Lalu, Bagaimana dengan kita?
Berkaca pada pengembangan mahasiswa di era ini, beberapa Organisasi mahasiswa sudah mulai berbenah dan berinovasi. Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadikan beberapa aspek dalam kehidupan ikut bergeser dan menyesuaikan.
Era disrupsi ini memacu setiap orang yang ada untuk mampu beradaptasi dan bersinergi. Jika tak mampu demikian, maka jangan salahkan jika kemudian tergantikan.
Di tahun 2020 ini saja, kita dapat melihat ada banyak pekerjaan baru dengan skill-skill baru yang muncul yang sebelumnya mungkin kita tak pernah ada di bayangan kita.
Dirilis dari Future Of Jobs Report, Word Economic Forum, ada 10 Skill yang dibutuhkan di tahun 2020 dan disandingkan dengan skill yang dibutuhkan pada tahun 2015 seperti yang tertera pada gambar di awal artikel ini.
Maka pertanyaan yang muncul adalah apakah setiap organisasi mahasiswa sudah menyadari akan hal ini? Dan apakah yang sudah menyadari sudah melakukan penyesuaian?
Dari sini kita akan semakin menyadari sisi krusial peran Organisasi Mahasiwa dalam pengembangan diri mahasiswa.
Jika kita melihat teori kebutuhkan bertingkat milik Abraham Maslow, di sana dijelaskan bagaimana setelah tiap individu berhasil untuk memenuhi kebutuhannya maka kebutuhan yang ada di bagian puncak piramida adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Artinya dimana setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya.
Melihat fakta empiris di lapangan menyebutkan bahwa Organisasi Mahasiswa dianggap masih bermanfaat.
Berdasarkan surveiyang dilakukan oleh Republika dalam laman twitternya, dari 190 orang responden, 75% diantaranya menyatakan bahwa Organisasi Mahasiswa masih bermanfaat.