Mohon tunggu...
Fathan Rovida Putra
Fathan Rovida Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa di universitas negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kenakalan Remaja dan Putus Sekolah: Masalah Sosial yang Mendesak

7 Desember 2024   22:14 Diperbarui: 7 Desember 2024   22:20 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abstrak

 Kenakalan remaja dan putus sekolah adalah dua permasalahan sosial yang saling terkait dan berdampak signifikan terhadap perkembangan generasi muda. Artikel ini mengkaji penyebab utama kedua isu tersebut, mulai dari faktor ekonomi, keluarga, hingga pengaruh lingkungan sosial. Kenakalan remaja sering muncul akibat minimnya perhatian dan dukungan dari keluarga atau masyarakat, sedangkan putus sekolah lebih banyak disebabkan oleh keterbatasan akses pendidikan dan tekanan ekonomi. Dampak dari kedua fenomena ini mencakup peningkatan angka pengangguran, kriminalitas, dan rendahnya partisipasi sosial. Melalui pendekatan berbasis pendidikan dan pemberdayaan, seperti pelatihan keterampilan dan program mentoring, solusi komprehensif dapat diimplementasikan untuk mencegah dan mengurangi dampak negatifnya. Penelitian ini memberikan perspektif integratif dalam memahami hubungan antara kenakalan remaja dan putus sekolah, serta menawarkan rekomendasi untuk intervensi yang lebih efektif. 

Pendahuluan 

  Kenakalan remaja dan fenomena putus sekolah menjadi dua isu sosial yang saling berkaitan dan mempengaruhi masa depan generasi muda. Kenakalan remaja sering kali muncul akibat kurangnya pengawasan, tekanan lingkungan, dan ketidakseimbangan emosional, sementara putus sekolah dapat dipicu oleh faktor ekonomi, keluarga, dan sistem pendidikan. Menurut penelitian, remaja yang putus sekolah cenderung rentan terhadap perilaku negatif, seperti pengangguran dan kriminalitas, yang merugikan individu dan masyarakat.

  Fenomena ini bukan hanya mencerminkan kurangnya akses pendidikan, tetapi juga tantangan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan remaja. Berbagai upaya, seperti pelatihan keterampilan dan pendekatan berbasis komunitas, telah dilakukan untuk mengatasi dampak putus sekolah dan mencegah kenakalan remaja. Namun, tantangan tersebut memerlukan solusi komprehensif yang melibatkan keluarga, sekolah, dan pemerintah. 

Masalah ini tidak hanya berpengaruh pada masa kini tetapi juga pada generasi mendatang, menjadikannya isu yang penting untuk segera ditangani.

kata kunci: kenakalan remaja, putus sekolah, pendidikan, pengangguran.

kajian Pustaka 

  Kenakalan remaja mencakup perilaku menyimpang yang melanggar norma sosial dan hukum. Faktor utama yang memengaruhi kenakalan remaja adalah lingkungan sosial, kurangnya perhatian keluarga, dan tekanan kelompok sebaya. Menurut Santrock (2003), perilaku kenakalan remaja sering kali muncul karena ketidakseimbangan emosional yang dipengaruhi oleh konflik internal dan eksternal.Fenomena putus sekolah sering kali disebabkan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kurangnya motivasi belajar dan kemampuan akademik, sedangkan faktor eksternal meliputi kemiskinan, ketidaktersediaan sarana pendidikan, serta kebijakan pendidikan yang kurang inklusif. Menurut Baharuddin (1981), putus sekolah juga dapat dikaitkan dengan kondisi sosial ekonomi dan rendahnya perhatian terhadap pendidikan di kalangan keluarga berpenghasilan rendah. 

Putus sekolah sering kali menjadi pemicu kenakalan remaja. Remaja yang keluar dari sekolah cenderung kehilangan struktur dan pengawasan, sehingga lebih mudah terlibat dalam perilaku menyimpang seperti kriminalitas atau penyalahgunaan narkoba. Studi juga menunjukkan bahwa remaja putus sekolah berisiko menjadi pengangguran, yang dapat memperburuk kondisi sosial mereka.

Pembahasan 

Kenakalan remaja adalah perilaku menyimpang yang dilakukan oleh individu di usia remaja, meliputi tindakan yang melanggar norma sosial, adat, bahkan hukum. Kenakalan ini muncul dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal mencakup ketidakstabilan emosi, dorongan untuk mendapatkan pengakuan, dan konflik psikologis yang belum teratasi. Faktor eksternal, seperti kurangnya perhatian dari keluarga, tekanan dari kelompok teman sebaya, dan lingkungan sosial yang tidak kondusif, turut memperparah situasi. Remaja sering kali beralih ke perilaku negatif, seperti penyalahgunaan narkoba, pencurian, perkelahian, atau tindakan destruktif lainnya sebagai bentuk pelarian dari masalah atau pencarian identitas.  

Dampak dari kenakalan remaja sangat luas, baik terhadap individu maupun masyarakat. Secara individu, perilaku menyimpang ini dapat mengganggu perkembangan psikologis dan sosial remaja, menyebabkan trauma, rasa bersalah, atau bahkan isolasi sosial. Dari sudut pandang masyarakat, kenakalan remaja meningkatkan angka kriminalitas, merusak moral generasi muda, dan menciptakan beban sosial yang memengaruhi pembangunan jangka panjang. Penanganan kenakalan remaja memerlukan keterlibatan semua pihak, termasuk keluarga, institusi pendidikan, pemerintah, dan komunitas. Langkah-langkah preventif seperti program penguatan karakter, pelatihan keterampilan, dan pemberian konseling psikologis dapat menjadi solusi yang efektif.  

Putus sekolah merupakan fenomena ketika seorang siswa menghentikan pendidikan formal sebelum menyelesaikan jenjang tertentu. Penyebab utama putus sekolah berakar pada faktor ekonomi, di mana keluarga dengan kondisi finansial lemah sering kali memprioritaskan kebutuhan dasar dibanding pendidikan. Anak-anak dari keluarga miskin sering kali terpaksa bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, sehingga kehilangan kesempatan untuk melanjutkan sekolah. Selain itu, faktor sosial seperti stigma terhadap siswa dari keluarga tidak mampu, perundungan di sekolah, serta kurangnya dukungan dari guru dan lingkungan sekolah turut menjadi penyebab utama.  

Faktor internal juga memegang peranan penting, termasuk rendahnya motivasi belajar, ketidakmampuan akademik, dan kurangnya minat terhadap sistem pembelajaran formal. Siswa yang merasa tidak dihargai atau tidak nyaman di sekolah cenderung kehilangan semangat untuk melanjutkan pendidikan. Di daerah terpencil, minimnya akses terhadap fasilitas pendidikan yang memadai, seperti jarak sekolah yang jauh atau kurangnya tenaga pengajar berkualitas, juga memperparah angka putus sekolah.  

Dampak dari putus sekolah sangat serius. Secara individu, siswa yang berhenti sekolah kehilangan peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, sehingga lebih rentan terjebak dalam siklus kemiskinan. Secara sosial, tingginya angka putus sekolah berkontribusi pada rendahnya tingkat literasi dan sumber daya manusia yang kompeten. Hal ini memengaruhi pembangunan ekonomi negara, meningkatkan angka pengangguran, dan memperburuk ketimpangan sosial.  

Berikut adalah faktor-faktor penyebab kenakalan remaja dan putus sekolah yang dilihat dari berbagai perspektif ilmu sosial:

1. Perspektif Sosiologi

Dari sudut pandang sosiologi, perilaku individu sangat dipengaruhi oleh struktur sosial dan interaksi dalam masyarakat.

- Struktur Sosial: Ketidaksetaraan ekonomi dan sosial memainkan peran penting dalam menentukan kesempatan remaja untuk mendapatkan pendidikan dan berada di lingkungan yang positif. Remaja dari keluarga yang kurang mampu sering kali menghadapi risiko tinggi untuk putus sekolah akibat tekanan ekonomi yang dihadapi mereka.

- Peran Sosialisasi: Kegagalan dalam proses sosialisasi, seperti pengaruh negatif dari teman sebaya ataupun kurangnya dukungan dari keluarga sebagai agen sosialisasi utama, dapat menjadi pendorong utama terjadinya kenakalan remaja.

2. Perspektif Antropologi

Dalam antropologi, perilaku remaja dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai yang berlaku.  

- Norma Budaya: Di beberapa komunitas, nilai budaya yang kurang menekankan pentingnya pendidikan, terutama bagi anak perempuan, meningkatkan risiko putus sekolah.  

- Tradisi dan Kebiasaan Lokal: Kebiasaan menikah muda di beberapa budaya membuat remaja menghentikan pendidikan formal.

3. Perspektif Psikologi

Psikologi fokus pada faktor individu, seperti kepribadian, emosi, dan kesehatan mental.  

- Krisis Identitas: Masa remaja adalah periode pencarian jati diri. Ketidakmampuan menghadapi tekanan sosial dan emosional sering kali mendorong mereka melakukan tindakan menyimpang.  

- Gangguan Psikologis: Depresi, kecemasan, atau trauma akibat lingkungan keluarga atau sekolah dapat mengurangi motivasi belajar dan memicu kenakalan. 

