Parni ingat betul hari dan tanggal dia menerima inbox berjudul "Lanskap Cinta" yang tak dinyana-nyana itu. Entah karena Parni yang terlalu sensitif atau bagaimana, yang jelas inbox itu mampu menimbulkan getar dawai hati Parni. Lalu dialog pun menjadi agenda rutin Parni, apalagi setelah Parni membalas "Lanskap Cinta" dengan "Menapaki Tangga Ketiga", dialog Parni dengan orang msterius, sebut saja begitu, semakin akrab, yang awalnya selalu menggunakan sapaan takzim, bergeser aku, kau, sliramu dalam bersapa. Guarauan-gurauan hangat pun mengisi hari-hari mereka.
Namun semua itu tak berlangsung lama, canda itu telah sirna, menjauhi hari-hari Parni. Parni sedih luar biasa, tak tahu dimana persahabatan itu akan bermuara.
"Parni, itu kan pinta kita, tapi Allah SWT telah menggariskan sesuai ketentuanNya."
"Iya pak, mungkin ini salahku, belum tahu pertemanan ini mau dibawa kemana, aku sudah terbakar cemburu dulu."
"Sudahlah Parni, pasrahkan semuanya kepada Gusti Allah, ambil hikmahNya saja."
Parni hanya bisa mengiyakan apa yang dikatakan bapaknya itu.
Hari kian panjang bagi Parni dan tak tahu akan seperti apa ending pertemanannya yang seumur jagung itu. Â (end)
Lembah Tidar, 10 Juni 2012
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI