, teknologi informasi, bidang sosial budaya, ataupun bidang yang lainnya.
Tujuannya adalah guna mengembangkan minat dan bakatnya dan mendapatkan kemandirian finansial tanpa terikat dengan organisasi.
Meskipun demikian, ada banyak tantangan yang kemudian harusnya mampu kita jadikan sebagai sebuah peluang baru dalam pengembangan mahasiswa era kini.
Dalam buku Personal Quality Management karya Widijo Hari Murdoko dijelaskan bahwa pengembangan diri merupakan proses sepanjang hidup yang mana proses untuk membentuk kualitas diri yang utuh dan merubahnya menjadi lebih baik adalah proses yang tidak mudah.
Oleh karenanya penulis buku menawarkan empat pilar yang perlu dijadikan pondasi untuk mewujudkan pengelolaan kualitas pribadi, yaitu:
(i) kesadaran diri, (ii) pengaturan diri, (iii) pembiasaan diri, dan (iv) evaluasi diri. Dimana 4 pilar ini juga dapat diimplementasikan dalam proses pengembangan yang ada di Organisasi Mahasiswa.
Di era disrupsi ini, ada dua hal yang kemudian mampu dijadikan sebagai sebuah solusi dalam pengembangan SDM yang ada di Organisasi Mahasiswa.Â
Mereka yang tergabung dalam Organisasi Mahasiswa dewasa ini merasa bahwa beberapa ORMAWA hanya terfokus pada proker yang dijalani dan kurang maksimal dalam menyoroti pengembangan SDM meskipun beberapa ORMAWA juga ada yang kemudian sudah fokus pada pengembangan SDM.
Maka kemudian, dalam hal ini setiap bidang harusnya mampu untuk memaksimalkan fungsi MSDM nya. Sehingga pengembangan SDM bisa lebih detail dipegang oleh setiap bidang itu sendiri.
Kepala Bidang dapat berperan sebagai mentor yang nantinya di sela obrolan terkait proker bidang, hal yang kemudian dikupas adalah bagaimana menggali potensi dari setiap staffnya itu sendiri dan bisa membangun mindset staffnya agar semakin melek dengan dunia pasca kampus.
Sebab sebetulnya karakter mahasiswa di era kini juga adalah keingintahuan yang besar, dengan pengoptimalan transfer learning dan pembangunan mindset oleh mentor dalam hal ini Kepala Bidang maka hal tersebut dapat semakin mendukung pengembangan SDM itu sendiri.
Lalu, siapa yang tak kenal dengan cone of experience milik Edgar Dale?
Di sana ia mengaitkan antara teori belajar dengan kemampuan audio visual seseorang. Di mana semakin kita mampu untuk mengaitkan apa yang kita pelajari dengan suatu hal yang konkret atau bahkan terjun dalam realitas konkretnya, maka akan semakin memudahkan ia untuk mengingat dan menyerap apa yang dipelajari.
Sama halnya ketika SDM dalam ormawa sudah mendapatkan transfer learning dari mentoring bersama Kabid & Wakabidnya, maka akan lebih maksimal apabila ditambahkan dengan praktiknya.
Selain dalam program kerja, maka bisa dengan terjun langsung ke lapangan dengan membangun kolaborasi bersama komunitas tertentu ataupun LSM bahkan lembaga yang bersangkutan dengan bidang terkait dimana nantinya bisa semakin memahami juga dapat mengasah skill langsung dari ahlinya dalam kehidupan nyata.
Terakhir, pengembangan mahasiswa terhadap SDM yang ada didalam ORMAWA memang harus diinovasikan dan disesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada. Hanya ada dua pilihan yang kemudian terhampar didepan kita, yakni terus bergerak atau tergantikan.Â
Jika ormawa kemudian tak mampu beradaptasi dan menjawab tantangan zaman yang ada, maka jangan salahkan jika kemudian mahasiswa akan melirik wadah pengembangan lain yang jauh menjanjikan.Â
“Perubahan tidak akan terjadi jika kita menunggu orang lain atau waktu yang lain. Kitalah yang ditunggu-tunggu, kita adalah perubahan yang dicari." - Barack Obama.
Referensi:
- Edgar Dale Cone Of Experience Summary
- Hari Murdoko, E. Widijo. 2006. Personal Quality Management : Mengefektifkan Empat Pilar Kualitas Pribadi. Jakarta : PT Elex Media Kumpotindo Kelompok Gramedia Jakarta
- Kosasih. Peranan Organisasi Kemahasiswaan dalam Pengembangan Civic Skills Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, Vol. 25, No. 2, Edisi Desember 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H