4. Perspektif Ekonomi

Dari sudut pandang ekonomi, kondisi finansial keluarga dan akses terhadap sumber daya sangat menentukan.  

- Kemiskinan: Keluarga miskin sering kali memprioritaskan kebutuhan dasar dibandingkan pendidikan anak. Hal ini menjadi penyebab utama putus sekolah di banyak daerah.  

- Biaya Pendidikan: Meskipun ada program pemerintah, beberapa keluarga masih menghadapi kesulitan membayar biaya tambahan seperti seragam atau buku pelajaran.

Berikut adalah solusi yang disarankan untuk masing-masing perspektif dalam mengatasi kenakalan remaja dan putus sekolah:

1. Perspektif Sosiologi

Solusi:- Memperkuat peran keluarga sebagai agen sosialisasi utama:Orang tua perlu diberikan pelatihan tentang pola asuh positif yang mendukung perkembangan anak secara sosial dan emosional.  

- Membangun lingkungan sosial yang positif:Pemerintah dan masyarakat perlu mengembangkan kegiatan komunitas berbasis pemuda, seperti olahraga, seni, atau pendidikan non-formal, untuk memberikan ruang ekspresi bagi remaja.

2. Perspektif Antropologi

Solusi:- Penguatan nilai budaya positif:Tradisi lokal yang mendukung pendidikan, seperti gotong-royong, dapat dihidupkan kembali untuk membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu tetap bersekolah.  

- Mengatasi tradisi yang menghambat pendidikan: Perlu ada kampanye dan program edukasi berbasis budaya untuk mengubah kebiasaan negatif seperti pernikahan dini.

3. Perspektif Psikologi

Solusi:- Pendampingan psikologis: Penyediaan layanan konseling di sekolah untuk membantu remaja mengatasi tekanan emosional dan permasalahan pribadi mereka.  

- Peningkatan self-efficacy:Program mentoring dari guru atau tokoh masyarakat untuk membangun rasa percaya diri remaja dalam menghadapi tantangan hidup.  

4. Perspektif Ekonomi

Solusi:- Subsidi pendidikan:Pemerintah dapat memperluas program beasiswa dan subsidi pendidikan untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu.  

- Program pemberdayaan ekonomi: Orang tua dapat dilibatkan dalam program pelatihan kerja atau wirausaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga.  

Penutup 

  Kenakalan remaja dan putus sekolah adalah dua masalah sosial yang saling terkait dan memiliki dampak luas terhadap individu maupun masyarakat. Kenakalan remaja sering kali dipicu oleh ketidakstabilan emosional, kurangnya dukungan keluarga, dan pengaruh negatif dari lingkungan sosial. Sementara itu, putus sekolah disebabkan oleh faktor ekonomi, kurangnya akses pendidikan, serta rendahnya motivasi belajar. Kedua fenomena ini memiliki hubungan timbal balik, di mana kenakalan remaja dapat menyebabkan putus sekolah, dan sebaliknya, remaja yang putus sekolah lebih rentan terlibat dalam perilaku menyimpang.Dampak dari kedua masalah ini sangat serius, termasuk meningkatnya angka pengangguran, kriminalitas, dan ketimpangan sosial, yang pada akhirnya menghambat pembangunan ekonomi dan sosial masyarakat. Oleh karena itu, upaya preventif dan solusi holistik sangat diperlukan. Pendekatan ini mencakup pelibatan keluarga dalam memberikan dukungan moral dan emosional, penyediaan akses pendidikan yang inklusif oleh pemerintah, serta pelaksanaan program berbasis komunitas yang mendorong remaja untuk terlibat dalam aktivitas positif.Dengan sinergi dari semua pihak, termasuk keluarga, sekolah, pemerintah, dan masyarakat, diharapkan masalah kenakalan remaja dan putus sekolah dapat diminimalkan, sehingga generasi muda dapat berkembang menjadi individu yang produktif dan berkontribusi terhadap kemajuan bangsa.

Daftar Pustaka 

Anwar, A., dkk. (2020). Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Putus Sekolah pada Anak Usia Sekolah di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 12(2), 45-55.  

Menara Ilmu - Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (2020). Pola Asuh Orang Tua dan Dampaknya pada Kenakalan Remaja.  

Didaktis - Jurnal Pendidikan Universitas Surabaya (2021). Peran Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa yang Rentan Putus Sekolah.  

Humanika: Kajian Ilmiah UNY (2019). Hubungan antara Lingkungan Sosial dan Perilaku Menyimpang pada Remaja.  

Jurnal Kalacakra: Ilmu Sosial dan Pendidikan UNTIDAR (2022). Dampak Sosial dan Ekonomi dari Putus Sekolah di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun